Pagi hari pun tiba dan mereka berenam bangun serta saling membangunkan teman di sampingnya jika sebelum membuka mata. Mereka bergegas untuk keluar dari tenda dan juga membereskan barang-barang. Mereka berenam saling membagi tugas dan sebelumnya merapikan tenda terlebih dahulu untuk para pria. Sedangkan para wanita menata bahan makanan yang akan dimasak, meski tidak bisa membuat api untuk memasak.
“Gua heran banget, tidur bukannya segar malah sakit semua, nih, badan,” gerutu Dalwi sambil meliuk-liukkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
“Gimana nggak sakit kalau lu aja ada di pojokan gitu. Gua juga sama, ngilu ini bahu gara-gara miring semalaman,” sahut Bang Opung yang juga berada di pojokkan dan justru memiringkan tubuhnya sepanjang malam.
“Iya, Bang. Herannya ini si Rahmat pakai nindih tubuh gua juga semalam. Gimana nggak sakit coba?” Dalwi masih menggerutu karena tubuhnya terasa sakit.
“Lah, kok, gua? Namanya orang tidur, ya, nggak kerasa. Sorry, dah!” Rahmat memang tidak tahu sama sekali kalau menindih tubuh Dalwi semalaman.
“Ya udah, buruan ayo bongkar tenda. Biar bisa lanjut sehabis sarapan,” sela Kodel yang dengan semangat segera membongkar tenda.
Dalwi jadi merasa heran di dalam hati karena kemarin Kodel terlihat tidak bersemangat, tetapi sekarang kelihatan berseri-seri. Dalam hati Dalwi justru bertanya-tanya dan juga jadi suudzon dengan Kodel. Pria itu menahan diri terlebih dahulu dan mencari kesempatan untuk bisa berbicara secara langsung dengan Kodel.
Setelah selesai membongkar tenda dan menata kembali di dalam tas, akhirnya para pria mengambil alih untuk menyalakan perapian dan membuat sarapan. Sebelum semua kegiatan itu berlanjut, Dalwi mengajak bicara Kodel terlebih dahulu hanya berdua saja.
“Napa, sih, pakai rahasia-rahasia segala. Lu mau ngomong apa?” tanya Kodel sedikit sewot padahal belum tahu apa yang akan dibicarakan oleh Dalwi.
“Gini, Kodel. Gua bukannya mau menuduh atau mengada-ada tapi tadi malam gua lihat sesuatu yang di luar batas norma pertemanan. Lu inget nggak?” Dalwi mencoba memancing terlebih dahulu apakah pria yang berhadapan dengannya saat ini paham dengan arah pembicaraan terlebih dahulu.
“Lah, maksud lu apa? Gua nggak paham. Emang ada apa?” Kodel pasang wajah pura-pura tidak tahu sama sekali yang dibicarakan oleh Dalwi.
Mendengar hal itu Dalwi jadi merasa legas sedikit karena berarti apa yang dilakukan oleh Kodel tadi malam bukan merupakan sesuatu yang disengaja karena tidak tahu sama sekali. Dalwi baru berani untuk menceritakan apa yang terjadi tadi malam kepada Kodel.
“Gini, Kodel, gua tadi malam kebangun, kan, gara-gara Rahmat nindih tubuh gua. Lah, pas bangun gitu, gua ga sengaja liat tangan lu masuk ke celananya Putri.” Dalwi mencoba memberitahu apa yang terjadi kepada Kodel.
Ekspresi wajah Kodel langsung berubah drastis dan menatap dengan mata melotot ke Dalwi. “Jangan asal ngomong lu, ya! Lu bisa memancing keributan dan fitnah kalau gini caranya! Jelas-jelas si Ririn di tengah, mana mungkin gua begitu!” Kodel langsung berpura-pura membela diri dengan berbagai alibi yang ada.
Ternyata yang dikhawatirkan oleh Dalwi benar-benar terjadi karena sudah mengira Kodel pasti tidak percaya dengan hal itu. Untungnya Dalwi sudah terlebih dahulu merekam kejadian itu dan bisa memperlihatkan bukti yang kuat. “Gua udah tebal kalau lu pasti nggak percaya sama yang gua omongin. Bukan gimana-gimana tapi gua bilang begini juga buat kebaikan elu, kan?! Nih, liat sendiri buktinya!” Dalwi langsung menyodorkan benda pipih yang menjadi kunci saksi dari kejadian tadi malam dengan rekaman video yang ada.
Kodel langsung melihat rekaman video yang dibuat oleh Dalwi. Kodel langsung terdiam dan bingung untuk berkata-kata karena sudah ketahuan dan ketangkap basah dengan bukti yang ada oleh salah satu teman. Jelas saja pria itu takut kalau Ririn tahu dan tiba-tiba marah serta memutuskan hubungan dengan Kodel. Seketika Kodel menjadi panik dan berusaha untuk membujuk Dalwi agar tidak membicarakan hal ini kepada orang lain. Tentunya dengan beberapa dalih dan juga menganggap kalau hal itu sama sekali tidak sengaja. Kodel pintar untuk berbicara dan membujuk orang.
“Gua sama sekali nggak ngerti soal ini dan nggak kerasa. Mungkin gua lagi mimpi atau gimana nggak tahu. Gini, Degel, gua minta tolong sama lu buat ngerahasiain hal ini soalnya gua bener-bener nggak paham dengan kejadian ini dan nggak mau kalau Ririn tahu dan salah paham lalu mutusin gua. Gua sayang sama Ririn, gua nggak mau diputusin cuma gara-gara video konyol seperti ini karena gua nggak ngelakuin kesalahan apa-apa. Gua mungkin mimpi atau gimana nggak tahu sama sekali. Tolong, lu jangan memperbesar masalah ini dan cukup antara kita aja yang tahu. Gua mohon,” pinta Kodel yang memasang wajah memelas kepada Dalwi.
Dalwi yang percaya saja perkataan dari pria di hadapannya itu tentu mengiyakan saja permohonan itu. Padahal Dalwi masih merasa curiga dan seudzon kepada Kodel. Namun dengan permohonan Kodel yang terlihat serius membuat Dalwi tidak tega untuk memperkeruh suasana saat ini. Memang Kodel dan Ririn sejak awal juga sering cek cok tidak jelas.
“Iya, iya. Gua bakal simpan rahasia ini dan gua harap emang kejadian seperti ini bukan sesuatu yang sengaja karena sejak awal Bang Opung sudah menginstruksi berkali-kali kalau tidak boleh ada kejadian buruk yang dilakukan oleh para anggota. Gua yakin kalau lu nggak sengaja dan apa yang terjadi ini nggak bakal gua ceritain ke siapa-siapa.” Dalwi mengatakan hal itu sambil menegaskan kepada Kodel kalau hal seperti itu tidak boleh dilakukan saat pendakian gunung seperti ini.
“Iya, iya. Gua tadi, kan, bilang nggak tahu, jadi, ya, nggak sadar. Oke, thanks, ya. Gua percaya lu nggak bakal fitnah dan sebar aib orang lain.”
Kodel langsung menepuk-nepuk bahu temannya dan kemudian berlalu pergi dan bergabung dengan Bang Opung serta Rahmat untuk membuat sarapan. Para pria bertugas untuk membuat perapian dan memasak karena para wanita hanya menyediakan bahan yang dibawa saja. Ririn dan Putri beralasan tidak bisa membuat perapian dan juga tidak begitu pandai memasak ala kadarnya seperti itu.
Dalwi hendak bergabung dengan para pria tetapi Putri langsung menghampiri. “Degel, gua pinjem hape lu, dong. Mau buat liat-liat hasil foto-foto selfi sama rekaman kemarin!”
“Oh, iya, nih,” ujar Dalwi yang menyadarkan ponselnya kepada Putri.
Baru beberapa saat Putri melihat isi dari galeri ponsel tersebut. Wanita itu pun langsung marah kepada Dalwi. “Eh, ini maksud lu apa, sih? Buat video beginian, lu mau ancurin reputasi gua??!” Putri langsung sewot saat melihat ada tayangan video yang memperlihatkan dirinya sedang terbaring memejamkan mata dan ternyata dipegang-pegang oleh Kodel.
Tentunya tayangan video yang hanya beberapa detik itu membuat Putri merasa resah kalau sampai ketahuan dengan teman-teman yang lain pasti nama baik Putri akan tercemar. Selain itu Putri juga tidak mau kalau Ririn marah dan melabrak Putri saat naik gunung seperti ini. Putri merasa kesal dan seperti dilecehkan oleh Dalwi.
“Eh, tenang, tenang dulu. Gua jelasin. Jangan teriak-teriak ntar temen-temen curiga. Tadi gua udah tanya sama Kodel soal video ini Cuma bukti soalnya gua liat Kodel grepe lu and tangannya masuk ke celana lu. Tapi Kodel bilang kalau dia nggak sengaja and nggak tahu sama sekali. Gua udah denger Kodel klarifikasi, jadi lu jangan teriak biar nggak rame. Kalau sampe Ririn, Bang Opung, sama Rahmat denger, lu juga yang bakalan rugi.”
Dalwi mencoba menjelaskan agar tidak ada salah paham di antara Putri dan dirinya. Wanita itu pun langsung diam seketika dan merasa ini adalah kesempatan yang pas untuk meminta Dalwi menghapus video tersebut dari ponsel. Jelas saja Putri tidak mau kalau orang lain mengetahui hal itu dan akhirnya perselingkuhan Kodel pun terungkap.
“Oh, gitu, ya. Kalau gitu, lu harus hapus video ini dan gua nggak mau tahu kalau sampai ada orang lain yang tahu video ini berarti lu yang sudah nyebar dan hancurin reputasi serta nama baik gua. Gua nggak tahu seperti apa tadi malam dan nggak tahu yang ada di dalam isi video ini beneran atau enggak tapi yang pasti gua nggak mau orang lain berpikir hal buruk tentang gua. Paham?” Putri langsung mengatakan hal itu dan membuat Dalwi juga kesal.
“Iya, iya! Ini gua hapus video ini di depan mata lu jadi lu juga tahu kalau gua udah hapus video ini. Biar nggak jadi masalah nantinya. Maaf, ya, gua nggak ada maksud apa-apa soal ini.” Dalwi langsung menghapus video tersebut di hadapan Putri agar salah paham ini berakhir.
Putri pun tersenyum dan berterima kasih kepada Dalwi. “Oke deh. Thanks ya. Gua jadi pinjam hape lu, ya.”
Putri tetap meminjam ponsel tersebut untuk dokumentasi diri sendiri sambil berbincang dengan Ririn tanpa merasa bersalah sama sekali. Dalwi berjalan dan bergabung dengan para pria yang sedang memasak mie instan dengan alat yang terbatas. Dalwi merasa heran dengan Putri yang bisa biasa saja di hadapan Ririn padahal baru saja melihat video seperti itu.
Putri sengaja berpura-pura biasa saja dan membahas banyak hal lain dengan Ririn agar tidak ketahuan sudah menjadi selingkuhan Kodel. Putri sangat pintar menyembunyikan sesuatu seperti dengan Kodel yang tidak jujur pada Ririn. Putri merasa selamat sudah bisa menipu banyak orang selama ini. Apalagi Dalwi yang jelas-jelas sudah mempunyai bukti justru percaya dengan perkataan Putri dan Kodel hingga menghapus rekaman video tersebut. Mungkin saat ini hal itu tidak ketahuan tetapi sampai kapan sebuah perselingkuhan bisa bertahan dan tidak diketahui oleh publik?
Ririn tidak merasa ada hal yang aneh sama sekali dengan Kodel. Ririn juga masih mau berbicara dan foto-foto bersama putri karena memang mereka cuma wanita berdua saja di rombongan itu. Kalau tidak akur dengan Putri maka Ririn tidak bisa memiliki teman di sana. Tidak mungkin Ririn menempel terus menerus dengan Kodel, bukan?