Rasa suka

1093 Words
Sejak perubahan aneh yang dirasakan Ze Shaosen di hatinya. Laki-laki itu mulai menjaga jarak dari Lady Qin. Namun, dia tetap selalu ada untuk Lady Qin. Mengamati gadis itu dari diam-diam sekedar memastikan dia baik-baik saja. Ze Shaosen masih tak mengerti bagaimana ritme jantungnya bisa berubah. Detak yang tak beraturan setiap melihat Lady Qin, seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan disana dan memaksa diri untuk keluar. Ze Shaosen berusaha mengabaikan hal tersebut. Mengabaikan bagaimana anehnya dia sangat ingin sekali bertemu Lady Qin. Mengabaikan kenyataan bahwa dia ingin mendengar suara Lady Qin memanggil namanya setiap hari. Namun, entah mengapa empat hari berlalu sejak terakhir bertemu, Lady Qin belum memanggilnya lagi. "Hei, kenapa beberapa hari ini kau hanya di rumah saja? aku hampir muak melihatmu mengurung diri di rumahku, bisakah kau pergi keluar?" yang dikatakan Ferdinand memang tidak salah. Ferdinand adalah tipe orang yang diam di rumah, dan Ze Shaosen biasanya berlaku sebaliknya. Jika Lady Qin tak memanggil, walau beberapa jam Ze Shaosen pasti akan keluar setidaknya sekali sehari dari rumah, dan berjalan-jalan. Tujuannya berjalan ada untuk menjernihkan pikiran dan mencari cara agar bisa kembali ke Cloudmalia dengan cepat tanpa harus menunggu kontrak sepuluh tahun berakhir. Makanya, melihat Ze Shaosen terus saja berada di ruang tengah membuat Ferdinand bertanya-tanya. "Hei, Ze Shaosen. Kau sudah mulai menyukainya?" ucap Ferdinand lagi. "Menyukai apa? jangan asal bicara, aku tak menyukainya sama sekali," Ze Shaosen langsung bereaksi. "Lalu kenapa kau mengurung diri di rumah beberapa hari ini?" "Karena dia tak memanggilku," "Dia siapa ... hei, yabg kumaksud, kau mulai menyukai rumahku?" Ze Shaosen dan Ferdinand saling pandang. Keduanya tampak tidak memahami maksud satu sama lain. Ze Shaosen menghela nafas lalu melipat tangannya, "Untuk apa aku menyukai rumahmu? aku bahkan tinggal disini karena terpaksa." "Hah, jadi yang kau maksud tadi adalah Lady Qin? kau menyukai Lady Qin?" "Ferdinand, sudah kukatakan aku tidak menyukainya!" "Wah, kau langsung bereaksi aneh. Kau pasti sangat menyukai gadis itu." "Hentikan, kau tahu apa," Ferdinand menepuk pundak Ze Shaosen, "Kau sudah mulai menyukai manusia ternyata. Apa sekarang Lady Qin tidak memanggilmu? hmm, mungkin dia tak butuh kau saat ini, bersabarlah." Ferdinand seolah memberi nasehat sambil mengejek, membuat Ze Shaosen kesal. "Berhenti menyimpulkan sesuatu sembarangan. Aku hanya tak ingin keluar makanya aku berada di rumah," "Kau tidak memikirkan bagaimana cara memutuskan kontrak lagi, kau tidak bicara tentang Cloudmalia lagi, dan sekarang kau di rumah saja bukan karena tak ingin keluar, tapi karena Lady Qin tak memanggilmu, benar kan?" "Wah, aku tak tahu kau semenyebalkan ini. Kau bisa berhenti? jangan bicara yang tidak-tidak." Ferdinand terkekeh, dia menggelengkan kepala merasa puas setelah menggoda Ze Shaosen, "Lady Qin memang hebat. Selama lima ratus tahun aku hidup, belum pernah aku mendengar ada manusia yang bisa membuat Nobsoul jatuh cinta. Tapi Lady Qin bisa membuatmu menyukainya, kurang dari seminggu." "Lebih baik aku keluar. Kau benar-benar menyebalkan." Ze Shaosen beranjak dengan kesal dari duduknya, berniat untuk keluarga menghindari Ferdinand yang bicara aneh-aneh dari tadi. "Kau ingin menemui Lady Qin? tanpa dipanggil!" "Tutup mulutmu! dasar Nobsoul lima ratus tahun yang menyebalkan!" Ze Shaosen berlalu. Ferdinand kembali terkekeh. Namun, beberapa detik kemudian, ekspresinya berubah menjadi datar, "Ternyata dia menyukai gadis itu? Nobsoul berhati lemah, jatuh cinta kepada Jiwa Murni yang membangunkannya, dia pasti akan membuat kesalahan." *** "Ini kelas terakhirmu, kan? ingat selesai kelas kau harus langsung pulang, karena aku masih ada kelas malam. Kau tak boleh kemana-mana, tak boleh mengikuti orang yang belum terlalu dikenal ke rumahnya. Tak boleh, berkeliaran tanpa adanya teman, dan yang lebih penting menjauhlah dari Wu Zeming. Jika dia mengganggumu, langsung katakan padaku atau pada Ze Shaosen," Lady Lin mengoceh tiada habisnya. Telinga Lady Qin hampir berdarah mendengar ocehan Lady Lin sejak tadi. Sejak kejadian Lady Qin menghilang, Lady Lin tampak lebih protektif agar hal yang sama tak terulang lagi. Lady Qin, walaupun dia terus gonta-ganti pasangan, dan memiliki teman yang lumayan banyak, namun gadis itu tetap saja polos dan lugu. Dia gampang dipengaruhi dan dimanfaatkan. Contohnya saat dia mendatangi rumah Tan Lishen yang ternyata hanya jebakan, dan membuat semua orang panik. "A Lin, tak bisakah kau berhenti mengoceh? sudah hampir seminggu sejak kejadian itu, kenapa kau masih cerewet juga?" Lady Qin menutup telinganya, dan terus menghindar dari Lady Lin. "Kau harus selalu diingatkan, jika tidak kau akan kembali menjadi orang bodoh lagi. Mengikuti Wu Zeming seperti itu. Harusnya kita laporkan dia ke polisi," "Hentikan, jangan membahasnya lagi." "Makanya kuingatkan, jangan terlalu bodoh untuk mengikuti orang lain, jika tidak aku akan memberitahu Ma tentang kejadian waktu itu," "Hei, kau pikir kenapa aku tak mau melaporkan Wu Zeming? itu karena kota tak punya bukti kuat, dan tak ingin Ma serta Pa khawatir. Kau tenang saja, aku tak kan melakukan hal bodoh lagi." "Kau pikir aku percaya? aku ini kembaranmu dan sangat tahu bahwa kau mudah dipengaruhi. Harusnya aku membayar seseorang untuk menjagamu. Ah, tidak. harusnya Ze Shaosen disini. Kemana dia? harusnya dia mengawasimu dan memberikan perlindungan bukankah dia pacarmu?" "Lady Lin. Kau pikir waktu itu siapa yang menyelamatkan aku?" "Yah, aku tahu. Si manusia aneh itu. Tapi, bukankah dia harus menuntaskan tugasnya. Kenapa membiarkan pacarnya berkeliaran sendiri, sedangkan dia tak ada?" "Dia itu hanya pacarku, bukan pengawasku, A Lin," "A Qin, kau sekarang mengakui dia sebagai pacarmu? bukankah sebelimnya kau katakan tidak begitu? kau sedang membelanya kan? membela pacarmu yang tak peduli itu. Ah, aku rasa ini hanya cinta sepihak." "C-Cinta sepihak? hahaha mana mungkin," Lady Qin tertawa canggung sambil menutup mulutnya, "Cinta sepihak apanya, bahkan hubungan kami saja hanya karangan. Laki-laki dingin itu, kenapa dia tak muncul di depanku? apa karena aku tak memanggilnya? tapi saat itu dia muncul walau aku tak bisa memanggil. Apa dia pilih-pilih situasi? karena jika aku dalam bahaya, dia juga akan berada dalam bahaya yang sama? ah, sial. Aku benar-benar ingin memanggilnya." "A Qin, kau dengar tidak? kelasku hampir mulai," "I-Iya, aku dengar." "Ya sudah, setelah kelas terakhirmu, langsung saja pulang ke rumah. Hah, Ze Shaosen itu, pacar macam apa yang tidak mengkhawatirkan pasangannya? hei lebih baik kalian putus saja. Sudah pasti kau hanya cinta sepihak padanya. seperti yang sudah-sudah." "Hentikan A Lin, bukankah kau ada kelas? pergi sekarang, kau membuatku pusing." "Baiklah, ingat jangan berkeliaran kemana-mana," "Iya, aku tahu!" Lady Qin menarik nafas panjang. Kini dia merasa bisa bernafas lega setelah Lady Lin pergi. Perhatian Lady Lin membuatnya lelah dan merasa tertekan. Begitulah Lady Lin. Saat kondisi biasa, dia sangat tak mempedulikan Lady Qin, bahkan sering baku hantam bersama. Namun, saat Lady Qin benar-benar dalam bahaya, dia selalu jadi yang pertama mengkhawatirkan adiknya itu. begitulah hubungan antar suadari. "A Qin! A Qin, bagaimana keadaanmu? aku minta maaf, atas kejadian hari itu. Aku benar-benar minta maaf,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD