Part 4

2021 Words
Eric menunggu dengan cemas di depan ruang pemeriksaan dokter, bu Sari sejak pagi kesakitan dan bu Siti berinisiatif membawanya ke rumah sakit. Bu Siti meminta anak anak yang lebih besar menjaga anak anak yang lebih kecil sedangkan bu Siti membawa bu Sari ke rumah sakit, saat Eric baru saja pergi tadi lah hal itu terjadi. Seorang perawat meminta Eric untuk ke ruangan dokter yang beberapa hari lalu memeriksa bu Sari, dengan langkah gontai Eric berjalan menuju ruangan dokter tak jauh dari tempatnya menunggu bu Sari tadi. Dengan perasaan was was Eric masuk dalam ruangan dokter dan kembali duduk berhadapan. "Sepertinya prosedur cuci darah harus segera dilakukan melihat keadaan pasien," ucap dokter pada Eric, Eric yang sudah menduga hanya diam, ia memang harus memutuskan. "Tolong lakukan yang terbaik dokter," pinta Eric memohon, ia akan berusaha sekuat tenaga mencari dana yang dibutuhkan untuk pengobatan bu Sari. "Baiklah, tolong selesaikan administrasinya dulu dan kembali kesini." "Baiklah," jawab Eric kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan dokter menuju bagian administrasi. ~~~ ~~~ Alea berjalan bersama mamanya dengan dua bodyguard di belakang mereka, Alea mengantarkan mamanya ke rumah sakit milik keluarga mereka untuk general check up. Bisnis yang dijalankan Franco Wijaya sangat beragam dari bidang perhotelan, restoran, kontraktor, jasa bodyguard, kesehatan, pendidikan dan banyak lainnya. Setelah memperkenalkan diri pada karyawan dimana perusahaan itu akan ia pegang, Alea dihubungi bu Tania dan meminta putri bungsunya itu untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Rumah sakit mewah dengan 8 lantai itu sudah berdiri lebih dari 20 tahun, dan menjadi tempat tujuan berobat para pejabat. Alea dan Bu Tania berjalan di lorong rumah sakit akan pulang, Alea melihat seseorang keluar dari ruangan dokter Malik, ahli urologi. Alea merasa mengenal orang itu, ia ingin mengikuti orang itu tapi ia ingat kalau sedang bersama mamanya. "Mmm....ma, mama pulang sama mereka ya, Alea ada urusan," ucap Alea pada mamanya membuat mamanya bingung. "Urusan apa Al?" "Ada lah pokoknya, kita bertemu di rumah ya, bye," Alea mencium pipi mamanya dan mempercepat langkahnya, bu Tania hanya menggeleng pelan dan berbelok menuju area parkir mobil sedangkan Alea mengikuti orang yang ia kenal itu yang menuju bagian administrasi rumah sakit. "Siapa yang sakit? Apakah dia menderita penyakit dalam?" gumam Alea bertanya tanya, ia kemudian berbalik berjalan menuju ruangan dokter Malik dan mengetuk pintu. "Masuk...." Alea berjalan masuk, melihat Alea dokter Malik terkejut. "Mbak Alea? Ada yang penting? Mbak Alea sakit?" "Bukan dok, saya hanya mau tanya tanya boleh kan?" "Boleh, silahkan duduk," pinta dokter Malik. "Apa yang bisa saya bantu mbak Alea?" "Saya tadi antar mama general check up dan melihat teman saya keluar dari sini, saya mau tanya apakah dia sakit dan sakit apa?" tanya Alea dengan penasaran. "Oh yang baru saja keluar, ibunya sedang sakit, gagal ginjal stadium akhir dan harus cuci darah jadi saya minta dia menyelesaikan adminstrasi sebelum dilakukan tindakan," jawab dokter Malik singkat. "Oh ibunya, berarti dia harus sedia banyak uang untuk pengobatan ibunya?" "Iya, cuci darahnya mungkin 2 kali seminggu dan pasti butuh dana besar," jawab dokter Malik. Alea mengangguk angguk mengerti, ia teringat dengan pembicaraannya dengan anak buah papanya beberapa jam lalu, mungkin jika ia menawarkan gaji besar pada Eric, pria itu akan mau jadi fulltime bodyguardnya apalagi pria itu butuh dana besar, dilihat saat ia diselamatkan beberapa hari lalu dan tinggal dirumahnya terlihat jika Eric bukan orang kaya. "Baiklah, terima kasih informasinya dokter Malik." "Sama sama mbak Alea, bukannya mbak Alea kuliah di London?" "Saya sudah graduation dan memegang salah satu perusahaan papa, kalau begitu saya permisi dokter," pamit Alea kemudian berdiri dan berjalan keluar dari ruangan dokter Malik. Eric keluar dari bagian administrasi, ia lihat sekilas perincian pengobatan bu Sari juga kalkulasi tagihannya, cukup besar untuk sekali cuci darah. Dilihat dari tabungannya mungkin cukup untuk biaya cuci darah dalam sebulan, tapi bagaimana dengan biaya anak anak panti, ia harus segera memiliki pekerjaan tetap buka freelance seperti saat ini. Eric berjalan menuju ruangan dokter Malik agar bu Sari segera ditangani. Sudah hampir 4 jam Eric menunggu proses cuci darah bu Sari, ia minta bu Siti kembali ke panti untuk menjaga anak anak. Eric juga meminta bu Siti mencari beberapa staf baru untuk pengurus panti karena tak mungkin bu Sari mengurus panti, ia harus banyak istirahat. Eric duduk dengan gelisah di bangku tunggu pasien yang ada di lorong rumah sakit, ponselnya berbunyi sebuah panggilan dari seseorang yang tadi pagi ia temui dan ia tolak penawarannya. "Halo...," Eric menjawab panggilan itu. "Eric, aku masih mengharapkan jika kamu mau menerima penawaranku." Eric diam, ia heran kenapa tiba tiba klien yang ia temui tadi menghubunginya lagi disaat ia memikirkan pekerjaan tetap bukan freelance lagi dan itu angin segar baginya. "Apakah saya bisa nego gaji?" tanya Eric. "Tentu, atasanku akan memberikan gaji besar padamu, jangan khawatir." "Baiklah saya terima," jawab Eric. "Baiklah, temui aku besok untuk tanda tangan kontrak." "Baiklah, terima kasih." Eric mengakhiri panggilan teleponnya, entah ia harus lega atau apa, di satu sisi ia sudah mendapatkan sumber dana untuk pengobatan bu Sari disisi lain ia tidak bisa seenaknya pulang ke panti karena ia adalah fulltime bodyguard. Oooo----oooO Eric sedang duduk di dalam sebuah ruangan, didepannya duduk klien yang ia temui kemarin. Pria itu yang baru ia tahu bernama Mansyur sedang memeriksa berkas ditangannya, berkas perjanjian yang harus ia tanda tangani. "Silahkan baca dulu," pak Mansyur menyerahkan dokumen yang ia pegang kepada Eric, dengan seksama Eric membaca pasal pasal di dalam surat perjanjian kerjanya itu. Salah satu isi pasalnya adalah Eric harus tinggal di rumah dari orang yang ia jaga, ia dikontrak selama 6 bulan dan jika pekerjaannya bagus akan diperpanjang setiap 6 bulan dan beberapa pasal penyertanya yang tidak terlalu berat baginya. Eric kemudian meletakkannya di meja dan menandatangi surat kontrak kerjanya itu dan kembali menyerahkan pada pak Eric. "Selamat datang di tim bodyguard nona Alea, tim bodyguard keluarga Franco Wijaya dan kamu khusus menjaga nona Alea." "Nona Alea?" "Iya, nanti dia akan datang kesini dan kamu langsung mulai bekerja sebagai bodyguardnya." "Baiklah," jawab Eric, pak Mansyur kemudian keluar meninggalkan Eric di ruangannya. Tak lama kemudian pak Mansyur masuk bersama Alea. "Eric, kenalkan ini nona Alea." Eric berdiri dan berbalik, matanya membola saat melihat gadis dihadapannya. Gadis yang sama dengan gadis yang di resto yang ia anggap sombong dan egois juga gadis yang ia selamatkan dari penculikan. "Dia nona Alea?" tanya Eric. "Iya, kalian sudah saling mengenal?" tanya pak Mansyur. "Mmm.....itu...." "Beberapa kali bertemu pak Mansyur, baiklah saya ada acara, saya pergi dulu," ucap Alea berjalan keluar dari ruangan pak Mansyur. Eric masih diam ditempatnya masih mencerna apa yang terjadi, pak Mansyur memberikan isyarat pada Eric untuk mengikuti langkah Alea, dengan sigap Eric berjalan cepat mengikuti Alea. Eric tak menyangka jika gadis itu yang ia jaga, ia sangsi bisa bekerja dengan nyaman mengingat sikap gadis itu. Eric berjalan dibelakang Alea mengikuti langkah gadis itu keluar dari gedung kantor pak Mansyur. Eric berjalan di belakang Alea menuju mobilnya, Alea masuk dalam mobilnya di jok belakang karena di jok depan ada Sopir dan jelas sebelah sopir haruslah bodyguard. Eric diam berdiri di tempatnya tanpa berniat masuk dalam mobil Alea, Alea menatap heran pada Eric dan menurunkan kaca mobil. "Ada apa? Ayo masuk," perintah Alea. "Tapi saya bawa mobil," jawab Eric. Alea berfikir sejenak. "Begini saja, kamu Bawa pulang mobil kamu sekaligus mengambil barang barang kamu, kamu ingatkan isi pasal dikontrak kerjanya, kamu harus tinggal si rumah aku, sudah tahu alamatku kan?" "Iya, ingatan saya masih kuat," jawab Eric singkat kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan mobil Alea, membuat Alea menatap Eric heran. Belum ada satu bodyguard papanya yang bersikap cuek dan dingin padanya atau pada orang yang dilindungi tapi Eric beda, dia sepertinya memang orang yang cuek dan dingin. Alea meminta sopir mengemudikan mobilnya menuju arah ke kantor untuk mulai bekerja, ia mulai dari divisi paling bawah, Alea Berencana memahami tugas tiap divisi sehingga sebagai pimpinan ia bisa me manage semua divisi. ~~~ ~~~ Eric meletakkan baju baju yang ia bawa di lemari kecil yang ada dalam kamar yang disediakan untuknya, ternyata semua bodyguard keluarga Franco Wijaya tinggal di rumah Franco Wijaya, disediakan bangunan sendiri untuk para bodyguard k Anggota keluarga, ada sekitar 15 bodyguard dan Eric yang ke 16. 5 bodyguard untuk Franco Wijaya, 2 untuk bu Tania, 3 untuk Nathia, 3 untuk Narnia, 3 untuk Alea, ketiganya baru datang termasuk Eric. Mereka mendapatkan kamar masing-masing dengan kamar mandi dalam, ada 3 lantai bangunan yang dikhususkan untuk bodyguard dengan 5 kamar masing masing lantai. Aldric mendapatkan kamar di lantai 3 yang terletak di ujung, bangunan itu berada di samping rumah keluarga Franco wijaya menghadap langsung ke gedung rumah Franco Wijaya yang megah. Eric keluar dari kamarnya dan bersandar di pagar besi di depan kamar yang ia tempati, cahaya terang warna warni terlihat menyinari rumah megah keluarga Franco Wijaya.  "Hai...," sapa seseorang pada Eric, Eric menoleh dan tak jauh dari tempatnya berdiri seorang pria berbadan tegap. "Hai...," jawab Eric. "Aku Bryan." "Eric," Eric mengulurkan tangannya menjabat tangan Bryan. "Kamu bodyguard siapa?" tanya Bryan. "Nona Alea," jawab Eric. "Oh, berarti kita satu tim, aku dengar ada satu orang lagi." "Satu orang dilindungi 3 bodyguard?" tanya Eric. "Iya, dari informasi yang aku dapat jika jumlah bodyguard 16 orang, 5 untuk pak Franco, 2 untuk istrinya, dan masing masing 3 orang untuk putri putrinya." "Banyak juga bodyguardnya," ucap Eric. "Tentu, Franco Wijaya orang terkaya, pesaing bisnisnya banyak, banyak yang memakai cara kotor dengan mencoba menculik anak anaknya demi memuluskan bisnis mereka jadi bodyguard adalah sesuatu yang penting disini," jawab Bryan. "I see, berarti tim kita ada 1 lagi kan?" "Benar, sepertinya pria yang kamarnya di samping kamarku adalah tim kita." "Jadi kita tinggal satu deret ini adalah bodyguardnya nona Alea, bagus sekali kita bisa berkordinasi. Baiklah sebaiknya kita istirahat, besok hari pertama kita bekerja." "Baiklah, sampai jumpa besok," jawab Eric kemudian masuk dalam kamarnya. Keesokan harinya Eric sudah siap,ia sudah ada di samping mobil Alea yang sedang dibersihkan oleh sopirnya. "Pagi sekali mas Eric sudah siap," ucap Amin, sopir pribadi Alea yang tengah membersihkan mobil Alphard yang biasa dikendarai oleh Alea. "Saya harus stand by lebih pagi, takutnya nona Alea berangkat pagi," jawab Eric. "Saya juga belum tahu seperti apa kebiasaan non Alea, beberapa hari ini sih tidak terlalu pagi dia berangkat, tapi kan kita belum tahu," ucap Amin. "Iya benar, saya juga harus mulai menyesuaikan diri disini," tambah Eric. "Mas Eric sudah lama jadi bodyguard?" "Cukup lama." "Ayo berangkat min...," perintah Alea yang sudah berpakaian rapi siap ke kantor. "Tapi dua bodyguard lain belum siap non," jawab Amin. Alea melirik Eric yang sudah berdiri di dekat mobilnya dan sudah berpakaian rapi. "Tinggal saja, saya ada urusan penting," jawab Alea masuk ke dalam jok Tengah mobil sedangkan Eric masuk di jok depan bersama Amin, Amin segera melakukan mobil Alphard berwarna hitam itu di jalanan ibukota. "Kita ke mana non?" tanya Amin. "Ke resto Pelangi, saya ada janji meeting dengan klien pagi ini," jawab Alea. "Baik non." Amin segera melajukan mobilnya menuju resto yang di katakan oleh Alea, sedangkan Alea fokus pada laptop di pangkuannya, Eric melirik Alea melalui spion, saat serius seperti itu Alea tidak seperti gadis sombong di resto waktu itu. Beberapa saat kemudian mobil yang dikemudikan Amin berbelok ke sebuah resto mewah di jalan protokol, Amin memarkirkan mobil Alea di valet parking dan mematikan mesin mobil. Alea keluar begitu juga Eric dan Amin, Alea melangkah akan masuk ke dalam resto tapi baru beberapa langkah Alea menghentikan langkahnya dan berbalik. "Min, hubungi dua bodyguard saya yang lain, minta datang kesini menggunakan taksi, atau jika mungkin saya sudah selesai meeting langsung minta mereka ke kantor," Perintah Alea yang di angguki oleh Amin. Alea melanjutkan langkahnya diikuti oleh Eric di belakangnya, ia masuk ke resto lebih dalam dan membuka sebuah ruangan privat yang sudah ia pesan. Ruangan masih kosong, itu berarti orang yang ada janji dengannya belum datang. Alea masuk dan duduk di kursi dengan meja bulat, ia keluarkan laptopnya dan tak lama ia sudah tenggelam dalam data data dalam laptop itu sedangkan Eric berdiri di belakangnya. Alea mengetik dengan cekatan beberapa poin yang akan ia bahas hari ini, pintu ruangan terbuka dan terlihat seorang pria dan seorang gadis masuk, keduanya segera duduk di hadapan Alea. "Selamat siang nona Alea," sapa pria yang kira kira berusia 40 an tahun itu. "Selamat siang pak Gunawan, sudah siap meeting hari ini?" "Tentu, saya ingin mendengar pemaparan nona sebelum kita mencapai kesepakatan." "Baiklah," jawab Alea. Alea kemudian mulai menjelaskan program kerja perusahaan yang akan ia pimpin, juga apa saja yang disediakan oleh perusahaan yang ia pegang, Alea bicara dengan intonasi yang tegas dan jelas sehingga mudah di mengerti oleh klien, pak Gunawan mengangguk angguk mengerti. Pak Gunawan meminta poin poin yang dijelaskan oleh Alea dicatat oleh sekretarisnya. Eric yang ada dibelakang Alea diam diam merasa kagum dengan kepandaian gadis itu, penilaiannya mulai berubah pada Alea, gadis itu menunjukkan jika sekali bertemu tidak bisa sebagai patokan menilai seseorang. Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD