Perjalanan pulang dari Azteca Lab kali ini membawa suasana mencekam. Ambrosio tidak pernah takut apa pun, tetapi kehilangan Sisilia bisa jadi akhir dunianya. Mobil melaju menuju kediaman Keluarga Yamazaki, hanya kebisuan mengiringi deru angin. Ambrosio duduk satu kursi dengan Sisilia, tetapi ada jarak yang sangat jauh di antara mereka. Sisilia bertumpu siku ke jendela mobil yang terbuka dan membiarkan angin menyapu wajahnya. Ambrosio menelan ludah membasahi tenggorokannya yang mengering. Katanya, diamnya seorang wanita pertanda akhir dunia. Ambrosio tidak ingin itu terjadi. Perlahan, ia membuka mulut. "Sisilia, aku--." Sisilia menoleh padanya dan tersenyum tipis meskipun sorot matanya redup menahan nyeri. "Ambrosio," ada jeda dalam ucapannya dan itu menjadi detik-detik paling menyiksa