Setelah Abimanyu menceritakan tentang makhluk apa sebenarnya Romza, rencana Leandra berubah. Sebelumnya ia ingin mengambil cuti sampai rumor mereda. Namun mulai hari ini ia sudah mulai bekerja lagi. Leandra memantapkan diri bahwa semua akan baik - baik saja. Ia cukup lega dengan fakta yang sudah ia kantongi. Ia juga tak mau terlalu terpaku pada anggapan orang lain. Karena Leandra tidak hidup untuk mereka.
"Le, Alhamdulillah, akhirnya kamu masuk juga!" sambut salah satu pamong desa yang bernama Pak Riyadi. Ia adalah salah satu pamong yang paling mengerti Leandra.
"Iya, Pak. Alhamdulillah, pikiran dan hati saya sudah kembali tenang.".
Pak Riyadi mengangguk. "Saya lega dengernya. Laporan beberapa hari ini nggak bisa selesai secepet biasanya karena nggak ada kamu, Le. Ya udah, saya lanjutin kerjaan dulu. Kamu juga silakan siap - siap!"
Pak Riyadi berlalu kembali ke mejanya. Pamong - pamong lain mulai berdatangan. Mereka juga menyambut antusias kedatangan Leandra. Seperti apa yang dikatakan Pak Riyadi tadi, tanpa Leandra, pekerjaan di sini tidak bisa berjalan secepat biasanya. Pamong di sini rata - rata sudah berumur. Jadi, untuk urusan teknologi mereka kurang begitu mengerti.
Sambutan positif rupanya bisa juga merasa bosan. Kini ia telah sukses digantikan oleh sambutan yang cenderung negatif. Ada salah satu pamong bernama Pak Sayuti. Ia sebenarnya orang yang baik. Hanya saja hatinya sedikit memiliki penyakit iri dan dengki. Sukanya berbicara nyelekit. Sering membuat hati sakit.
"Le!" sapanya.
Leandra tersenyum, kemudian menunduk penuh hormat. Perasaan Leandra sudah tak enak sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi. Bekerja satu tim dengan orang seperti Pak Sayuti, memang membutuhkan kesabaran ekstra.
"Kamu, kok, sudah masuk kerja? Apa si Genderuwo yang suka sama kamu itu udah ilang?" tanyanya. Begini lah Pak Sayuti, begitu terang - terangan.
Leandra tetap memaksakan sebuah senyuman. "Itu hanya rumor dari orang - orang, Pak. Sebenarnya nggak begitu.".
"Orang - orang nggak mungkin menyebar rumor tanpa sebuah sebab, kan? Apalagi kejadiannya hampir bareng sama kasus hamilnya Maryati, dan juga si Dimas yang kemarin diculik Genderuwo. Terus kenapa juga kamu sampai beberapa hari nggak masuk? Jadi ... itu bener, kan?"
Leandra menunduk dalam, berusaha menahan diri untuk tidak membantah perkataan orang yang lebih tua darinya. Pamong - pamong lain sudah hapal dengan sikap Pak Sayuti yang seperti itu. Namun mereka juga mulai goyah karenanya.
Mereka awalnya hanya menganggap omongannya tentang Leandra sebagai angin lalu. Tapi setelah mendengar penjelasan panjangnya dari Pak Sayuti, mereka merasa itu cukup masuk akal. Meskipun mereka tak mengungkapkan seterang - terangan Pak Sayuti. Mungkin kini hanya Pak Riyadi yang percaya pada Leandra seutuhnya.
"Buruan pagerin diri kamu, Le! Sebelum kamu diapa - apain sama Genderuwo itu!" lanjut Pak Sayuti.
"Dipagerin gimana, Pak? Setiap hari saya sudah sholat, berdzikir, memohon perlindungan dari Allah. Semua itu sudah cukup."
"Hmh ... kamu pikir Maryati tidak sholat, tidak berdzikir, dan tidak memohon perlindungan dari Allah? Tapi sekarang apa? Dia hamil ... anak Genderuwo! Kamu mau berakhir kayak dia? Apalagi kamu belum menikah.".
Leandra menarik napas dalam. Entah dosis sabar dalam dirinya cukup atau tidak untuk digunakan menghadapi Pak Sayuti. Leandra sedang berusaha keras menahan diri.
"Bekal saya hanya percaya sama Allah, Pak. Sejauh ini saya dilindungi oleh - Nya. Saya bersyukur sekali dengan itu semua." Leandra kemudian memberanikan diri mengungkapkan isi hati. "Dan ... rumor itu memang nggak benar, Pak. Karena ... nggak ada Genderuwo yang suka sama saya."
Pak Sayuti diam mendengar pernyataan terakhir Leandra. Entah ia percaya atau tidak. Yang jelas, diamnya Pak Sayuti saat ini sudah merupakan sebuah anugerah untuk Leandra. Pak Sayuti menatap Leandra lekat, kemudian ia melenggang menuju mejanya sendiri.
Lega rasanya hati Leandra. Meskipun ada sedikit rasa tak enak. Baru pertama kali ini ia membantah ucapan rekan pamongnya. Bukan membantah, sih. Hanya mengungkapkan sebuah kebenaran.
Ya, itu memang benar. Leandra tidak bohong. Memang pada kenyataannya, tidak ada Genderuwo yang suka padanya.
***
Untuk pertama kalinya semenjak Romza mengenal Leandra, ia tidak mengikuti gadis itu. Semua ini karena Abimanyu. Lelaki sok tahu, dan sok pintar itu, dengan seenaknya mengatakan pada Leandra dan keluarga tentang sosoknya. Bagi Romza, Abimanyu tak ubahnya Ki Langen. Mereka sama saja.
Saat Abimanyu pertama datang kemari, Romza sempat merasa segan. Semua adalah karena cahaya putih yang memancar dari tubuhnya. Romza sempat akan merelakan Leandra untuknya. Mungkin akhirnya jodoh wanita itu sudah datang. Tak apa Romza melepas Leandra untuk Abimanyu. Karena ia orang baik. Karena hanya itulah yang Leandra butuhkan.
Ternyata cahaya putih yang memancar dari seluruh tubuh Abimanyu — terutama dari wajahnya — itu semua hanya palsu. Romza tak lagi percaya bahwa ia adalah orang baik.
Abimanyu terus berusaha berinteraksi dengannya. Ia pasti ingin bertanya lebih jauh tentang kehidupan masa lalunya. Romza tak sudi melakukan interaksi itu. Ia tidak akan mengatakan apapun pada Abimanyu. Tidak akan pernah.
Romza berniat untuk memperdalam ilmunya dengan lebih giat. Sehingga ia bisa dengan lebih cepat meraih keinginannya untuk mempersunting Leandra. Romza yakin ia akan berhasil. Kelak saat langkahnya semakin dekat pada tujuan, ia akan mengatakan pada Leandra dan keluarga, bahwa apa yang dikatakan oleh Abimanyu adalah bohong. Romza tidak seperti itu. Romza bukan makhluk seperti itu.
"Romza, ayo lah! Ayo kita bicara sebentar!" Suara Abimanyu lagi - lagi.
Lelaki itu gila atau sinting? Atau keduanya?
Romza sama sekali tak merespon. Itu tandanya ia tak mau. Tapi Abimanyu terus memaksa. Sayang sekali, Romza tak bisa menyerangnya karena dangkalnya ilmu yang ia miliki. Romza menyesali dirinya yang sejauh ini menyia - nyiakan waktu. Ia seharusnya mengikuti mereka yang sudah menempa ilmu terlebih dahulu.
***
Abimanyu melanjutkan dzikirnya setelah sholat ashar. Lelaki itu sedang meminta petunjuk atas apa yang sedang terjadi saat ini. Makhluk itu — Romza — sedang marah padanya. Romza menganggap apa yang ia katakan adalah bohong. Meskipun itu merupakan kebenaran yang sesungguhnya.
Kasihan Romza.
Abimanyu akan berusaha keras untuk meluruskan semuanya. Ia tahu semua ini tak akan mudah. Namun ia akan membantu sebisanya, sampai semua tuntas.
"Bi, Abi!"
Abimanyu menoleh. Ia menghapal suara seseorang yang sedang memanggilnya. Banyu datang bersama dengan Jingga dalam gendongan.
"Ada apa, Pak Banyu?" tanya Abimanyu sopan.
Abimanyu sebenarnya ingin bertanya. Tadi saat sholat ashar, Banyu tidak ikut jamaah di masjid ini. Tapi setelah sholat selesai, ia malah datang. Tidak dengan pakaian muslim, hanya celana pendek dan kaos oblong.
Namun Abimanyu tak ingin suudzon. Mungkin tadi — atau nanti — Banyu akan sholat jamaah sendiri bersama dengan putra - putrinya di rumah. Mengingat anak-anak Banyu itu semuanya masih kecil. Jadi, Banyu takut, jika membawa semua untuk ikut sholat berjamaah di masjid, malah akan mengganggu jamaah lain. Belum lagi jika Jingga sampai mengompol.
"Aku ada ide," ungkap Banyu.
"Ide untuk apa, Pak?" bingung Abimanyu.
"Itu ... untuk membuat masyarakat sedikit demi sedikit melupakan rumor tentang Leandra yang ditaksir sama Genderuwo. Karena sebenarnya tidak begitu, kan?"
Muncul sebuah kerutan di kening Abimanyu. "Memangnya apa rencana Pak Banyu?"
Banyu tersenyum penuh arti mendengar tanggapan — yang menurutnya cenderung positif — dari seorang Abimanyu.
Banyu melambaikan tangan, meminta Abimanyu untuk mendekat padanya. Abimanyu sedikit kurang mengerti maksudnya. Banyu melambaikan tangan untuk kedua kali, baru Abimanyu paham bahwa Banyu memintanya untuk mendekat.
Abimanyu akhirnya mendekat — sekaligus menunduk — karena notabene Banyu memang lebih pendek darinya. Abimanyu melakukannya, agar Banyu lebih mudah membisikkan tentang rencananya — entah apa.
Kedua netra Abimanyu membulat, setelah mendengar apa yang direncanakan oleh Banyu. Tidak, ia bukannya sertamerta menolak gagasan dari Banyu. Itu rencana yang cukup bagus, kok. Eh, sangat bagus malah. Tapi ....
Kalau menurut Abimanyu, itu akan sedikit sulit dilakukan. Apalagi saat ini masyarakat sedang hangat-l -bhangatnya membicarakan perkara ini. Abimanyu pusing seketika. Bagaimana ini?
"Bi, gimana? Kamu setuju, nggak? Kok malah diem?" tanya Banyu beruntun.
"A - anu, Pak Banyu." Abimanyu gelagapan. "Untuk menjalankan rencana itu, kita perlu memikirkan beberapa hal. Pak lurah mengizinkan atau tidak, Leandra keberatan atau tidak, dan orang tua Leandra rela atau tidak?"
"Gampang, Bi!" celetuk Banyu enteng. Seakan - akan ini memang perkara gampang. Segampang memakan bubur sumsum, karena bisa langsung ditelan tanpa harus dikunyah.
"Gimana caranya, Pak Banyu?" Abimanyu lantas kebingungan. Ia sebenarnya sudah berpikir negatif. Karena anggapan enteng itu datang dari seorang Banyu, yang suka menganggap enteng masalah, tapi eksekusinya biasa kurang maksimal.
Tapi Abimanyu tetal berusaha menghargai Banyu, dengan membiarkan laki - laki itu mengatakan dulu apa gagasan yang tersimpan dalam kepalanya.
"Ya kita tinggal minta izin sama mereka semua, toh. Gitu aja, kok, repot!" Banyu bicara seolah - olah gagasannya itu adalah gagasan yang cemerlang.
Abimanyu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Iya, kan. Terbukti sudah pikiran negatif Abimanyu tadi. Duh, padahal maksud Abimanyu bukan tentang minta izin. Untuk minta izin pada Pak Lurah, oke lah, itu memang gampang. Tapi bagaimana meminta izin dari Leandra dan kedua orang tuanya? Bagaimana perasaan mereka jika rencana ini benar - benar terlaksana?
Abimanyu mengkhawatirkan itu semua. Sebuah hal yang mungkin sama sekali tak dipikirkan oleh Banyu.
Dan lagi ... bagaimana dengan Romza sendiri?
Makhluk itu pasti akan semakin kesal pada Abimanyu nantinya. Untuk diajak berinteraksi saja, Romza tak pernah mau. Bagaimana jika Abimanyu meminta izin padanya untuk melakukan ini? Meski pun pasti akan sulit. Bahkan sangat sulit.
"Gimana, Bi?" tanya Banyu sekali lagi.
Abimanyu terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.
Yang jelas segala rencana masih berputar - putar dalam kepalanya, belum ada kepastian yang akan ia ambil untuk dijalankan.
***