28. Pujian Dimas

3032 Words

                “Duh, rambutku!” desisku kesal ketika sadar rambutku ikut naik begitu aku mepas helm. Gara-gara lupa naruh ikat rambut, jadinya aku terpaksa naik motor dengan keadaan rambut terurai. Biasanya memang aku sering mengurai rambut, hanya saja ketika naik motor, aku selalu menyempatkan untuk mengikatnya agar tidak terlalu berantakan ketika melepas helm.                 Aku meletakkan helm di jok motor sebentar, lalu segera merapikan rambut dengan bercermin di kaca spion. “Pagi, Shil!” “Hm? Pagi,” sahutku sekenanya karena saat ini aku masih sibuk menyisir rambutku dengan tangan. “Kamu sedang apa, sih?” “Hah?”                 Aku menoleh, dan betapa terkejutnya aku ketika tahu kalau orang yang menyapaku adalah Pak Dimas. Bisa-bisanya, gara-gara terlalu fokus dengan ramb

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD