Nawang memandangi lantai dua rumahnya, di mana Nadia sedang sibuk membereskan barang-barang Angga. Setelah satu bulan penuh dirawat di rumah sakit akhirnya Angga diperbolehkan pulang tapi masih harus kontrol rawat jalan. Terutama untuk memulihkan luka di kepalanya. Di sebelah Nawang, Papa yang berusaha terlihat tenang dengan menyereput teh hangatnya berulang kali, tidak bisa berbuat apa-apa. Angga sudah dewasa. Keputusannya sudah bisa dipertanggungjawabkan. Tidak ada lagi campur tangan Papa atau Mama dalam pengambilan keputusan yang dilakukannya. “Papa beneran nggak bisa berbuat apa-apa?” tanya Nawang sambil memandang Papa dan lantai dua bergantian. Wajahnya terlihat cemas sekaligus geram. “Mamamu sudah mengizinkan.” Papa memang terlihat kalem, tapi pasti dia tidak rela kalau