8 - i********: Calon Suami

1553 Words
Flora tersenyum-senyum sendiri di atas kasurnya. Jantungnya berdebar seakan ingin pecah. Apalagi jika bukan karena calon suaminya yang tengah menginap di rumahnya. Untuk kedua kalinya mereka berada di bawah atap yang sama. Ingin rasanya Flora mengetuk kamar yang berada di sebelahnya itu. Kamar yang kini menjadi tempat berlindung Gera dari Flora. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Flora menunggu waktu saat kedua orang tuanya tertidur. Karena kalau tidak, bisa dijewer telinganya itu akibat masuk ke dalam kamar Gera dan mengganggu lelaki itu. Padahal Flora merasa mereka sudah boleh tidur bersama. Wong bentar lagi nikah. Anggap saja cicil-cicil dulu sebelum malam pertama. Sayangnya, Gera tidak mau dan kedua orang tuanya membela Gera. Dengan alasan kalau Gera ingin menjaga Flora sampai tiba waktunya. Flora mendengus kesal saat membayangkan perdebatan tadi di meja makan. Jika membayangkan Gera, Flora jadi mengingat soal Bella. Pasti wanita pirang itu sudah tidur dengan Gera. Bella pasti pernah mencium bibir Gera, melihat sisi Gera yang belum pernah dan belum tentu bisa Flora lihat. Ck! Flora jadi emosi sendiri memikirkannya. Dia meraih bantal gendutnya dan meremasnya kasar. Entah membayangkan Gera atau Bella. Flora penasaran dengan aktivitas Gera dan Bella saat di Aussie. Karena i********: Gera sudah menyetujui akunnya untuk masuk, ya walaupun Flora yang menekannya saat ponsel Gera ada di tangannya kemarin itu, Flora mulai menggunakan bakat wanita yang secara alami sudah datang dari sananya. Stalking. Gera hanya memiliki 10 foto di Instagramnya. Kemarin Flora belum sempat lihat. Namun foto terbaru Gera masih foto prewedding mereka yang Flora unggah tanpa ijin. Seulas senyum terukir di wajah Flora. Setidaknya pria itu tidak menghapusnya. Flora mulai turun ke foto-foto lainnya. Ada foto Gera bersama seorang wanita pirang yang Flora yakin adalah Bella, dan juga sepasang kekasih lainnya tengah foto bersama di sebuah tempat makan malam. Decakan jengkel terus terdengar karena seluruh foto i********: Gera hanyalah bersama Bella. Di setiap fotonya pasti ada Bella. Dan satu-satunya foto yang tidak ada Bella adalah foto mereka kemarin. Rasanya ingin sekali Flora mendobrak kamar Gera dan menyuruhnya hapus semua foto itu, kecuali foto mereka. Beralih dari foto, Flora melihat satu highlight diberi judul emotikon hati warna merah. Flora mendecih sekilas dan menekannya. Begitu terbuka, kedua mata Flora terbuka lebar seperti mulutnya saat ini. Dia tidak percaya apa yang dia lihat. "Kenapa pake acara ciuman segala?!" pekik Flora sangat amat kesal. Highlight tersebut berisikan video Bella yang sedang dipangku Gera di sebuah kursi pantai. Dan Bella mencium bibir Gera sembari memegang ponsel Gera untuk mendokumentasikan. Ini gak bisa dibiarin! Flora bangkit dari kasurnya cepat-cepat dan menghentakkan kakinya menuju kamar Gera. Wajahnya memerah menahan kesal. Jika manusia memiliki tanduk, mungkin tanduk Flora sudah sebesar banteng saat ini. Flora menggedor-gedor pintu kamar Gera kencang. Beruntung kamar orang tuanya di lantai bawah, semoga tidak mendengar. "Buka pintunya sekarang!" bentak Flora. Ceklek! Gera membuka pintunya dengan wajah yang juga jengkel ke arah Flora. Tangan satunya bertolak pinggan dan satunya lagi menahan agar pintu tidak terbuka lebar untuk Flora. Takur-takut gadis itu kumat. "Ini apa maksudnya?!" Flora menunjukkan highlight Gera tepat di wajah pria itu. Gera mengernyit sekilas lalu kembali mendatarkan wajahnya. "Ya pacaran, apalagi?" "Harus banget ciuman kayak gitu?!" "Lo apaan sih marah-marah gak jelas?!" "Ya jelas gue marah! Gue calon istri lo!" "Bella pacar gue! Cewek yang gue sayang! Apa salahnya gue cium dia?" Flora terdiam cemberut tidak terima. "Hapus!" "Gak mau." "Hapus gak?!" "Nggak!" Malas menyahut Gera, Flora mendorong pria itu lalu masuk ke dalam kamar Gera. Tidak peduli dengan Gera mengomelinya. "Lo gila ya?! Masuk-masuk kamar sembarangan!" Flora tidak peduli, yang penting ia mengambil ponsel Gera. Matanya jatuh pada ponsel milik Gera di atas nakas kamar tamu. Tanpa basa-basi, Flora mencurinya dan berlari keluar menuju kamarnya lalu mengunci kamarnya sendiri agar Gera tidak bisa masuk. "Flora! Buka pintunya!" Gera menggedor panik. Namun usahanya itu sia-sia. Flora duduk di balik pintu kamarnya dan membuka aplikasi i********: Gera dengan leluasa. "Sana balik, gue sita hp lo sampe besok pagi!" "Enak aja! Gue bilangin bokap nyokap lo ya!" "Terserah! Gw juga bakal kasih tau soal Bella kalo gitu!" Decakan frustasi Gera membuat Flora tersenyum senang. Flora tidak akan melakukan hal-hal aneh sebenarnya. Dia hanya ingin menghapus seluruh foto Gera dengan Bella di i********:, tentu bukan archive karena Gera dapat memunculkannya lagi. Ah iya, jangan lupakan highlight kurang ajar itu. Flora akan menghapusnya terlebih dulu. Gera merosot lemah di depan pintu kamar Flora. Menarik dan menghembuskan nafasnya bekali-kali. Dia menyilangkan kakinya, menegakkan tubuhnya, dan memejamkan matanya. Sepertinya meditasi adalah solusi terbaik agar mentalnya tidak tergoyah oleh Flora. "Flora, gue bakal hapus semuanya. Buka pintunya sekarang," ucap Gera sangat lembut disela-sela meditasi abal-abalnya itu. "Gak!" "Hah! Huh! Hah! Huh!" Gera semakin mengeratkan pejaman matanya. Menarik dan menghembuskan nafasnya cepat. Dia tidak boleh tergoyah menjadi gila. "Flo, gue masih sabar banget ini," sambung Gera menenangkan dirinya. "Nggak!" "FLORA!" Gera tidak kuat. Ia menggedor dan menendang pintu kamar Flora geram. "Rusak nanti! Bisa diem gak?!" Gera menjambak rambutnya sendiri dan kembali jongkok. Dia sudah gila. Sementara di dalam kamar Flora, gadis itu masih memeriksa i********: Gera. Bahkan berusaha mengganti password Gera dengan cara forgot your password? agar Flora dapat membuat password yang dia inginkan. Tidak lupa Flora juga log in di ponselnya itu. Anggap saja dirinya berlebihan, tetapi ini demi hubungan rumah tangganya nanti. Tujuannya hanya satu, mengusir Bella dari kehidupan Gera. "Plis, gue mau hp gue balik," bujuk Gera menempelkan pipinya di pintu kamar Flora. "Bilang dulu 'i love you Flora' gitu!" pinta Flora masih menggunakan nada jengkelnya. "Lo dibaikin ngelunjak ya!" "Cepet dong calon suami!" Gera menggeram dalam hati lalu menarik nafasnya dalam. "I love you Flora." Datar dan tidak b*******h. Masa bodo, yang penting Flora sudah merekamnya dan memasukkannya ke dalam story i********: Gera. "I love you too calon suami." Flora membuka pintu kamarnya dan memberikan ponsel Gera dengan senyuman manisnya. Gera meraihnya kasar lalu kembali ke kamarnya penuh emosi. Flora tertawa penuh kemenangan. Dia yakin hubungan Gera dan Bella tidak akan baik-baik saja. Bella tidak tahu dia sedang bersaing dengan siapa, batin Flora bangga. º~º Gera melipat tangannya di depan d**a dengan wajah datar dan tidak minatnya. Ada rasa kesal yang masih berbekas soal tadi malam. Sampai dirinya tidak sempat tidur dengan tenang karena kekasihnya marah besar. Pertama, foto Bella yang dihapus oleh Flora. Kedua, highlight story juga hilang. Dan ketiga, ini adalah masalah terbesar yang membuat Bella marah besar, yaitu i********: Gera hilang dari ponsel Bella karena Flora mengubah passwordnya. Belum reda semua kejengkelannya pada Flora, pagi ini dirinya harus tersiksa lagi oleh aksi calon istrinya tersebut. Gera terpaksa harus tinggal beberapa saat di ruang nonton Flora dan tidak diijinkan pulang. Kenapa? Karena ada dua makhluk yang sejenis dengan Flora ingin bertemu dengannya. "Nah, ini calon suami gue. Kenalin," ucap Flora sembari merangkul Gera erat dengan bangga. Tidak peduli kalau Gera ingin menjambaknya saat ini. "Ini laki lo?! Anjir! Ganteng! Pantesan lo mau!" seru Emi heboh seperti cacing di duduknya. Matanya mengerjap kebinaran akan pesona Gera. Berbeda dengan Jimmy yang juga menunjukkan ekspresi yang sama dengan Gera. Datar dan menatap lekat Gera dari atas sampai bawah. Dia menyandar di sofa dengan tangan melipat di depan d**a. "Apanya yang ganteng? Tua gitu," gumam Jimmy yang langsung mendapat pukul dan lemparan bantal oleh Flora dan Emi. "Jangan sembarangan ngomong lo bocah!" seru Emi. "Berani banget lo hina calon suami gue?!" "Elah! Siapa sih namanya?!" Jimmy memajukan tubuhnya dan menopang di atas lutut. Sudah seperti mafia yang ingin menantang musuhnya di film-film. "Gera," jawab Gera datar. Dalam hati dia mendecih kesal pada Jimmy. Masih kecil saja sudah songong. "Gerah? Panas?" "Gera, Jim! Gera!" Emi mencubit lengan Jimmy yang baru ingin menumbuhkan otot. Ya, dia sedang mulai gym sekarang. "Oh, Gera." Jimmy kembali menyandarkan tubuhnya dengan mata yang masih menajam pada Gera. "Pasti entar cewek-cewek sekolah pada iri pas dateng ke nikahan gue sama Gera! Fix!" seru Flora bangga. "Iyalah! Mereka kemaren ngata-ngatain lo, pasti entar mau juga jadi kayak lo!" balas Emi mengangguk setuju. "Ngatain apa emang?" Barulah Gera buka suara. "Ya gitu deh cewek-cewek butek! Bilang gue hamil duluan lah, bokap mau bangkrut lah, gatel lah! Duh, banyak deh gak jelas!" jelas Flora masih berapi-api jika mengingatnya. "Kenapa? Lo mau sok jagoan ke sekolah dan kasih pelajaran ke cewek-cewek itu?" tantang Jimmy berani. "Nggak, gue gak ada waktu kayak gitu." Jimmy mendecih meremehkan Gera. Terlihat sekali kalau dirinya benci calon suami sahabatnya itu. "Apa sih lo, Jim? Ngajak ribut banget deh!" omel Emi yang kesal akan sikap aneh Jimmy. "Udah-udah! Berisik lo, Jim! Hari ini kita jalan-jalan aja yuk? Anggap aja double date!" pekik Flora antusias. "Double date?! Sama bocah kayak dia?! Ogah!" Emi berekspresi seakan ingin muntah membayangkannya. "Tuaan gue ya daripada lo!" sahut Jimmy. "Gak bisa, gue ada urusan," ucap Gera. "Ih, urusan apa? Kan lo gak ngapa-ngapain?" protes Flora tidak terima. Selama ini dia hanya melihat Gera teleponan dengan Bella setiap harinya. "Mau ketemu Romy, dia ngajak pergi hari ini." "Abang Romy? Gue ikut dong!" Flora tersenyum lebar mendengar kakak sepupunya ngajak bertemu. Walaupun keluarga, sulit sekali bertemu dengan Romy. Kerjaannya sebagai aktor membuat Flora harus mencocokkan jadwalnya. "Ngapain? Ini urusan cowok!" "Abang Romy kan keluarga gue! Terserah dong!" desak Flora ngotot. Gera menghela nafasnya panjang. Daripada harus terkena mental gilanya seperti tadi malam, lebih dia menganggukkan saja pertamaan bocah ini. "Ya udah." "Yes! Temen-temen gue juga ikut ya!" Gera memejamkan matanya menahan amarah. Meditasi di mobil bisa gak ya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD