7. Makan malam

1008 Words
CARMICHAEL Sambil menopangkan siku ke langkan jendela kamarku, aku melihat pemandangan hutan Barat yang berada kurang lebih empat kilometer dari rumahku. Di sanalah besok akan di adakan perburuan sehari yang sudah rutin di jalankan setiap satu tahun sekali oleh keluarga Levrand . Aku memperhatikan satu per satu tamuku. Para Lord dan Lady kaya di seluruh London akan menghadiri acara perburuan ini. Selain acara perburuan , kami juga akan mengadakan pesta dalam rangka pencarian jodoh untukku. Sebenarnya itu adalah ide ibuku. Ia bersikeras mengadakan pesta ini agar aku mendapatkan seorang istri. Ibuku begitu bersemangat sekali.Sejak kemarin ibuku sibuk mempersiapkan semuanya. Ia ingin pesta berjalan sempurna. Beberapa kereta kuda lain mengantri memasuki rumahku, melewati gerbang kayu menuju pintu utama. Beberapa pelayan menyambut kedatangan mereka. Aku menjulurkan kepalaku untuk melihat dengan jelas siapa yang akan turun dari kereta kuda mewah itu. Seorang Lady keluar dari kereta itu. Ia terlihat sangat cantik dalam balutan gaun merahnya. Rambut pirangnya digelung ke atas. Dia adalah Sofia Montgomery, Countess of Ciswick. Seorang janda cantik. Suaminya Tod Montgomery, Earl of Ciswick meninggal dua bulan yang lalu dan Sofia mewarasi semua harta suaminya. Aku tak menyangka si tua bangka itu bisa menikahi wanita secantik itu. Suami istri Faulnacker keluar dari kereta berikutnya. Mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi . Pernikahan mereka berlangsung sebulan yang lalu. Axel Faulnacker, Marquess of Helburn adalah teman kuliahku di universitas Oxford dan mengambil jurusan arsitek sama denganku. Aku melambaikan tanganku saat Axel melihatku di jendela. Aku menjauh dari jendela, merapikan pakaian pestaku sebelum turun ke bawah menyambut para tamuku. Suasana di ruang tamu begitu ramai. Para pelayan sibuk melayani para tamu. Aku mengambil segelas wine yang ditawarkan oleh satu pelayanku. Aku menyesapnya, perlahan-lahan merasakan cairan merah itu melewati tenggorokkanku. Salah satu koleksi wine terbaik yang dimiliki oleh keluargaku. Dulu ayahku sering mengkoleksi wine dari berbagai negara selama bertahun-tahun dan koleksinya sekarang memenuhi gudang bawah tanah kami. Ibuku sibuk menerima tamu sambil bercakap-cakap dengan mereka. Ibukulah yang pertama kali menyadari keberadaanku,ia menghampiriku dan mencium pipiku, kemudian aku mulai berkeliling menyapa para tamuku dan bercakap-cakap dengan mereka. Kami membicarakan beberapa bisnis properti. Lord Wenbury, Earl of Wenbury baru saja memberitahuku soal penjualan sebuah mansion milik temannya dengan harga yang cukup miring. Ia menyakinkanku untuk segera membelinya, karena menurutnya harga mansion itu akan segera naik dalam beberapa bulan, sedangkan Lord Vavellie menawarkan kerja sama denganku untuk membangun hotel dan menjadikanku sebagai arsiteknya . Ia menyakinkanku akan membayar dengan harga pantas untukku sebagai hasil kerja kerasku. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan mencari Axel dan istrinya, tapi mereka tidak ditemukan di mana pun. Tak lama kemudian aku melihatnya muncul dari beranda belakang. Mereka berdua terlihat sangat mesra tanpa sadar aku tersenyum ke arah mereka. Aku berjalan mendekatinya dan menyapa mereka. "Lihat dirimu!’’seru Axel terkagum-kagum saat ia memandangiku.’’Kamu sudah menjadi pria yang sangat tampan dan juga matang. Seharusnya kau sudah menikah sekarang.’’ "Aku tahu. Mungkin sebentar lagi aku akan mendapatkan seorang istri.’’ Aku melirik sekilas ke arah Lady Helena. Aku sangat iri Axel mendapatkan istri yang begitu cantik. "Mungkin akan lebih cantik dari istrimu,’’sambungku. Aku menyunggingkan senyuman jahil untuknya. "Oh benarkah? Apa kamu bisa mendapatkan istri yang lebih cantik dari istriku?’’tanya Axel sambil menarik istrinya lebih dekat dengan dirinya. "Tentu saja.’’ Aku menjawab dengan penuh percaya diri. Aku yakin aku pasti bisa mendapatkan wanita yang sangat cantik di pesta perjodohan yang diadakan oleh ibuku nanti. Mereka tidak dapat menolak pesonaku. Meskipun ibu tidak mengadakan pesta perjodohan untukku pun banyak wanita yang ingin menikah denganku. Pelayan mengumumkan makan malam telah siap, kemudian satu persatu para tamu mulai memasuki ruang makan sesuai urutan gelar kebangsawanan. Suasana makan malam menjadi sangat ramai. Sejak ayahku meninggal, meja makan tidak pernah seramai ini. Kami selalu makan dalam diam, tidak ada yang banyak bicara dan hanya bicara seperlunya saja. Berbeda ketika ayahku masih hidup. Beliau selalu banyak bercerita dan menyelipkan berbagai macam humor dalam pembicaraannya. Aku dan adik-adikku selalu dibuat tertawa oleh cerita ayahku. Sejak kepergiannya yang begitu mendadak, kami semua sangat bersedih terutama adik-adikku. Aku pun sampai sekarang masih sangat merindukannya. Suasana makan malam memang sangat ramai, tapi membosankan tidak ada topik pembicaraan yang menarik. Ibuku berbicara dengan Lord Wenbury tentang masalah politik, lalu Axel dan istrinya membicarakan tentang bursa saham dan keuangan. Tidak jauh dari mereka Lord Mentoville membicarakan liburannya selama beberapa bulan menjelajahi Eropa kepada Lord dan Lady Clifford . Tatapanku kemudian terhenti kepada seorang wanita yang duduk di samping Lady Helena. Lady Sofia Montgomery, Countess of Ciswick yang sedang berbicara dengan Lord Vavellie. Sepertinya Lord Vavellie sangat menyukai Lady Sofia. Aku tersentak kaget ketika Lady Sofia memergokiku sedang memperhatikannya. Ia tersenyum , lalu kembali mengalihkan perhatiannya kepada Lord Vavellie. Aku mengaduk-aduk makanan di depanku tanpa ada keinginan untuk menghabiskannya. Aku kembali menyesap wine dan menyuruh pelayan untuk mengisinya kembali. Aku begitu senang akhirnya acara makan malam telah berakhir. Kami semua pergi ke ruang tamu untuk menikmati kopi dan mendengarkan permainan piano dan nyanyian Lady Sofia. Suaranya sangat bagus. Semua para tamu yang hadir seolah terhipnotis oleh kepiawaian bermain musiknya termasuk diriku. Suaranya sangat merdu. Saat nyanyiannya berakhir seluruh tamu bertepuk tangan. Tak lama Jam berdentang sebanyak sebelas kali. Satu persatu tamu meminta izin kembali ke kamar. Aku juga kembali ke kamarku. Besok pagi acara perburuan akan di mulai. Di dalam kamar, aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku memikirkan startegi untuk acara perburuan besok pagi. Aku memejamkan mataku, tapi rasa kantuk tak kunjung datang juga. Aku lebih memilih untuk bangun dan duduk di langkan jendela dan membuka jendela. Udara sejuk di malam hari berhembus menerapa tubuhku. Pemandangan di malam hari di luar sana benar-benar gelap. Aku memandang ke area hutan terlarang. Konon di sana ada seorang penyihir jahat tinggal. Sebisa mungkin aku dan para tamuku menghindari hutan itu. Suara burung hantu mulai terdengar dan udara malam sudah semakin dingin. Aku cepat-cepat menutup jendela dan kembali naik ke tempat tidur, mencoba memejamkan mata untuk tidur. Aku membayangkan domba-domba yang berbaris dan bersiap untuk melompati pagar. Aku menghitung domba dan akhirnya aku pun tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD