bc

Fairy Tale

book_age16+
623
FOLLOW
4.1K
READ
love-triangle
queen
drama
first love
like
intro-logo
Blurb

Alam semesta yang kau huni ini terdiri dari 3 dunia yang saling berdampingan

Dunia manusia, Dunia peri dan dunia kegelapan

Ketiga dunia itu terhubung oleh sebuah gerbang yang terletak di masing-masing dunia

hanya ada satu orang yang bisa mengontrol ketiga dunia tersebut

hingga suatu hari...

gerbang itu terbuka dengan sendirinya dan menyebabkan kekacauan di dunia....

Credit :

Gambar : Pixabay @ThuyHaBich

Font : Many wealz, PicsArt

chap-preview
Free preview
The Beginning
Brukk... Suara buku berjatuhan di susul jeritan seorang gadis langsung mengundang perhatian semua orang di ruangan itu. Seisi kelas pun menertawakannya. Gadis berkuncir dua itu meringis kesakitan sambil mengusap usap kepalanya yang baru terbentur tembok. Daniel -murid yang duduk paling dekat dengan pintu masuk- dengan sigap membantu mengambil buku-buku yang berjatuhan. "Terima kasih." kata Kiara -gadis yang baru terjatuh itu- sambil masih mengusap-usap kepalanya. "Dasar ceroboh." kata Daniel dengan ketus tanpa memandang Kiara. Daniel langsung melenggang menuju meja guru menyerahkan buku yang tadi di bawa Kiara. "cie cie, duh Daniel perhatian banget sih sama Kiara. suit suit." Celetuk salah satu anak di kelas itu, yang langsung diikuti sorakan anak anak seisi kelas. Kiara berjalan pelan menuju bangkunya tanpa mempedulikan sorakan teman temannya. “Ketus seperti itu perhatian darimananya!!!” Kiara meruntuk dalam hati sambil memanyun manyunkan bibirnya tak jelas. "Sudah sudah tidak usah ribut." pak Gino, guru matematika yang sedang mengajar kelas ini berhasil membuat kelas hening kembali. "Buku ini berisi tugas tugas untuk kalian. Bapak akan absen selama dua hari karena ada urusan di luar kota. Jadi, setiap ada jam matematika, kalian kerjakan soal soal di buku ini. Mengerti kan?" kata pak Gino sambil menunjukkan buku yang tadi di ambil Kiara dari kantor. "Mengerti pak!!! " jawab anak-anak sekelas, kompak.   Ttettt ttettttt,,,,, Bel pulang berbunyi, anak-anak langsung berkemas dan menghambur keluar kelas meski pak Gino sendiri masih duduk manis di meja guru, entah apa yang dilakukannya.   *********   "Sarah tungguin gue." Kiara berlari-lari kecil keluar dari kelasnya. "Elo sih, kalo jalan lelet banget." "Enak aja, elo yang cepet bukan gue yang lambat." Sanggah Kiara. "Sudah sudah! Kalian tuh kebiasaan deh! Hal kecil aja jadi ribut." tiba tiba Vani, satu lagi sahabat Kiara datang menengahi Kiara dan Sarah yang notabene setiap hari bertengkar. Mereka bertiga sahabat dari kecil. Karena apa? Orang tua mereka itu bersahabat dan lagi rumah mereka satu komplek jadi ya, sangat dekat seperti saudara. Kiara yang di rumah anak tunggal pun tidak pernah merasa kesepian karena ada mereka. "Eh, ke kantin dulu yuk, laper nih." Vani memang tidak pernah absen kalau soal makan. Vani orangnya masa bodoh banget sama badan. Yang penting perut kenyang, badan melar pikir belakangan. Makanya badannya subur begitu. Untung dia tinggi, jadi tidak keliatan bulat seperti angka nol. Mereka bertiga berbelok ke kantin. Meskipun sudah bubaran sekolah, hari ini kantin terlihat ramai, karena ada pertandingan basket antar sekolah di lapangan sekolah Kiara. "Habis makan nonton basket bentar yuk." Kiara dan Vani menatap Sarah heran. Mereka bertiga itu sama, nggak demen sama yang namanya olahraga. Kok ini tiba tiba Sarah ngajak nonton basket? Aneh kan! "Nggak salah rah?" tanya Vani sambil asyik menikmati nasi goreng ati kesukaannya. "Nggak apa apa kan sekali-kali nonton. Tuh lihat rame banget. Kali aja asik kan?" "Ya sudah deh kita coba nonton saja, kalau ntar bosen ya pulang." Kiara yang memang paling bijak di antara mereka langsung menengahi. Sampai di lapangan basket, Sarah langsung saja menelusup ke depan menembus kerumunan penonton, nempel di samping garis lapangan. Antusias sekali! Kiara dan Vani dibuat terheran-heran dengan tingkahnya. Hanya Sarah yang "kelihatannya" menikmati pertandingan. Kiara dan Vani lebih menikmati mengamati tingkah laku Sarah. Dia yang biasanya cuek dan selalu cool tiba tiba jadi gadis yang "imut" seperti fangirl yang kecentilan. " Kiara awas." Teriak Sarah. Sebuah bola yang entah dari mana datangnya mengarah tepat ke kepala Kiara. Seruan Sarah terlambat, bolanya sudah terlalu dekat. Kiara sendiri juga tak bisa menggerakkan badannya. Terlalu kaget dengan teriakan Sarah yang berdiri tepat disampingnya. Kiara sudah menyiapkan dirinya -tepatnya kepalanya- untuk menerima hantaman bola itu. jjdugg. Dan sebuah bola mendarat dengan manis tepat di..... “Lho? Kok Aku nggak kena bola? Kepalaku baik-baik saja. terus kena siapa tadi bolanya?” Kiara mengusap kepalanya dengan heran. "Daniel!!" Lagi-lagi sarah berteriak kencang tepat di telinga Kiara. Dia yang masih belum sadar dari kekagetannya hanya diam memperhatikan apa yang terjadi. “Jadi tadi Daniel yang menggantikan kepalaku dihantam bola? Cowok jutek itu nolongin Aku?” Kiara menatap Daniel tak pecaya. Sarah dengan sigap membantu Daniel berdiri sambil mengusap-usap kepalanya. Kiara semakin heran dengan tingkah aneh Sarah yang terlihat begitu perhatian pada si jutek Daniel. "Eh gadis ceroboh! Kalau mau ngelamun jangan di lapangan. Di kuburan sana." Daniel mencibir Kiara sengit. “Tu kan. Dasar cowok jutek. Sarah sudah nolongin dia tapi dicuekin gitu aja, malah sibuk bentak bentak Aku.” Kiara membatin sebal. Daniel kembali ke lapangan siap melanjutkan permainan. Sesekali dia masih menoleh kearah Kiara dengan tatapan juteknya yang menyebalkan. Kiara tak habis pikir, kenapa dari awal kelas satu sampai sekarang sudah kelas tiga Daniel selalu jutek padanya. "Lo apa apaan sih ra? sudah ditolongin nggak terima kasih nggak apa sama Daniel." Sarah merengut sebal pada Kiara. Kiara sendiri masih diam. “Si cuek Sarah ini marah ke aku demi Daniel? Memang aku salah. Tapi ini Sarah? Yang selalu masa bodoh, marah gara gara itu?” Lagi-lagi Kiara membatin heran dengan perubahan sikap Sarah. "Iya gue memang salah, tapi nggak usah sewot gitu dong."             Tanpa disangka, Daniel kembali menghampiri Kiara, dan selama itu mata Sarah terus mengikuti Daniel dengan tatapan memuja. "Cewek ceroboh, nitip ini ya. Nih rantainya putus gara gara tadi gue nolongin lo." kata Daniel sambil berlari kembali ke lapangan. Mulut Kiara menganga lebar. “Ni cowok jutek ngapain nitipin barang ke Aku? Bukannya dia anti banget ya sama Aku? Nggak takut apa barangnya hilang atau rusak karena  keCEROBOHanku?” "Dia nitip apa ra?" lagi lagi Sarah "keluar" dari kepribadiannya. "Ini." Kata Kiara sambil menunjukkan benda yang ternyata sebuah kalung berliontin bintang dengan batu biru di tengahnya. Sangat cantik. "Cantik banget liontinnya." Sarah dan Vani kompakan mengomentari liontin Daniel. Kiara lalu menggenggam liontin itu erat. “Kalo tadi dia nggak nolongin Aku, sekarang pasti Aku ogah megangin kalungnya.” Kiara berkata sebal. Pertandingan yang sempat terhenti pun di mulai lagi. Kiara tetap tak fokus pada pertandingan. kali ini perhatiannya beralih kepada Daniel. Cowok jutek itu ternyata punya sisi baik juga. Apa Sarah naksir Daniel ya? kok tingkahnya aneh gitu Daniel memang tampan, Garis wajahnya lembut namun matanya tajam bak mata elang. Badannya tinggi atletis. Tapi bagi Kiara, dia tak lebih dari sekedar cowok jutek yang menyebalkan. Kalung yang di pegang Kiara lama lama terasa panas. “Lho? Kok batunya berubah warna? Perasaan tadi warnanya biru, kok ini merah sih?” Kiara kebingungan melihat warna liontin Daniel yang berubah. "Sarah, liat deh, kalungnya aneh." Kata Kiara. Belum sempat Sarah menoleh melihat kalung itu, tiba tiba keluar cahaya terang dari dalam batu liontin itu. Sekejap tak terlihat apa apa. Semuanya menjadi putih terang. Kiara mencoba menggapai gapai apapun yang ada di sampingnya. Tapi tak ada apapun. Padahal seingatnya disekelilingnya banyak anak-anak berkumpul menonton basket. Tapi sekarang, tidak ada apapun disampingnya. Kiara sendirian di kehampaan. Hanya ada putih yang terlihat. Kiara ketakutan. Dia terduduk sambil memeluk lututnya. “Apa yang terjadi?” *********   Perlahan, cahaya terang itu mulai memudar. Kiara mulai bisa melihat. Dia mencari-cari sosok dua sahabatnya, tapi... tak ada siapapun disini. “Tunggu.. Tunggu.. Tadi bukannya Aku di Lapangan basket? Tapi ini?” Kiara melihat sekelilingnya. Di depannya terhampar  padang rumput yang luas. Ah bukan, tapi sangat sangat sangattttt luas. Di belakangnya ada hutan pinus yang lebat dan terkesan menyeramkan. Seakan dia bisa merasakan ada hawa jahat yang berhembus dari dalam hutan. Dan di kejauhan sana, terlihat ada bangunan yang mirip dengan kastil-kastil di negeri dongeng. Pertanyaannya....... “AKU ADA DI MANA??????????” Kiara berteriak frustasi.    Kiara terduduk di rumput. Tubuhnya bergetar ketakutan. Selama ini, dia tidak pernah sendirian. Kiara itu gambaran anak tunggal yang manja, ceroboh dan penakut. Dan sekarang dia berada entah dimana dan tidak tahu bagaimana caranya kembali. Dia bahkan tidak tahu bagaimana caranya bisa sampai disini. Kiara tertunduk lemas. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Belum apa-apa dia sudah frustasi. Semua terasa membingungkan baginya. Lalu entah ide itu datang dari mana, seketika mata Kiara berbinar cerah "HANDPHONE" Teriaknya kegirangan. Kiara langsung merogoh saku seragam sekolahnya dan mengambil benda yang 'mungkin' bisa menyelamatkannya itu. Dia membuka contact list dan mendial nomor Vani. Tapi yang terdengar hanya bunyi tutt tutt tutt. Kiara pun memutus sambungan dengan sebal. "No signal? Sebenarnya ini dimana? kenapa signal saja nggak ada!!!" Pendar putus asa kembali terbit dimatanya. Ia mendengus sebal. Kembali dia melihat sekeliling berharap ada keajaiban yang bisa membawanya kembali. Matanya kembali menatap "kastil" di kejauhan sana, di atas bukit yang sama hijaunya dengan tempat kiara berdiri. mungkin jaraknya sekitar 2 km dari tempat Kiara. "Apa ini di luar negeri ya? Kastil itu seperti bangunan bangunan eropa kuno. Apa Aku sekarang di Spanyol? atau Inggris?" Lagi lagi gadis berkuncir dua itu mendengus sebal. "Coba ada Sarah dan Vani, aku pasti nggak akan setakut ini." "Guys, Kalian dimana? Kenapa Aku terdampar sendirian disini." Kiara mulai terisak. Mata bulatnya itu mulai menitikkan air mata. Lama dia terisak, tapi sedikitpun tak bisa mengurangi ketakutan yang menggelayuti hatinya saat ini. Kiara menengadahkan kepala menatap langit. Isakannya sudah mereda. Pelan ia menghapus sisa-sisa air mata disudut mata dan pipi chuby nya. Langit terlihat mulai memerah. Pertanda sebentar lagi akan berganti malam. gadis penakut itu semakin meringkuk duduknya. Dia benar benar benci gelap. "Ini semua gara gara kalung Daniel jutek itu. Pasti cahaya dari kalung itu membuatku ada di sini." Seakan tersadar akan sesuatu, mata Kiara kembali berbinar cerah. "KALUNG DANIEL." Saking kalutnya, dari tadi Kiara tidak sadar kalau tangan kirinya masih menggenggam kalung berliontin bintang itu. "Batunya kembali berwarna biru." Kiara menggenggam erat kalung itu, berharap kejadian tadi terulang lagi.   1 menit 2 menit 3 menit   Tidak ada apapun yang terjadi. Kiara memandangi kalung itu. warna batunya tetap biru. Tidak berubah merah seperti tadi. Juga, tidak ada cahaya apapun yang keluar dari dalamnya. Perasaan putus asa kembali menyelimutinya. Matahari mulai turun ke barat. Tidak banyak waktu yang di miliki kiara sebelum hari gelap. "Disana pasti ada cahaya saat malam." Gumam kiara sambil memandang ke arah bangunan nun jauh disana. Kiara memantapkan hatinya dan mulai berjalan menuju kastil itu. Dia tak peduli apa yang ada disana nanti. Meskipun ketakutan memenuhi pikirannya tentang apa yang akan ditemuinya disana.  Yang dia inginkan hanya tempat yang ada “cahaya”nya. Kiara benar benar benci gelap.   *********       Kiara berjalan secepat yang ia bisa. Tapi gelap datang lebih cepat dari yang dia perkirakan. Kiara baru mencapai setengah perjalanan menuju kastil itu. sekarang dia mulai berlari. Kedua tangannya memegang erat kalung dan handphone-nya. Dia takut barang yang benar benar penting baginya ini akan jatuh saat berlari. Kiara berlari kencang. Bangunan itu mulai terlihat dengan jelas, hanya kurang beberapa ratus meter darinya. Ternyata itu adalah sebuah pedesaan. Hanya saja kastil itu yang paling tinggi, jadi dapat terlihat dari jauh. Kiara kalah cepat. Gelap telah lebih dulu melingkupi sekelilingnya sebelum ia dapat mencapai desa. Nafasnya mulai berat dan sesak. Kiara benar benar benci pada gelap. Dia selalu tidak bisa bernafas dalam kegelapan. Dia tetap berusaha berlari. Kiara menyalakan handphonenya untuk memberi cahaya. Dia berhenti sebentar sambil menarik nafas dalam. Cahaya handphonenya cukup memberi terang hingga nafasnya normal lagi. Kiara kembali berlari menuju pedesaan itu. Kurang sedikit lagi, tapi nasib sial masih terus mengikuti kiara. Handphone Kiara mendadak mati. Kiara terus memencet mencet tombol handphone nya, tapi tidak ada reaksi. "Huftt, baterainya habis." Nafas Kiara kembali sesak. Gelap kembali menyelimutinya. Kiara tetap berlari, sedikit lagi. sedikit lagi. Dia terus menyemangati dirinya sendiri. Sampai akhirnya Kiara ambruk.   Tak sadarkan diri.   ***********

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.6K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.5K
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.2M
bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook