Part 8

2161 Words
"Hei, tepikan motormu, kami mau lewat." pekik salah satu pria itu, Alea juga bisa melihat apa yang dilakukan pemotor itu. Pemotor yang masih memakai helm itu membuka helm yang ia pakai dan menampakkan wajah yang dikenal oleh Alea. "Eric?" Eric berdiri tegak menjulang menghalangi mobil itu, mata hitamnya yang bagai elang menatap tajam pada pada penculik itu. "Lepaskan dia," teriak Eric keras. Salah satu pria penculik itu keluar dari mobil dan mendekati Eric. "Siapa kau berani memerintah kami?!" jawab pria itu lantang. "Aku bukan siapa siapa, tapi aku tidak bisa membiarkanmu membawanya." "Banyak bicara kau," pria itu menyerang Eric, Eric Menangkis pukulan pria itu, keduanya saling tendang dan pukul, beberapa jurus saja pria itu sudah tersungkur. Melihat temannya tersungkur dua orang penculik keluar dari mobil menyisakan satu orang yang memegangi Alea dalam mobil, tanpa ampun Eric menghajar dia penculik lainnya hingga terkapar sama dengan temannya yang pertama. Penculik yang memegangi Alea mulai panik, ia menarik keluar Alea dan mengeluarkan pisau dari kantongnya dan meletakkan di leher Alea. "Jangan mendekat," ancam penculik itu, "atau aku gores leher mulus gadis ini dan darah akan mengalir deras." "Ok ok, jangan sakiti dia, apa maumu?" Eric mengangkat tangannya, ia tak mau Alea terluka. "Biarkan aku pergi bersamanya, maka dia tidak akan terluka," ucap penculik itu. Eric mencari akal bagaimana ia bisa menyelamatkan Alea tanpa terluka, Eric melihat balok kayu yang ada tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia memperkirakan apa yang terjadi jika ia melempar balok itu pada penculik itu, ia juga harus memikirkan kesamatan Alea. Lemparannya harus tepat ke tangan yang membawa pisau agar tangannya menjauh dari leher Alea atau terlepas. Dengan gerakan cepat Eric mengambil balok dan melempar pada penculik itu dan benar saja si penculik lengah dan tangannya yang membawa pisau menjauh dari leher Alea tapi tetap saja leher Alea terkena goresan pisau itu, kelengahan itu di manfaatkan oleh Eric, ia melompat dan menerjang penculik itu dan menghajarnya hingga babak belur dan tak sadarkan diri, ia kemudian menelepon polisi. Ari berbalik dan melihat Alea memegangi lehernya yang mengeluarkan darah, Eric panik dan berlari ke arah Alea. "Coba aku lihat," ucap Eric, Alea melepaskan tangan di lehernya, ada sedikit goresan tapi mengeluarkan darah terus menerus. Eric berlalu menuju mobil penculik dan memeriksa jok depan, ia menemukan kotak P3K dan segera membawa kotak itu menuju Alea. "Duduk disana," tunjuk Eric pada bangku di trotoar jalan. Eric mendudukkan Alea dan membuka kotak P3K, Eric mengambil Alkohol dan kapas lalu membersihkan darah di leher Alea. "Maaf," ucap Eric saat akan mulai membersihkan darah di leher Alea. "Ouch...," desis Alea kesakitan. "Maaf." setelah itu Eric mulai memberikan obat dan plester di luka goresan itu, mata Eric fokus pada luka goresan di leher Alea. Sedangkan Alea menatap wajah Eric, baru kali ini Alea sedekat ini dengan Eric, bahkan ia bisa dengan jelas melihat kelamnya manik hitam mata Eric. Jantung Alea berdesir aneh, detaknya makin kencang dan mungkin Eric bisa mendengarnya karena sepertinya sangat keras. Alea memegang dadanya mencoba menenangkan detak jantungnya, perasaannya aneh saat ini. "Dadanya sakit? Terbentur?" tanya Eric khawatir. "Enggak, bukan." jawab Alea tergagap. "Sudah bos." "Terima kasih, mm... bagaimana kamu bisa tahu aku diculik? Bukannya aku memintamu makan siang bersama Bryan dan Nico." "Saya tidak bisa lepas tanggung jawab dengan tugas saya jadi saya mengikuti dengan memakai motor security kantor, hanya untuk memastikan keselamatan bos saja dan ternyata saya benar kan, bos dalam bahaya." "Selamat siang," seorang polisi sudah berdiri di depan Alea dan Eric. "Selamat siang pak," Eric berdiri dari duduknya. "Boleh saya minta keterangan tentang kejadian ini?" tanya polisi itu, Eric dan Alea melihat ada beberapa polisi datang dan menangkap para penculik itu. "Saya yang menelepon polisi tadi," jawab Eric, "dan ini atasan saya yang akan diculik," tambah Eric. "Baiklah kami butuh keterangan dari kalian berdua, bisa ikut kami?" Eric menatap Alea. "Bos bisa ikut, atau kalau masih shock bos bisa pulang dulu," ujar Eric. "Aku tidak apa apa, kita selesaikan saja sekarang," jawab Alea. "Baiklah kami ikut ke kantor polisi," jawab Eric, Eric meminta Alea ikut mobil polisi sedangkan dia akan memakai motor yang tadi ia pakai. Eric melajukan motor ke kantor polisi guna memberikan keterangan tentang penculikan yang dilakukan pada Alea, Alea juga demikian tapi Alea ada di mobil polisi. ~~~ ~~~ Alea sudah berganti dengan piyama tidur, ia akan membaringkan tubuhnya saat pintu kamarnya terbuka menampakkan papa, mama dan kedua kakaknya. "Ya Tuhan Al, lehermu terluka?" tanya bu Tania dengan wajah khawatir. "Iya tadi tergores pisau para penculik ma." "Ini bagaimana pekerjaan bodyguard kamu, kamu malah terluka begini, pecat saja Al ganti yang baru," geram bu Tania. "Mama jangan salahkan mereka dong, salahkan Kiano." "Bagaimana bisa menyalahkan Kiano, dia babak belur dihajar penculik itu juga." "Bodyguard Alea sudah bersiap mau ikut ma tapi Kiano bilang ia sudah bawa 4 bodyguard jadinya Alea biarkan mereka tinggal di kantor, tapi ternyata Kiano tidak membawa bodyguard sama sekali ma, maka terjadilah acara penculikan itu," gerutu Alea. "Lalu siapa yang menyelamatkan kamu sayang?" tanya pak Franco. "Eric," jawab Alea singkat. "Eric siapa?" tanya pak Franco. "Eric bodyguard aku pa." "Bagaimana dia bisa tahu jika kamu diculik?" "Dia mengikuti aku dengan motor security office pa, katanya sudah tanggung jawabnya melindungi aku." "Sangat berdedikasi," gumam pak Franco. "Jangan bilang papa mau ambil dia dari Alea, enggak enggak, dia tetap jadi bodyguard Alea titik," pungkas Alea. "Udah Ah Alea mau tidur, capek." "Tahu sekali dengan tabiat papa, mengambil yang paling berdedikasi," seloroh bu Tania. Nathia dan Narnia tergelak, mereka kemudian keluar dari kamar Alea membiarkan adiknya istirahat. Alea membaringkan tubuhnya di ranjang, ia menatap langit langit kamarnya, ia menghela nafas panjang perasaannya resah dan ia tidak tahu kenapa perasaannya resah seperti ini. Perasaannya ini seperti perasaan menyukai seseorang, dan kenapa malah pikirannya tertuju pada Eric. Alea bangun dan duduk, bayangan Eric yang mengobati dengan telaten luka di lehernya membuatnya perasaan campur aduk. Ia menggeleng pelan, ia hanya kagum dengan Eric yang berdedikasi pada pekerjaannya itu saja, tidak mungkin ia menyukai pria itu. Alea berjalan mondar mandir, apakah karena Eric terlihat sangat memperhatikan dirinya membuat ia memiliki perasaan aneh ini, ponselnya berbunyi, ia mencari keberadaan ponselnya yang ada di sofa set kamarnya. Alea berjalan menuju sofa set dan duduk disana, sebuah panggilan dari Kiano. Area mendengus kesal, pria yang mengatakan bisa melindunginya malah tak bisa berkutik ditangan para penculik. Ia malas menjawab panggilan Kiano itu tapi jika tak dijawab pasti akan terus menghubunginya. "Halo...." "Ya ampun Al, lama sekali jawab telepon aku. Bagaimana keadaan kamu? Baik baik saja kan? Aku khawatir sama kamu," tanya Kiano bertubi-tubi. Alea jengah mendengar ucapan Kiano, ia malas bicara. Apalagi saat mengingat jika Kiano tidak suka jika ia memegang perusahan kecil milik papanya, ia ingin menjauh saja dari Kiano karena jelas akan membawa pengaruh buruk pada misinya nanti. "Aku mengantuk No, mau tidur dulu. Bye," Alea mengakhiri sambungan teleponnya dengan Kiano dan berjalan menuju balkon kamarnya, ia ingin mencari udara segar dan menghilangkan fikiran lelahnya memikirkan keinginan mamanya menjodohkannya dengan Kiano dan pastinya ia menolak. Awalnya ia mau mencoba dan berusaha dekat dengan Kiano, saat Kiano mengajak makan siang pun ia bersedia tetapi saat melihat sikap Kiano yang kurang ia suka membuatnya mencoret nama Kiano dari daftar calon suaminya. Di balkon kamarnya, Alea menyandarkan tubuhnya di kabar besi balkon. Ia menatap langit yang penuh bintang, bulan pun bulat sempurna dan bersinar terang. Bulan itu terlihat indah dimata Alea, Alea menatap bulan itu setelah puas ia mengalihkan pandangannya dan pandangannya tepat di bangunan samping rumahnya, dan jantungnya serasa mencelos saat melihat Eric berdiri disana, jantungnya berdegup Kencang. Alea berbalik dan kembali masuk dalam kamarnya, ia tidak tahu jika bangunan untuk para bodyguard ada tepat di depan balkon kamarnya. "Kenapa aku ini?" gumam Alea bingung, ia menghempaskan tubuhnya di ranjang dan menarik selimutnya. Oooo----oooO A lea masuk dalam ruang makan, seperti biasa disana sudah ada keluarganya karena ia selalu datang ke ruang makan paling akhir. Alea duduk dan mengambil sandwich yang sudah tersedia di meja makam sedangkan papa, mama dan kakak kakaknya sudah hampir selesai. "Bagaimana dengan Kiano Al?" "Apanya ma?" "Perkembangan hubungan kalian bagaimana?" "Hubungan apa sih ma, kami baru dua kali bertemu, pertama saat mama kenalkan kedua saat dia mengajak makan siang kemarin dan pendapat Alea, big no jika dia jadi calon Suami Alea ma." jawab Alea lugas. "Memangnya kenapa sayang? Dia good looking, baik, ramah dan mama juga kenal baik dengan mamanya. Apalagi?" tanya bu Tania. "Dia itu tidak bisa diandalkan, saat Alea diculik dia tidak bisa melindungi Alea, mana bisa Alea menyandarkan hidup pada pria seperti dia." "Kalau kamu mau menikah dengan Pria yang bisa melindungi kamu, menikah saja dengan bodyguard," canda Nathia, candaan Nathia malah membuat Alea tersedak hingga ia terbatuk batuk, Alea mengambil orange juice di depannya dan meminumnya. "Nath, bicara apa kamu," tegur pak Franco. "Kidding pa, masa anak pak Franco Wijaya menikah dengan bodyguard, tidak mungkin lah pa." "Ya sudah kalau Alea tidak mau melanjutkan pendekatan dengan Kiano, nanti mama perkenalkan dengan anak teman mama yang lain," jawab bu Tania. "Ya sudah Alea berangkat dulu," Alea berdiri dan meninggalkan meja makan keluar rumah dimana mobilnya sudah siap dengan ketiga bodyguardnya yang berdiri di sisi kiri mobil, Eric membukakan jok tengah untuk Alea ia melirik Eric sekilas dan masuk. Eric kemudian masuk di jok Depan Sebelah Amin sedangkan Bryan dan Nico sudah Masuk sebelum Area masuk, mereka duduk di jok belakang. Sesampainya di area parkir kantor Alea segera masuk lobby dan menuju ruangannya, ia pun segera tenggelam dalam pekerjaannya. Alea merasakan matanya panas karena terlalu lama menatap layar laptopnya, ia sandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya dan memejamkan matanya. Baru beberapa saat ia memejamkan mata ia kembali membuka matanya karena ponselnya berdering, Alea mengambil ponselnya di meja dan menjawab panggilan dari mamanya. "Halo ma." "Al, siang ini kita lunch bersama ya?" "Mama ada rencana apa lagi?" "Tentu saja memperkenalkan kamu dengan putra teman mama, mau ya?" "Iya, kita lunch dimana?" "Kebetulan restonya tak jauh dari kantor kamu sayang, datang ya?" "Iya, share location aja ma, aku akan kesana." "Ok, see you." Alea meletakkan ponselnya di meja, mungkin ia harus mau menjalani perkenalan perkenalan beberapa kali sebelum ia memastikan diri mau menikah. Alea fikir ia akan sibuk bekerja mengerjakan misinya dalam perusahan dan tidak akan ada waktu untuk menjalin hubungan dengan orang lain, Alea hanya berharap jika dari sekian banyak teman mamanya ada salah satu putranya yang menurutnya terbaik. Alea kembali membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya hingga jam makan siang tiba. Alea membereskan mejanya dan keluar dari ruangannya, para bodyguardnya bersiap mengikuti Alea. "Mau lunch diluar bos?" tanya Bryan. "Iya, ada janji dengan mama," jawab Alea. Eric, Bryan dan Nico berjalan mengikuti Alea keluar dari lobby dan menuju area parkir. ~~~ ~~~ Alea berjalan memasuki lobby dengan ketiga bodyguardnya yang berjalan dibelakangnya, ia memasuki resto lebih dalam menuju privat room, saat membuka privat room sudah ada mamanya, seorang pria muda juga wanita seusia mamanya. "Ini Alea jeng?" "Iya jeng Bagaimana?" "Cantik, cantik sekali," ucap wanita teman bu Tania. "Halo tante, Alea," Ale mengulurkan tangannya menjabat tangan wanita itu. "Halo Alea, nama tante Siska dan ini anak tante Andra," ucap bu Siska memperkenalkan putranya. Pria muda itu berdiri Dan menjabat tangan Alea. "Andra." "Alea." Alea kemudian duduk di samping mamanya, sedangkan bodyguardnya tahu diri dengan berdiri di dekat pintu. Eric melihat interaksi mereka sangat akrab penuh canda tawa, Alea juga sepertinya sangat nyaman bercakap cakap dengan Andra. Ada rasa tidak suka dihati Eric melihat hal itu, ia bingung kenapa ia tidak suka, dan apa sebabnya ia tak suka tak ia temukan. "Oh ya Al, mama sama tante Siska ada urusan lain, kamu lanjutkan saja makannya dengan Andra," ucap bu Tania membuat Alea heran. "Mama mau kemana?" "Ada urusan lain, bye." bu Tania dan bu Siska kemudian keluar dari privat room tinggallah Andra dan Alea juga Bryan, Nico dan Eric. "Aku dengar kamu mengambil alih perusahan papa kamu yang kecil dan kurang potensial, kenapa tidak mengambil alih perusahaan yang sudah besar?" "Kenapa memang kalau aku amb alih perusahaan kecil dan tidak potensial?" "Tidak apa apa, itu langkah berani dan bagus untuk pembuktian diri." "Benarkah?" tanya Alea terkejut, tak menyangka mendapatkan reaksi seperti ini. "Iya, aku jarang bahkan tidak pernah melihat anak pengusaha besar mau merangkak dari bawah, pasti langsung ambil alih perusahaan besar ayahnya dan tinggal melanjutkan saja tanpa usaha." Alea menatap Andra tak percaya, ada pria yang mengerti tentang misinya dan itu menarik baginya. Mungkin ia bisa menjalani hubungan seperti yang diinginkan mama dan papanya. "Aku suka pria dengan penilaian seperti kamu," ucap Alea. "Bagaimana kalau kita kencan?" "Kencan? Ini pertemuan pertama kita dan kamu ingin kita kencan? Tak membuang waktu sekali," gelak Alea, Andra pria yang terbuka dan berterus terang. "Tentu, itu kan yang diinginkan kedua orang tua kita?" "Baiklah, kapan dan apa yang akan kita lakukan dalam kencan pertama?" "Mmm....this weekend, kita nonton dan makan, bagaimana?" "Ok, deal." "Good answer." Semua percakapan Alea dan Andea juga didengar oleh Eric, Bryan dan Nico. Eric menatap interaksi Alea dan Andra yang semakin akrab dan ia semakin tidak menyukai apa yang ia lihat. Dan ia juga semakin bingung dengan dirinya kenapa harus merasa tidak suka dengan interaksi Alea dan Andra, mereka pasangan ya serasi berparas rupawan, berpendidikan tinggi juga kaya raya. Seharusnya ia mendukung jika bosnya bahagia. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD