Pada Satu Titik

1167 Words

Jingga berlari dengan cepat tak tentu arah, tak melihat jika di depannya ada undakan kecil. Kaki kecilnya pun tersandung, yang membuatnya terjatuh membentur lantai. Jingga pun langsung menangis karenanya. Siang hari bolong seperti ini, kedua orang tua Leandra istirahat siang. Awan dan Langit juga tidur siang. Sementara Jingga masih sangat segar, seakan - akan baterainya baru saja diisi daya penuh. Hanya Abimanyu yang masih terjaga untuk menjaga anak itu. Leandra tentu saja masih belum pulang dari balai desa. Abimanyu merasa bersalah karena ia tidak mengawasi Jingga dengan baik. Ia segera menggendong anak itu. Namun Jingga tak kunjung berhenti menangis. "Mana yang sakit, Sayang? Cup ... cup ... maaf ya Oom Abi nggak ngawasi kamu dengan baik." Abimanyu berkata demikian sembari mencari ba

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD