Helia melirik resah kearah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hembusan nafas lelah Helia mengalun di saat wanita berumur 50 an tahun itu melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi, yang artinya sudah hampir 40 menit dia menunggu kedatangan Teza.
Sebuah cafe yang tidak terlalu ramai pengunjung, Helia pilih untuk membicarakan segalanya dengan Teza. Walau anaknya sudah sangat kurang ajar padanya, namanya seorang ibu, Helia tidak mau, ada orang yang mendengar obrolannya dengan Teza tentang sifat buruk anaknya. Bahkan untuk menghindari hal ini, Helia memilih meja yang berada di pojok ruangan, dan di sampingnya ada jendela besar yang terbuka, dengan harapan, suaranya dan Teza nanti terbawa angin.
"Apa Teza tidak jadi datang?"gumam Helia pelan. Rautnya terlihat kecewa.
Tangannya meraih ponsel yang tergeletak begitu saja di atas meja. Sekali lagi, Helia akan menghubungi Teza.
"Tante, maafkan aku sudah membuat Tante menunggu begitu lama,"sebuah suara yang datang dari arah depan, menyela niatan Helia.
Helia menatap kearah asal suara sambil bangun dari dudukkannya menyambut kedatangan Teza.
Teza segera menarik lembut tante tangan Helia. Lalu menciumnya lembut. Membuat hati Helia menghangat. Teza adalah calon menantu idaman. Tapi, sayang. Sudah ada anak istrinya. Helia menggeleng pelan, mengusir andaian gilanya beberapa detik yang lalu.
"Tidak apa-apa, Teza. Hanya 40 menit tante menunggu, dan silahkan kamu duduk."Helia mengulurkan tangan ke samping kanan, memberi kode agar Teza duduk di sampingnya. Dengan harapan, dia bisa berbisik-bisik dengan Teza nanti.
Beberapa orang, yang datang bersamaan dengan Teza, sudah mengisi beberapa meja yang kosong tadi.
"Iya, Tante. Terimah kasih,"jawab Teza seraya duduk di kursi yang di tunjuk.
Setelah Teza duduk, Helia dengan lembut mempersilahkan Teza minum, minuman yang sudah dia pesan 10 menit yang lalu. Santai-santai dulu sebelum dia meminta hal yang bisa saja di tolak atau di terima Teza nasehatnya nanti.
"Mari kita minum dulu, Teza."ajak Helia seraya meraih gelas miliknya.
Teza mengangguk-angguk sopan. Mengiyakan ucapan ibu dari wanita yang sudah berjasa dan menyelamatkan nyawanya di masa lalu.
"Iya, Tante. Sekali lagi, terimah kasih banyak."jawab Teza seraya meraih minuman miliknya.
Sebelum Teza meneguk minumannya, Helia cepat-cepat bertanya.
"Masih jadi kesukasaanmu kan jus melon yang tante pesankan ini?"tanya Helia dan meletakan kembali cangkir minumannya.
Mata Teza berbinar mendengar pertanyaan Tante Helia barusan.
Kepalanya mengangguk takjub dan senang. Ah, ibu sahabat tersayanganya, masih mengingat tentangnya. Begitupun dengan Vania. Semua tentang mereka masih membekas kuat dalam ingatan Vania, yang Teza saja sudah lupa.
"Masih tante, nggak ada yang bisa mengalahkan buah melon dalam hidupku."jawab Teza tegas. Kedua manik coklat yang di turunkan pada Noah itu terlihat mengenang. Wanita parubaya yang masih cantik di depannya, apabila dia bermain ke rumahnya, pasti tak lupa menyediakan jus melon yang super dingin untuknya dan sebagai pendamping, Tante Helia akan menyuguhkan makanan tradisional yang berasal dari daerah tempat tinggal Tante Helia. Kue yang berbentuk bunga. Kue pangaha bunga namanya, yang terbuat dari tepung ketan, garam, dan santan kelapa. Bahan yang lainnya lagi, Teza agak lupa.
Tapi, momen pada saat menikmati kue tradisional sehat dan ringan ini bersama sahabat tersayang, Vania, selalu terpatri dalam ingatan Teza.
"Kamu sedang membayangkan kebersamaanmu dengan Vania ya?"tebak Helia dengan nada lembutnya.
Teza mengangguk-angguk semangat dengan wajah yang semakin riang. Rasa bersalah pada sang anak dan istri sudah di lupakan dalam sekejap. Bahkan Teza seakan-akan bagai seorang laki-laki lajang dan lepas saat ini.
"Nah, hal ini lah yang bisa membuat rumah tangga seseorang hancur."lanjut Helia dengan nada tegasnya.
Tubuh Teza dalam sekejap tegang, dan menatap penuh tanya, tidak mengerti maksud ucapan Tante Helia barusan.
"Hancur bagaimana, Tante?"tanyanya tak paham.
Apa hubungannya rumah tangga hancur dengan mengenang dan sesekali mengingat tentang kebersamaan dengan seorang atau beberapa sahabat di masa lalu?
Pada siapa Tante Helia menujukan pernyataan di atas?
Padanya? Tidak. Rumah tangganya dengan Isani baiik-baik saja. Malah semakin lengket selama semiggu belakangan ini.
Helia tersenyum kecut melihat respon Teza. Mendengar pertanyaan tidak mengerti Teza.
Helia menatap tepat pada kedalaman mata Teza. Dan merasa amat kesal, melihat binar polos di mata Teza bagai seorang bayi yang baru lahir.
"Apa istrimu tidak keberatan? Tidak marah di setiap kamu menghabiskan waktu dengan Vania?"
Teza semakin mengernyitkan keningnya bingung. Semakin tidak paham.
"Saya banyak menghabiskan waktu di kantor, lalu pulang ke rumah. Bersama Vania hanya sesekali, di saat Vania menghubungi saya untuk meminta tolong, "ucap Teza tegas. Menolak pernyataan Tante Helia Yang mengatakan seakan-akan, harinya banyak di habiskan dengan Vania. Selama seminggu ini saja, mereka tak pernah bertemu.
Mendengar respon Teza. Helia meremas-remas tangannya. Helia menarik ucapannya tentang teza adalah tipe menantu idamannya. Teza adalah manusia yang tidak mau di salahkan. Pura-pura bodoh, buta dan lupa pada kesedihan istrinya. Dia saja yang selalu melihat anaknya dengan Teza merasa tak suka dan sakit untuk wanita bernama Isani.
"Baik. Jawab pertanyaan Tante yang ini. Apa pernah istrimu marah setiap Vania berkunjung ke rumah, ke kantormu atau setiap kalian bertemu? Bersama?" Helia tak bisa dan mampu menutupi kegeramannya lagi.
"Bukan pernah lagi, tapi setiap ada Vania, istri saya selalu marah dan cemburu, Tante."jawab teza polos. Kedua bibirnya yang tipis dalam sekejap tersenyum senang.
Mendengar ucapan Teza dan melihat ekspresi Teza saat ini, Helia nyaris jatuh terjungkang ke belakang. Dan Helia seketika sesak nafas di saat mendengar ucapan dengan nada horor dan gila dari teza.
"Artinya istri saya sangat mencintai saya, dan saya suka. Cemburu tanda cinta dan sayang kan? Dan saya senang, kehadiran Vania selama 3 tahun ini, membuat saya mengetahui dalam tentang arti seorang Teza dalam hidup dan hati Isani."
Teza bergidik mengingat setiap rajukan, permohonan sang istri agar dia menjahui Vania. Dan permintaan istrinya jelas, tidak akan Teza kabulkan.
Dia dan Vania tidak ada hubungan apapun. Mereka hanya sepasang sahabat, yang masih saling sayang dan mengerti antara satu sama lain hingga detik ini.
"Apa kamu mencintai Vania, Teza?"
Tubuh teza seketika menegang, keningnya melipat dalam.
Pertanyaan macam apa yang keluar dari mulut Tante Helia barusan? Lucu dan menggelikan.
"Tidak. Sampai detik ini, hanya istriku yang aku cintai, Tante. Istriku adalah cinta pertama dan terakhirku. Vania? Anak Tante kan sahabat saya, sahabat yang saya sayangi. Tante bisa bedakan antara sayang dan cinta?"
"Sekali lagi, aku ngga cinta Vania. Dia hanya ku anggap sahabatku!"tegas Teza dengan penuh keyakinan. Dan Teza menahan rasa kesal dalam hati. Tak menyangka, Tante Helia pikirannya sama seperti istrinya, yang menuduh dirinya, mencintai Vania. Dia tidak mencintai Vania. Sedikitpun. Hanya sayang sebagai sahabat iya.
Mendengar ucapan Teza. Helia menghembus nafas kesal. Dan Helia.
"Kamu tak mencintai Vania. Tapi, Vania mencintaimu. Vania ingin merusak rumah tanggamu, Teza. Dia terobsesi denganmu. Bahkan Vania ingin menjebakmu dengan obat perangsang malam ini. Aku pernah ada di posisi Isani. Aku nggak mau anakku jadi anak jahat, murahan. Tegasi Vania, jangan pernah meladeninya lagi kalau kamu tak mau istrimu pergi darimu, dan kamu akan menyesal..."
Prang
Kata-kata dengan geraman tertahan Helia tersela oleh suara gelas yang di banting Teza begitu kuat di lantai. Membuat Helia shock melihatnya dan Helia semakin shock di saat Teza bangun dengan kasar dari dudukkanya dan Teza....
"Omong kosong, saya baru menemukan sosok ibu yang begitu jahat dan tega sama anak sendiri. merusak nama dan marwah anak sendiri. Melihat sifat anda, membuat saya semakin bertekad untuk melindungi, menolong dan memberi Vania kasih sayang. "Ucap Teza tegas, sungguh-sungguh dan wajah yang sangat memerah. Nafas laki-laki itu tersengal. Hatinya terasa amat perih. Wajah sedih milik Vania seketika terbayang-bayang. Ouh sungguh kasian sahabatnya dan Teza jadi ingin bertemu dan melihat Vania saat ini.
Teza tanpa pamit, pria itu melangkah pergi meninggalkan Helia yang seketika menjerit-jerit memanggil nama Teza.
"Teza b******n. Aku tak bohong. Turuti kataku atau kamu akan menyesal pemuda b******k! Kamu akan menyesal, setelah anak dan istrimu pergi meninggalkanmu!"
TBC