Penyelamatan A Qin

1023 Words
Ponsel Lady Lin berbunyi, setiap tiga puluh menit ibunya dan ayahnya menelepon. Mereka mencemaskan Lady Qin yang belum juga pulang ke rumah. Lady Lin yang tak juga berhasil menemukan adiknya tersebut kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari orangtuanya. Jika dikatakan Lady Qin baik-baik saja, berarti dia telah berbohong. Namun, Jika dia mengatakan bahwa dia belum menemukan Lady Qin, maka orang tuanya akan semakin cemas. "Kenapa teleponmu tak diangkat?" tanya Ferdinand yang juga ikut sibuk mencari Lady Qin. "Aku tak tahu harus bicara apa. Ma pasti menanyakan tentang A Qin. Aku harus bagaimana?" jawab saja dulu. Jika tidak, orang tuamu akan khawatir." Lady Lin akhirnya mengangkat telepon dari ibunya tersebut. Dia menarik nafas panjang seraya memutar otak untuk bicara pada ibunya. "Hallo, Ma," ucap Lady Lin dengan membuat suara santai. "A Lin, kau sudah bisa menghubungi A Qin? ini sudah hampir dua jam sejak Ma menunggu, dia belum pulang juga," suara Nyonya Lan di ujung telepon tersebut jelas terdengar sangat khawatir. "Ma tenang saja. A Lin ... sudah tahu dimana A Qin," Lady Lin memejamkan matanya erat. Sementara Ferdinand hanya menatap Lady Lin yang kini tengah berbohong. "Benarkah? dimana dia? kenapa ponselnya tak bisa dihubungi, katakan padanya untuk segera pulang," "Ma tak perlu khawatir. Ponsel A Qin tiba-tiba rusak jadi dia tak bisa menghubungi Ma. Tapi dia ada di rumah temannya. A Lin akan membawanya pulang, Ma tidur saja sekarang, ini sudah larut," ucap Lady Lin sambil melihat jam tangannya dengan waktu yang menunjukkan Lewat tengah malam. "Kau yakin, A Qin baik-baik saja? dia tak pernah berada di luar selarut ini," "A Qin baik-baik saja, Ma. A Lin akan membawanya pulang. Ma segeralah istirahat, A Lin tutul dulu." Lady Lin menutup ponselnya. Ferdinand masih terus menatap Lady Lin, dan kini Lady Lin balas menatapnya. "Kau membohongi ibumu?" tanya Ferdinand tak percaya. "Ferdinand, kau katakan bahwa Ze Shaosen bisa menemukan A Qin, kan?" "Itu ... hanya jika Lady Qin memanggilnya. Jika A Qin dalam bahaya, dia pasti akan memanggil Ze Shaosen." "Awalnya aku tak mengerti kalian ini apa. Ini benar-benar gila. Tapi aku berharap Ze Shaosen benar-benar bisa menemukan A Qin. Ibuku bisa gila jika tahu A Qin menghilang." "Tenang saja. Selain Ze Shaosen aku juga akan membantu mencarinya." "Hmm, aku akan menghubungi teman lain yang aku tahu." Sementara itu, Lady Qin benar-benar disekap oleha Eu Zeming. Dia tak bisa bergerak sama sekali. Wu Zeming mengikat kedua tangan Lady Qin ke kedua sisi tempat tidur. Lady Qin yang tadinya tertidur karena pengaruh obat tidur dosis tinggi, kini mulai sadar namun bahkan matanya sulit terbuka, dan dia terlalu lemah untuk melepaskan ikatannya. "Hai, Tuan Puteri sudah bangun? maaf ya, sepertinya aku memberikan terlalu banyak obat, hingga kau sulit bergerak." "A-Apa yang dia lakukan? tolong aku, lepaskan aku," Lady Qin berusaha berteriak, namun dia hanya bisa melakukannya dalam hati. Lady Qin juga berusaha berontak, tapi itu hanya dalam pikirannya. "A Qin, tenang saja. Aku tak akan kasar," sambil tersenyum Wu Zeming menyentuh wajah Lady Qin. Lady Qin ketakutan setengah mati. Air mata menetes di sudut matanya. Pikirannya terus saja berteriak. Disaat genting itu, dia mengingat Ze Shaosen. Ze Shaosen yang selalu datang jika dia memanggil. Namun, bagaimana caranya jika bicara saja dia tak mampu. "Yang Mulia, Ze Shaosen. Tolong aku, kumohon, tolong aku," Wu Zeming mendekat. Dengan pelan dia membuka kancing kemeja Lady Qin satu persatu. Lady Qin semakin ketakutan dan menangis. "Ze Shaosen, Ze Shaosen. Tolong aku!" Lady Qin berteriak sekuat tenaga di pikirannya, namun yang keluar dari mulutnya hanya suara tangisan yang membuat Wu Zeming semakin bersemangat. "A Qin, kau menangis? sttt. Jangan begitu, kau makin membuatku menggila. Hei, dengar. Aku tak kan kasar, hmmm," Wu Zeming mengusap air mata Lady Qin. Lady Qin yang hanya bisa bergerak lemah, memalingkan wajahnya dan terisak. "Sial, kenapa kau menghindariku! kau ingin aku berbuat kasar?" Wu Zeming menyentuh sisi kanan wajah Lady Qin. Lalu memalingkan kepala Lady Qin dengan kasar agar melihat kearahnya, "Berhenti menangis. Jangan menghindarku. Jika terus begini, aku benar-benar akan mengasarimu!" Wu Zeming berusaha menciumi bibir Lady Qin. "Manusia terkutuk, jauhkan tangan kotormu darinya!" "Ze Shaosen," Lady Qin merasa lega. Laki-laki itu. Ze Shaosen mendobrak pintu dan bergegas menarik Wu Zeming untuk menyingkir dari Lady Qin, "Hei, kau baik-baik saja?" ucapnya sambil melepaskan mantel yang dia pakai untuk menyelimuti Lady Qin. "Bagaimana kau bisa masuk?" Wu Zeming yang tersingkir bersiap dengan tongkat baseball di tangannya. Dia sangat geram dan ingin menghajar Ze Shaosen habis-habisan. "Dasar manusia kotor!" dengan satu tatapan saja. Wu Zeming langsung terlempar ke dinding, dan ambruk tak sadarkan diri. Setelah melakukan itu, Ze Shaosen lalu memeluk Lady Qin dan menghilang dalam sekejap. *** "Lady Qin sudah tiba di rumah," ucap Ferdinand begitu mendapat kabar dari Ze Shaosen. "Benarkah?" Lady Lin yang panik, kini menjadi sedikit tenang. "Hmm, Ze Shaosen baru saja menghubungiku," "Kalau begitu aku pulang dulu. Ah, terimakasih untuk malam ini!" Lady Lin bergegas menuju mobilnya dan tancap gas dengan cepat. "Hati-hati," gumam Ferdinand pelan. Dia menatap mobil Lady Qin hingga tak terlihat lagi. Di kamar Lady Qin. Ze Shaosen dengan pelan menaruh Lady Qin di tempat tidur. Lady Qin sekarang sudah tak sadarkan diri. Dia tertidur dengan nyenyak, karena kini sudah merasa aman, karena Ze Shaosen ada bersamanya. Ze Shaosen menatap lekat wajah Lady Qin. Beberapa detik kemudian, dia menghela nafas panjang, lalu membelai kepala Lady Qin dengan sedikit penyesalan. "Kau menunggu lama? maafkan aku karena tak langsung tahu dimana keberadaanmu, maafkan aku," ucapnya pelan. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Lady Lin masuk ke kamar Lady Qin, dan terdiam sejenak di ambang pintu. Lady Qin hanya tertidur sendiri di kamar. Tak ada Ze Shaosen. Laki-laki itu langsung pergi sesaat ketika mendengar ganggang pintu terbuka. "Angin apa yang baru saja lewat? aku rasa seperti ada orang lain disini," batin Lady Lin. "A Qin di kamar? tadi Ma periksa dia belum ada di kamarnya." Nyonya Lan yang mendengar Lady Lin pulang langsung menghampiri putrinya tersebut. "Dia memang sudah di kamar dari tadi. Dia pulang duluan karena mengantuk. Sudah kukatakan Ma jangan khawatir." "Hah, tapi tetap saja Ma khawatir. Sudah lewat tengah malam begini." "A Qin mengantuk. Biarkan dia tidur, Ma juga istirahat. Ma baru saja pulang dari luar kota. Tidurlah, besok kita sarapan bersama."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD