When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Mereka benar - benar mematuhi semua pantangan yang diberikan oleh dokter Farhan. Pertama pantangan tak boleh turun sama sekali dari tempat tidur sama sekali. Dan juga puasa melakukan hubungan suami istri. Arras yang masih kecil tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Ia rindu main dengan sang mama. "Ma ... yuk main sama Ayas, yuk. Ayas kangen dari kemarin nggak main sama Mama." Arras memeluk tubuh sang ibu yang terbaring di atas ranjang. Larasati benar - benar diluluhkan oleh tatapan polos sang putra. Tatapan memohon yang begitu murni. Mana sanggup ia menolak. Tapi Larasati memilih bermain aman. Tentu ia tidak bisa menemani Arras main lari - larian seperti biasanya. "Maafin, Mama ya, Sayang. Tapi Mama dilarang dokter untuk berjalan seperti biasanya. Jadi Mama nggak bisa nemenin Arr