Gue melongo mendengar ucapan Nath. Idih, paling dia asal njeplak doang!
"Gue bingung, Nath. Mami memaksa gue married. Katanya penyakit tumornya udah semakin parah. Dia ingin sebelum meninggal, gue udah punya suami. Haduh, emang gampang apa cari suami? Secara gue pacar aja kagak punya," keluh gue.
Gue bersandar di bahu Nath. Meminjam kekuatannya. Nath memeluk gue sambil mengelus punggung gue.
"Elo sih cerewet banget milih cowok."
"Gue? Cerewet? Apa lo enggak melihat gue punya modal apa buat memilih cowok?! Tampilan gue tuh biasa banget, Nath!" pekik gue gemas.
"Lo itu cantik. Cuma lo enggak pede aja! Ol, jangan trauma gegara sekali gagal hingga lo ngejudge semua cowok ganteng itu b******k," Nath menasehati gue.
Gue tersenyum kecut. Nath benar! Gue kapok berurusan dengan cowok ganteng kecuali dia.
"Nggak semua b******k sih. Lo enggak Nath," bantah gue sambil mengelus pipi Nath.
"Iya, coba gue enggak homo.. pasti lo juga menganggap gue b******k dan gak layak jadi sohib lo."
Gue terkekeh geli. Iya, gitu kali!
"Serius, apa lo memasang iklan mencari suami?" tanya Nath penasaran.
Gue mengangguk. "Iseng aja, Nath. Biar kelihatan ada usaha. Padahal gak mungkin ada yang minat! Iklan gue ancurr! Absurd! Menjijikkan puol!!" Gue tertawa ngakak mengingatnya.
"Ohya? Mana?" Nathan sungguh penasaran.
Gue menunjukkan iklan online gue yang ajib itu.
.
WANTED: Perfect Husband!
Ganteng so pasti, tajir lebih baik. Baik dan setia amat diharapkan!
Hubungi email dibawah ini: olga1112@yahoo.co.id
Dari seorang gadis yang gak terlalu cantik, tapi baik dan gak neko-neko!
.
Nath membaca iklan gue dan cuma berkomentar singkat, "lo gilak!"
"Emang gila khan! Gue mencari dewa, bukan manusia!" sinis gue.
Nath geleng-geleng kepala. "Bukan begitu. Lo gila saking ngebetnya pengin dapet suami sampai masang iklan kayak gini!! Kalau ada yang betulan berminat bagaimana?" tanya Nath khawatir.
"Gak mungkinlah, kecuali dia gilak!" jawab gue spontan.
Nath menjentikkan jarinya didepan gue. "Itulah bahayanya! Apa lo enggak takut berurusan dengan orang gila?! Atau psikopat!"
Astagahhhhh.. Gue gak kepikiran kesana!! Mampus gue.
"Daripada lo mencari orang gak benar kayak gitu. Kenapa gak sama gue aja?" lagi-lagi Nath menyodorkan dirinya.
"Lo serius??"
Nathan mengangguk cepat.
"Tapi bagaimana dengan Nico?" tanya gue lagi.
Wajah Nath berubah kelam. "Ehm, sebenarnya gue udah putus dengannya. Dia mau pindah keluar kota. Kami sepakat berpisah."
Oh pantas wajah Nico jutek gitu. Kasihan juga sih, mereka udah pacaran dari jaman SMA.
"Kalau kita jadi married bakal simbiosis mutualisme, Say," tukas Nath semangat
"Kok bisa?"
"Lo bisa memenuhi keinginan Mami lo. Daripada nikah dengan orang gak jelas, mending sama gue yang lo udah kenal luar dalam."
"Iya juga sih. Terus untungnya buat elo apa?"
Nath terkekeh geli mendengar pertanyaan gue.
"Masa lo enggak tau? Berhubung gue harus hengkang dari apartemen Nico, gue butuh tumpangan rumah gratis. Juga makan gratis. Pokoknya kalau semua kebutuhan hidup gue lo penuhi, gue bakal jadi perfect husband buat elo."
Benar juga! Sepertinya Tuhan udah mengatur yang terbaik buat gue. Itu solusi terbaik untuk memecahkan masalah gue saat ini.
Gue mengangsurkan jari kelingking gue ke Nathan.
"Oke, deal. Ferdianto Nathan, sekarang lo adalah calon suami gue! Kapan lo ready gue nikahi?"
Nath mengkaitkan kelingking gue ke jari kelingkingnya. "Gue ready kapan aja. As soon as possible! "
Akhirnya gue berhasil mendapat calon suami! Gue harus segera mengabari Mami.
***
Dua minggu kemudian.
Gue sedang menyetir mobil saat Papi telepon.
"Yes, Pap?"
"........."
"Iya, Olga mau nikah. Siapa? Ferdi? Iya, itu nama calon Olga."
"............"
"Benar Papi yang mengurus surat nikah Olga? Bukannya Mami?"
"........."
"Serah deh. Papi ambil saja surat-surat Olga di Mami."
"............"
"Cih. Kalian ini kayak Tom and Jerry aja! Berantem mulu. Iya deh, untung Olga punya dua ktp gegara dulu terlanjur bikin baru setelah sempat mengira hilang. Ntar Olga kirim via gojek. Papi tunggu aja."
"............"
"Kapan nikahnya? serah. Tanya calon Olga aja. Udah ya, Olga lagi nyetir. Macet nih. Bye, Pap!"
Begitulah hidup gue. Gak ada yang sempurna! Udah tampilan gue biasa aja. Eh punya ortu juga model antik gini! Mami dan Papi udah pisah ranjang. Tepatnya pisah rumah. Mereka belum resmi cerai, tapi udah lama hidup sendiri-sendiri. Huh, kayaknya mending gitu deh. Habis kalau bertemu, mereka nyolot terus kayak petasan! Gue yang jadi anaknya aja pusing, apalagi orang luar!
Terkadang gue menginap di rumah Mami, sesekali bobok di apartemen Papi. Tapi banyakan sih di apartemen gue. Biar mungil tapi menyenangkan! Gue bebas mau ngapain disitu.
Sesaat kemudian, sampailah gue di apartemen Nico. Disana Nathan sudah siap menunggu gue.
"Kok cuma bawa segini doang?" Gue melirik dua koper yang ada di dekat kaki Nathan.
"Yah harta gue cuma ini doang. Kan ada elo, ntar tolong belikan apa yang kurang ya, Istriku cantik," rayu Nath.
"Hmmm, jadi ini yang namanya Perfect Husband? Suami yang suka ngentit duitnya istri!" cibir gue.
Nath terkekeh geli, lalu memeluk gue dan mengecup bibir gue.
"Percaya deh Sayang, gue bakal jadi sweet husband ever after. Ini janji pramuka gue!" Dia mengacungkan kedua jarinya membentuk hurup V.
Yah sudahlah. Meski kere tapi sikap Nath sangat menyenangkan dan tampilannya luar biasa membanggakan. Dan yang penting dia homo. Aman deh gue.
Bersambung