Kekhawatiran Arka

1057 Words
Rhea, Charles dan beberapa dokter muda yang sedang koas bersamaan keluar dari ruang operasi, masih menggunakan pakaian berwarna hijau-nya. Mereka terus berbincang membahas tindakan yang baru saja mereka lakukan, untuk catatan para dokter muda yang tadi ikut melihat praktek operasi. "Uncle," gumam Rhea pelan. Dari kejauhan mata Rhea masih cukup tajam melihat sosok pria yang dia cintai sedang duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang praktek Rhea. Rhea berpamitan pada rekan sejawatnya meminta mereka lebih dulu ke ruang ganti, sedangkan dia ingin menemui sebentar sosok yang sudah mengusik hatinya sejak lama itu. "Uncle," panggil Rhea, wanita itu berjalan mendekati Arka. Pria itu menoleh ke asal suara lembut yang tengah memanggil namanya. Senyumnya mengembang melihat Rhea menghampirinya. Wajah Rhea sudah bisa Arka tebak, pertanyaan yang akan wanita itu lontarkan. "Aku khawatir sama kamu, Rhe," ucap Arka. Rhea terkekeh pelan. "Maaf ya, Uncle. Mendadak ada operasi," jawab Rhea. Kepala Arka mengangguk paham, harusnya sejak awal dia engeh akan hal itu. Rhea seorang dokter, jika ada keadaan darurat dia harus sigap dalam kondisi dan waktu kapan pun itu. Ponsel Rhea yang sejak tadi tidak bisa Arka hubungi membuat pria itu khawatir sampai datang menghampiri ke rumah sakit. "Uncle tunggu di dalam ruang praktek dulu yah, aku mau ganti pakaian." Rhea menunjuk ke jubah hijau yang dia sedang kenakan. Pakaian khas dokter saat melakukan tindakan operasi masih melekat pada dirinya saat ini. "Oke, Uncle tunggu di dalam." Kepala Arka mengangguk. Setelah Rhea pergi, pria itu baru masuk ke dalam ruang praktek yang tertulis nama dr. Yong Mi Rhea, Sp.B.Onk. Wanita itu adalah seorang Dokter Spesialis Bedah Onkologi, tugasnya selalu berhubungan dengan operasi dan penyakit kanker. *** "Maaf sudah membuat Uncle menunggu lama," ucap Rhea ketika dia masuk ke dalam ruang prakteknya. "It's oke, Sayang." Arka meraih tangan Rhea dan menariknya untuk duduk di kursi yang ada di sebelahnya. Rhea tersenyum saat melihat ponselnya yang berada di tangan Arka. "Maaf, tadi ponsel kamu tergeletak begitu saja di meja, jadi -" "Gak apa, Uncle. Dan apa yang Uncle dapat dari ponsel aku?" potong Rhea cepat, dia tidak mempermasalahkan barang pribadinya di lihat oleh Arka. Arka menghela napas panjang. "Puluhan panggilan tak terjawab dari seorang pria," jawab Arka. "Apa pria itu mencintaiku sampai sebanyak itu dia menghubungiku?" tanya Rhea dengan sindiran yang menggemaskan bagi Arka. "Yup, dia mencintai kamu dan sangat mengkhawatirkan kamu," sahut Arka sembari meremas lembut jemari Rhea. Entah mengapa seketika darah Rhea berdesir saat menerima perhatian dari Arka. Berbeda dengan saat dia bersama dengan Ernest. Ingin rasanya Rhea memeluk dan mencium pria tampan yang saat ini sedang mencoba merayunya, tapi dia cukup tahu diri dan dapat menahan hasratnya. Statusnya yang masih menjadi istri dari Ernest yang membuatnya menahan semua perasaannya saat ini pada Arka. Rhea tidak mau seperti Ernest yang berselingkuh di saat berstatus menikah. "Apa kita bisa pulang sekarang? Aku sudah sangat lelah," keluh Rhea. "Baiklah, aku antar. Mobil kamu tinggal saja di rumah sakit, biar besok aku antar kamu lagi ke sini," ucap Arka. "Apa tidak merepotkan?" "Akan lebih merepotkan kalau kamu sekarang pulang sendiri dengan mobil dan terjadi sesuatu karena kamu mengantuk," balas Arka. Alasan pria itu sudah sangat tepat. Saat ini Rhea sudah sangat lelah dan mengantuk. Apa jadinya jika dalam kondisi seperti itu dia menyetir sendiri? *** Sudah beberapa hari Rhea sudah tidak pulang ke rumahnya bersama Ernest, malam ini Arka mengantar Rhea pulang ke apartement pribadi milik wanita itu. Tidak ada siapapun yang mengetahui apartement itu kecuali Arka. Karena lelah, Rhea tertidur didalam mobil. Sesampainya di gedung apartement, Arka memarkir mobilnya. Dan dia membangunkan Rhea dengan lembut. "Rhe, Sayang. Bangun, kita sudah sampai," bujuk Arka, jemarinya mengusap lembut pipi Rhea. Perlakuan lembut Arka tidak mempan untuk Rhea yang sudah nyenyak. "Segitu capeknya yah?" gumam Arka karena sudah hampir setengah jam dia membangunkan Rhea. Arka terkekeh pelan saat mengingat kebiasaan Rhea. Wanita itu memang sejak kecil paling susah di bangunin kalau sudah nyenyak tidur. Rhea akan bangun dengan sendirinya jika tubuhnya sudah merasa cukup bugar. Arka menghela napas panjang. Pria tampan itu membuat sandaran kursinya lebih kebelakang hingga dia nyaman untuk bersandar dan nyaman tidur. Rasa kantuk juga menyelimuti Arka. Pria itu tidak mungkin membopong Rhea dari tempat parkir sampai ke apartement wanita itu, rasanya hanya di film dan n****+ saja hal itu bisa di lakukan pikir Arka. Dia lebih memilih ikut tidur bersama Rhea di dalam mobil hingga wanita itu bangun, sampai pagi mungkin. "Selamat tidur, Sayang. Mimpi indah, dan selamat malam, Princes." Arka mencium pelipis Rhea dengan lembut kemudian dia kembali ke posisi nyamannya dan memejamkan matanya. Mobil masih menyala karena keduanya butuh pendingin ruangan di dalam. *** Jam 05.00. Mata Rhea terbuka, sudah seperti alarm alami, tepat jam segitu dia pasti terbangun. Dengan atau tanpa bunyi alarm dari ponselnya. Seperti sudah terpasang otomatis kedua mata Rhea akan terbuka pada jam lima pagi. Kedua mata wanita itu menelisik sekeliling. Kemudian dia terkekeh pelan saat menyadari dirinya masih di posisi yang sama, di dalam mobil. Dan Arka masih tertidur di sebelahnya. "Astaga, Uncle. Pasti tidur kamu gak nyaman karena aku," gumam Rhea. "Uncle," panggil Rhea dengan tangan mengusap pipi dan rahang kokoh pria itu. "Heum," jawab Arka dengan gumaman saja. "Uncle, apa kita akan di dalam mobil seharian?" sindir Rhea. "Un-" pekik Rhea tertahan karena Arka memeluknya dan mencium puncak kepalanya. "Aku akan senang jika kita seharian di kamar," balas Arka dengan suara khas bangun tidur. Sontak wajah Rhea merona, pikirannya langsung jauh melayang. Apa yang Arka ucapkan barusan? Kenapa pria itu mulai berubah seperti ini? Tidak sabarkah dia menunggu hingga status Rhea benar-benar bercerai dengan Ernest? "Uncle," panggil Rhea lagi. "Heum," ulang Arka kembali hanya bergumam dan dia malas membuka matanya. Menatap Arka dengan jarak sedekat ini membuat jantung Rhea berdetak tidak beraturan. Arka membuka sedikit matanya, dia mengintip. "Aku tahu Uncle sudah bangun sejak tadi," ucap Rhea. Arka mengulum senyumnya. Kedua bola mata Rhea membola saat dengan tiba-tiba Arka mencuri ciumannya. Sekilas Arka mencium bibir Rhea. "Morning, Princes," salam Arka. "Morning, Uncle," balas Rhea. "Bisa tolong lepaskan tangannya?" pinta Rhea. "Tidak!" "Uncle, di luar sana ada security loh, nanti mereka -" "Apa kamu lupa kalau mobil ini di lapisi kaca film yang tidak akan terlihat dari luar kecuali orng itu mendekat," potong Arka sebelum Rhea menyelesaikan ucapannya. "Apa Uncle tidak lapar?" bujuk Rhea agar Arka melepaskan tangannya yang mengikat pinggang Rhea dengan erat. "Katakan dulu kalau kamu mencintaiku, Rhea," pinta Arka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD