Dua lelaki itu berdiri saling berhadapan. Papa masih memegangi gelas kertas berisi kopi panas di kedua tangannya. Melihat tangan papa yang bergetar dan sepertinya akan menjatuhkan gelas kopi itu, Nawang lekas mengambilnya dari tangan papa. Dibiarkannya lelaki setengah keriput itu berjalan perlahan mendekati anak yang sudah lama tidak dilihatnya. “Bumi ...,” panggilnya lirih. Tangannya terulur hendak menjangkau sosok Bumi yang masih cukup jauh untuk digapai. Belum sempat keinginan menyentuh putranya terpenuhi, Papa sudah keburu jatuh berlutut dan menangis tersedu. “Papa!” teriak Bumi dan Nawang bersamaan. Nawang meletakkan gelas kopinya di kursi dan merengkuh pundak papanya. Dibimbingnya Papa menuju kursi terdekat. Sedangkan Bumi ... dia masih berdiri terpaku dan bingung har