Melukai anak karena pelakor

794 Words
Tubuh Helia langsung ambruk ke lantai, di saat anaknya Vanian berteriak kata-kata yang tidak Helia duga akan keluar dari mulut anaknya. "Aku nggal peduli, aku dengan senang hati akan mundur jadi anak mama, masa bodoh dengan saudara sepersusuan, kami bisa memakai s**u formula untuk anak kami di masa depan. Aku pamit, Ma. Aku nggak segan meninggalkan orang yang menghalangi mau dan cita-citaku walau orang itu sekalipun adalah orang tuaku!" Dan setelah mengucapkan kata-katanya di atas, anaknya Vania dengan mata melotot bagai orang kerasukan, langsung pergi meninggalkannya dalam kamar yang hening ini, di isi oleh hembusan nafasnya yang memburu. Kepala Helia menggeleng tak percaya, anaknya bisa menjadi monster seperti ini. Anaknya yang dia pertahankan setengah mati di tengah gempuran luka yang sang suami berikan 30 tahun yang lalu, luka di khianati dan di tusuk dari belakang. Oleh sebab ini lah, dia tidak sanggup lagi melihat tingkah anaknya yang semakin menjadi-jadi pada Teza. Andai Teza belum memiliki keluarga. Mungkin, Helia akan dengan senang hati mendukung anaknya dengan Teza. Tapi, Teza sudah memiliki anak dan istrinya. Dan Helia amat tahu, bagaimana perasaan istri Teza saat ini bahkan sejak 3 tahun yang lalu, sejak anaknya yang gila dan tak punya hati, kembali ke negara ini. Dia pernah berada di posisi Isani. Dan semua omong kosongnya tentang Teza yang saudara persusuan dengan Vania adalah kebohongan semata berharap anaknya sadar dan berhenti mengharap pada laki-laki yang sudah memiliki istri dan anak. Menarik nafas panjang, berharap bisa mengurangi rasa sakit pada dadanya. Helia lakukan berkali-kali. Dan untung, pernafasannya sudah kembali normal saat ini. "Besok pagi, aku harus bertemu, Teza. Melarang Teza agar jangan meladeni Vania lagi. " ***** Isani tersenyum cerah, melihat wajah anaknya yang sangat bahagia saat ini. Duduk di belakang kursi kemudi, sedang bermain dengan tabletnya. Ah, anak laki-lakinya yang sangat suka pantai dan bermain pasir. Hari ini, Isani berniat mengajak anaknya jalan-jalan. ke pantai. Hanya berdua. Ingin mengajak suaminya, Isani tak berani. Isani takut kecewa. 2 bulan yang lalu, Isani mengajak suaminya, tapi suaminya tidak bisa ikut dan menemani mereka, meminta maaf dan permakluman dirinya, suaminya lebih memilih mengantar Vania ke bandara lalu mengantar papa Vania ke Sumbawa. Tapi, tidak Isani duga, pagi-pagi sekali dengan wajah cerah, suaminya mengatakan, akan mengajak mereka jalan-jalan. Isani nyaris menolak ajakan suaminya. Tapi, ajakan suaminya ternyata di dengar anak mereka yang tiba-tiba masuk ke kamar dengan wajah bantal. Membuat Isani kalah dan menyerah. Dan hitung-hitung, kebersaamaan mereka di minggu yang cerah ini, Adalah kebersamaan terakhir mereka di luar rumah dan di tempat hiburan. Mengingat, obat yang Inez carikan untuknya sudah menunjukkan reaksinya. Pinggang suaminya terasa ngilu, dan penisnya saat b******a dengannya terasa sedikit sakit. Suaminya nyaris akan memeriksakan diri ke dokter, tapi Isani berhasil menghadang dengan cara membujuk agar pinggang suaminya di pijat-pujat dulu, sedangkan p***s suaminya yang sakit karena obat jahatnya di elus-elus. Dan suaminya menerima dengn girang sarannya. Dan tidak Isani duga. Selama 5 hari, hubungan rumah tangga mereka kembali harmonis. Tanpa ada gangguan sedikitpun. Tidak ada sosok Vania sedikitpun. Yang datang atau terlihat menghubungi suaminya membuat Isani sangat terlena. Darimana Isani tahu, suaminya tak pernah di recoki Vania lagi? Selama 5 hari, suaminya memboyong ia ke kantor. Dan di saat jam pulang, mereka berdua langsung pulang ke rumah, di sisa sore mereka habiskan waktu bersama sang anak, pun malam. Ponsel suaminya tergeletak begitu saja, membuat Isani mengetahui segalanya. "Mama, papa lama sekali? Apa nda jadi pelgi ke pantai?"tanya suara itu dengan nada merajuk. Anak itu, bahkan melempar kecewa tabletnya ke kursi kosong di sampingnya. Suara rajuk anaknya, berhasil membuyarkan lamunan Isani. Isani yang sontak menoleh kebelakang anaknya. "Sabar dulu..." "Isani sayang, anak papa Noah..."potong Teza yang baru datang ucapan dengan nada lembut Isani. Noah memekik girang dan bertepuk tangan heboh melihat sang papa yang akhirnya datang. Yang artinya mereka jadi pergi. Yahuuu. Noah berjoged-joged juga dalam posisi duduknya. Melihatnya, membuat Teza yang berdiri jongkok di pintu samping Isani menelan ludah kasar. Isani tersenyum gemas, melihat wajah bahagia anaknya. "Itu papa udah datang, jelas jadi, dong, Noah."sebut Isani sembari menoleh kearah suaminya. Dan perasaan Isani seketika tak enak melihat wajah sendu suaminya saat ini. Jangan... jangan bilang suaminya... "Maaf, Tante Helia telepon, ingin mengatakan hal penting padaku? Nggak apa-apa kan, kamu dan Noah saja dulu yang ke pantai, agar Noah tak kecewa..." Brak! brak. Kata-kata Teza mendadak terhenti, bahkan Teza juga sudah jatuh terduduk membanting p****t di atas paving oleh Noah yang entah bagaimana bisa, secepat kilat, menghantam d**a sang papa dengan tablet besarnya dan tak puas hanya memukul papa dengan tablet, Noah bagai orang utan, meloncat turun dari atas mobil yang kebetulan pintunya terbuka, dan menyerunduk perut papa sekuat tenaga dengan kepalanya. Dan Noah, tanpa siapapun bisa mendengarnya, bergumam lirih penuh kesedihan.... "Benal kata Mbak Emi. Papa lebih sayang Tante Pania dan mama Tante Pania..." Noah benci papa!!!!! tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD