19. Dimas Marah

2687 Words

                “Enak kan, Shil?” tanya Mas Bayu sore itu ketika kami akhirnya benar-benar mampir warung mie ayam baru yang sempat Mas Bayu singgung sebelum kami pulang. “Enak, mas. Mienya aku suka, kecil-kecil.” “Bagus deh, berarti nggak sia-sia aku ngajak kamu ke ini.” Mas Bayu meringis. “Sia-sia gimana, mas? Andai nggak seenak ini juga aku nggak masalah. Udah makasih banget ini, boleh nebeng pulang. Mana diajak makan juga.” “Santai, kaya sama siapa aja.” Aku tersenyum, lalu Mas Bayu pun ikut tersenyum. Kalau dilihat-lihat lagi, Mas Bayu ini wajahnya beneran enak dipandang dari jarak dekat. Dan ketika dia senyum, lesung pipinya kelihatan. Ya, meskipun urusan lesung pipi, Pak Dimas masih juaranya.   Eh bentar, kenapa aku bawa-bawa Pak Dimas?                 Aku menggeleng beb

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD