Esoknya,
Arka sudah datang pagi-pagi sekali untuk mengambil pakaiannya tadi malam yang dia tinggalkan di rumah Rhea. Ketika dia sampai, pintu rumah gadis itu tidak terkunci. Padahal tadi malam dia sudah menyuruh Rhea untuk tidak lupa mengunci pintu. Ceroboh sekali.
Arka menduga sekarang pun Rhea masih tertidur di kamarnya, padahal katanya hari ini wanita itu ada jadwal praktek lagi. Arka menghela napasnya gusar, beginilah kalau tidak ada yang membantu membangun gadis itu.
Dengan malas pria berkemeja warna biru muda itu melangkah menuju kamar Rhea yang sudah dia hapal betul posisinya di mana.
Benar saja, Rhea masih bergulung dalam selimut berwana merah muda kebanggaannya itu saat Arka membuka pintu. Dia melangkah mendekat dan menepuk pelan pipi Rhea.
"Bangun Princess! udah jam 7 pagi! Kamu gak masuk kuliah?"
"Rhea!" panggil Arka kini menarik selimut yang menutupi wajah wanita itu. "Bangun, Rhe! Nanti kamu telat!"
Tak bangun juga, Arka kemudian menarik tangan Rhea agar wanita itu segera bangkit dari tidur. Namun, alih-alih tangan Rhea yang dia tarik. Tiba-tiba malah tangannya yang ditarik oleh wanita itu dan terjatuh ke kasur. Atau lebih tepatnya di atas tubuh Rhea. Arka menahan kedua tangannya dan mengangkat wajahnya sejauh yang dia bisa.
"Aku masih ngantuk Uncle!" lirih Rhea merangkul leher Arka yang dengan sengaja dia tarik agar terjatuh di tubuhnya. "Bentar lagi aja bangunnya."
Arka merasa jika hal ini sudah tidak benar, dia pun memaksa untuk bangkit. Tapi, Rhea malah menahannya cukup erat. "Rhea, apa yang kamu lakuin? Ayo bangun! Jangan manja, kamu bukan anak kecil lagi!"
"Bentar lagi Uncle, aku masih mau meluk Uncle," ucap Rhea manja, membuka matanya dan tersenyum menatap Arka yang tepat berada di atasnya. Wajah mereka sangat dekat dan hal tersebut membuat jantung Rhea berpacu cepat.
Tidak, tidak bisa seperti ini. Arka menarik paksa dirinya lepas dari pelukan Rhea, dia segera merapikan pakaiannya cepat-cepat dan berdeham pelan. "Ayo bangun! Kita berangkat bersama, biar aku anterin," ujar Arka seraya melangkah cepat keluar dari kamar gadis itu.
Rhea menutup wajahnya malu, dia tidak menyangka melakukan hal tersebut. Pasti ini karena adegan drama yang dia tonton.
Sangat memalukan, tetapi dia menyukainya karena bisa melihat wajah Arka begitu jelas. "Ya ampun Uncle kenapa cakep banget sih!" cicit Rhea dengan gemas.
Tak ingin membuat Arka menunggu lama, Rhea pun akhirnya bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus. Dia harus melakukan tugas praktek yang membuatnya pusing lagi hari ini. Tapi, tidak apa-apa karena diantar dan dijemput oleh Arka membuat suasa hatinya senang, pikir Rhea.
Sementara itu Arka yang masih tidak percaya dengan tindakan yang dilakukan Rhea tadi, menjadi sangat gelisah. Seharusnya dia tidak masuk ke kamar Rhea dan membangun gadis itu dengan cara memanggilnya saja. Mau bagaimana lagi, sudah terjadi juga. Lagipula hal tersebut pasti ketidaksengajaan yang dilakukan Rhea. Lebih baik dia bersikap seolah tidak terjadi saja dan kembali normal.
Berkali-kali Arka melirik jam di pergelangan tangannya, karena takut Rhea telat untuk datang ke kampus. Sudah 20 menit berlalu, tetapi gadis itu tak juga kunjung selesai. "Apa sudah selesai? Jangan lama Princess! Nanti kamu telat?" teriak Arka dari ambang pintu rumah itu.
"Sudah!" Rhea berlari cepat keluar dari kamar dan menghampiri Arka dengan penampilannya yang sudah rapi. "Gimana? Aku cantik, kan?" Rhea berputar di depan pria yang usianya sama dengan papa sambungnya.
Arka menatap penampilan Rhea yang memakai rok berbahan denim dan juga kemaja putih yang dimasukkan ke dalam dan lengannya yang digulung sedikit. Rambut yang digerai dengan riasan tipis membuat wanita itu tampil cantik pagi ini.
Mau bagaimana pun penampilan Rhea, menurut Arka gadis itu tetap saja cantik.
"Kamu 'kan emang selalu cantik, Princess," puji Arka.
"Terima kasih," balas Rhea.
"Ya sudah ayo berangkat!" ajaknya kemudian.
Keduanya pun melangkah keluar dari rumah dan Rhea mengunci pintu rumahnya, lalu masuk ke dalam mobil.
***
Dalam perjalanan, Rhea memikirkan rencananya untuk menghabiskan waktu lagi dengan Arka hari ini. Tapi, dia tidak tahu harus kemana. Ke pantai sudah kemarin, hari ini bagusnya kemana. "Nanti Uncle selesai jam berapa?"
"Entahlah, mungkin sore. Kenapa? Mau dijemput?"
"Iya, tapi nanti jalan-jalan lagi ya?"
Sebelah alis Arka naik, tidak tahu kemana tujuan gadis itu lagi kini.
"Mau kemana lagi?"
"Gak tau," jawab Rhea menggeleng pelan.
"Aku bosen di rumah, Uncle, jadinya pengen ngabisin waktu bareng Uncle aja."
Kasihan juga Rhea yang tinggal sendiri di rumah, wajar saja jika merasa bosan dan ingin mengajaknya untuk keluar terus.
Arka berpikir sejenak.
"Oke, nanti aku akan bawa kamu ke tempat yang tinggi."
"Ke tempat yang tinggi?" ulang Rhea bingung.
Arka mengangguk, sambil terus memperhatikan jalan di depannya. "Iya, nanti sebelum ke sana kita beli cemilan dulu."
"Oke!" Rhea jadi semakin bersemangat, dia ingin tahu ke tempat mana Arka akan mengajaknya. Ke sebuah gedung yang tinggi? Atau jangan-jangan pria itu ingin mengajaknya makan malam romantis dengan pemandangan kota? Atau jangan-jangan ke sebuah wahana? Lantas kenapa keduanya harus beli cemilan dulu? Rhea jadi semakin penasaran. Tapi, sepertinya tidak mungkin seorang Arka mau mengajaknya makan malam romantis.
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya keduanya sampai di kampus ternama tempat Rhea menempuh pendidikannya. Rhea turun dan mengambil tas dan juga buku-buku yang tadi malam tinggal di mobil Arka. "Nanti aku telepon kalau misalnya udah selesai ya, Uncle."
Arka hanya mengangguk, sebelum kemudian kembali melanjukan mobilnya cepat menuju kantor. Sedangkan Rhea melangkah masuk ke gedung kampus dan bertemu dengan kedua temannya yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi. "Maaf aku telat!"
"Kamu pasti mesra-mesraan dulu kan sama Uncle kamu itu?" tanya Dwi mencolek pelan bahu Rhea.
"Iya pasti nih, ayo kalian ngapain aja tadi?" Hani ikut menggoda Rhea.
Rhea terkikik senang, dia pun menceritakan apa yang terjadi saat di kamar tadi dan hal tersebut sontak mengejutkan kedua temannya itu. "Ya, tapi kan kalian tau kalau Uncle gak akan pernah peka sama yang udah aku kodein."
"Mungkin dia belum move on sama mantan istrinya! Kan kata kamu mantan istrinya cantik banget," kata Dwi menanggapi ucapan Rhea.
Rhea mengangguk pelan, dia sendiri merasa kurang percaya diri jika menaruh rasa pada Arka. Sebab mana mungkin pria itu mau menyukai wanita yang tidak sebanding dengan mantan istrinya.
"Pokoknya aku seneng banget bisa ngeliat muka Uncle dari jarak dekat gitu! Gila cakep banget tau! Kayak Lee Dong Wook! Astaga menggemaskan!"