3. Keinginan Momochi

1082 Words
Setelah selesai makan malam, Momochi terus mengikuti Gasendra kemana pun dia pergi. Angsa itu selalu meniri gerakan dan kebiasaan ayah angkatnya. Misalnya seperti sekarang ini saat Gasendra sedang duduk di sofa di ruang duduk sambil menumpangkan salah satu kakinya, ia hanya bisa meluruskan kakinya, karena kakinya terlalu pendek dan berharap ia memiliki kaki yang lebih panjang lagi. Momochi berusaha bersikap keren di hadapan anggota keluarga manusia lainnya. "Kamu ini kenapa? Aku perhatikan kamu selalu mengikuti Gasendra kemana pun dia pergi?"tanya Andrew, ayahnya Gasendra pada Momochi. "Ngook...Ngook." "Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan?" "Ngok." "Minur, Gasendra tolong terjemahkan apa yang dikatakan Momochi." "Momochi ingin jadi sepertiku,"kata Gasendra. "Hah?" "Sepertinya Momochi ingin menjadi manusia, Ayah." "Benar itu, Momochi." Momochi menganggukan kepalanya. "Aku ingin jadi seperti Cecep Gasendra. Ajari aku menjadi Ayah yang seksi sepertimu." "Kamu sudah menjadi Ayah yang seksi Momochi,"kata Minur. "Seksi apanya? Tubuhku penuh dengan bulu." "Tapi kamu seksi karena tidak pakai baju." Minur tertawa dengan sangat keras. Momochi nampak cemberut. "Tertawakan aku sepuasnya Neng Minur." "Maafkan aku Momochi!" Tawa Minur masih belum berhenti. "Keinginanmu itu hal yang mustahil mana bisa seekor angsa jadi manusia." "Pakai Dukun,"jawab Momochi. Minur kembali tertawa. "Tidak ada dukun di sini. Sudahlah lupakan saja keinginanmu itu. Kamu sudah menjadi angsa bebek yang tampan dan seksi." "Menurut Neng Minur begitu?" "Iya." Orang tua Gasendra hanya bisa memperhatikan Minur dan Momochi berbicara tanpa mengerti apa yang mereka bicarakan "Kalau begitu ajak aku ke kantor Cecep Gasendra." "Apa?!"seru Gasendra terkejut. "Aku ingin menjadi angsa pengusaha sepertimu. Pakai pakaian berjas dan berdasi. Aku ingin menjadi seorang CEO dan mungkin akan banyak wanita yang mengejarku." "Momochi, ingat Momocha,"kata Minur memberi peringatan. "Ah iya aku lupa. Jangan bilang pada Momocha nanti dia marah lagi dan minta cerai padaku kalau cerai aku tidak bisa memberi harta gono gini." "Memangnya kamu punya harta apa? Tidak ada kan. Kamu hanya punya satu kandang saja." "Maka dari itu pekerjakan aku di kantormu sebagai apa saja ya. Aku mohon Cecep Gasendra." Momochi menatap ayah angkatnya dengan pandangan memohon. "Tidak ada pekerjaan untuk seeokor angsa di sana. Lagi pula kamu tidak punya keahlian apa-apa." "Aku punya beberapa keahlian seperti menari, bernyanyi, berenang." "Di perusahaanku tidak ada lowongan pekerjaan seperti itu." Momochi nampak murung dan menundukkan kepalanya. Ia turun dari sofa dan berdiri menghadap tembok. "Kenapa Momochi?"tanya Andrew. "Dia ingin ikut denganku ke kantor dan ingin bekerja di sana." "Bawa saja Momochi!" "Apa?! Tidak. Aku tidak akan membawa Momochi ke kantor. Nanti dia membuat masalah di sana." "Aku setuju dengan Ayah,"kata Minur. "Aku tidak akan membawanya." "Ayolah ayang Gasendra bawa saja Momochi. Aku yakin Momochi tidak akan berbuat nakal,"ujar Minur. "Mungkin Momochi bisa menjadi bodyguard-mu yang akan menjagamu dari godaan para wanita di kantormu,"kata Andrew, ayah Gasendra. "Apa? Mana ada pekerjaan seperti itu." "Itu ide yang bagus,"ujar Minur. Momochi yang sedang merajuk melirik ke arah Gasendra. "Aku bisa melakukan pekerjaan itu. Aku akan menjaga Cecep Gasendra dari para wanita yang mencoba menggodanya." "Tetap tidak ya tidak." Gasendra berdiri dan meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya. Minur memandang sedih pada Momochi. Iya berjalan mendekati angsa itu. "Jangan sedih lagi Momochi nanti aku akan bicara pada ayang Gasendra." Mata momochi berkaca-kaca. "Terima terima kasih Neng Minur." Momochi memeluk Minur. "Sebaiknya kamu tidur sekarang." Momochi pergi dengan leher terkulai lemas dan Minur sangat mencemaskannya. Di kandang ia melihat Momocha dan keenam anaknya sudah tidur dengan nyenyak. Ia menghela nafas panjang dan tidak kebagian tempat tidur. "Sepertinya malam ini aku akan tidur dengan Neng Minur dan Cecep Gasendra." Momochi dengan langkah percaya diri berjalan menuju kamar Minur dan Gasendra. Pintu kamar tertutup. Ia mengetuk pintu dengan paruhnya, tapi setelah beberapa kali mengetuk tidak ada jawaban. "NENG MINUR, CECEP GASENDRA BUKAKAN PINTUNYA." Selang beberapa detik tidak ada jawaban dari mereka. "NENG MINUR CECEP GASENDRA BUKAKAN PINTUNYA AKU DIKEJAR HANTU CEPAT BUKA!" "Momochi kamu berisik sekali,"kata Gasendra. Pintu kamar terbuka dan Momochi langsung masuk. "Malam ini aku tidur lagi di sini." "Bilang saja kamu tidak ingin tidur di kandangmu lagi." "Bukan begitu aku tidak kebagian tempat tidur di kandangku." "Ya sudah." Momochi terbang ke atas tempat tidur dan berbaring di tengah dan begitu kepalanya menyentuh bantal, angsa itu sudah terlelap tidur. "Cecep Gasendra nakal, pelit. Nyam...nyam." Momochi mengigau. Gasendra memandang kesal padanya dan Minur menahan tawanya. "Sebaiknya izinkan saja Momochi ikut denganmu ke kantor." "Aku tidak ingin membahas ini lagi. Cepatlah tidur!" Minur menyelimuti Momochi dan mengecup pipinya. "Selamat malam!" *** Suara alarm lagu balonku ada lima menggema di kamarnya. Gasendra langsung terbangun kaget, karena letusan balon meledak. Ia melihat Istrinya dan Momochi masih tertidur lelap. "Bagaimana mereka bisa tidur dengan suara alarm yang berisik ini,"gumamnya. Gasendra turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya, lalu ia pergi ke kamar anak-anaknya. Ia melihat kedua anak kembarnya masih tertidur dan ia mengecup pipinya satu persatu. Ia kemudian keluar dan kembali ke kamarnya. Momochi sudah tidak berada di tempat tidurnya. Gasendra mencari-carinya. "Momochi, kamu ada di mana?" Samar-samar ia mendengar suara Momochi dari dalam kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka. Ia melihat angsa itu sedang berada di atas wastafel sedang bercermin sambil bergaya di depan cermin dan bicara pada dirinya sendiri. "Aku memang angsa tertampan di dunia. Tidak ada yang mampu menolak pesonaku termasuk Cecep Gasendra. Ia akan takluk dengan pesonaku dan akan termakan rayuanku untuk mengizinkan aku ikut bersamanya ke kantor untuk mencari nafkah untuk Momocha dan keenam anakku agar mereka bisa mendapatkan makanan yang lebih mewah lagi." "Ehem." Momochi langsung menoleh pada Gasendra yang berdiri di ambang pintu. Ia segera terbang turun. "Cecep Gasendra yang baik, tampan, penyayang, dan baik hatinya, Selamat pagi!" "Aku sudah mendengar semua yang kamu katakan tadi. Aku tidak akan termakan oleh rayuanmu dan terpesona olehmu, karena aku masih pria normal. Soal makananmu, Momocha, dan keenam anakmu apa masih kurang mewah? Kamu mencari nafkah untuk apa Momochi? Selama ini semua kebutuhanmu sudah kami penuhi." "Aku ingin bekerja di kantor. Aku bosan berada di rumah terus dan bekerja di kebun membantu Neng Minur menanam sayuran. Aku tidak ingin jadi angsa petani. Aku ingin jadi angsa pekerja kantoran, jadi aku mohon Cecep Gasendra ajak aku ke kantor ya." "Tidak Momochi. Aku tidak akan mengajakmu. Apa kamu mengerti?" "Cecep Gasendra pelit." "Terserah apa katamu." Momochi pergi dengan mata berkaca-kaca dan berlari masuk ke kamar. "Cecep Gasendra Pelit, nakal,"teriaknya. Seperti biasa Momocha berdiri di sudut kamar menghadap tembok dengan wajah sedih dan muram. Ia melirik Gasendra dan langsung membuang wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD