Jam empat pagi Momochi terbangun. Ia melihat orang tua angkat manusianya masih terlelap tidur. Ia terbang turun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi, karena perutnya terasa mulas gara-gara makan kebanyakan kemarin malam. Ia naik ke atas toilet dan mengeluarkan kotoran yang cukup banyak setelah selesai, ia menekan tombol penyirsm air dengan paruhnya. Momochi melompat turun dari toilet menuju bath tub dan menyalakan keran air dengan menggunakan paruhnya. Air keluar dengan deras dan seketika ia terkejut. Matanya membelalak lebar.
"PAAAAANAAAASSSS,"teriaknya.
Momochi melompat-lompat di dalam bathtub dan terbang keluar. Ia berusaha kembali memutar kerannya ke arah air hangat.
"Lama-lama paruhku yang bagus ini lepas dari mulutku."
Bayangan dirinya tanpa adanya paruh membuatnya ketakutan. Kepala imut-imutnya akan terbuka lebar. Kedua sayapnya diusapkan ke wajahnya.
"TIDAAAAAKK."
Momochi cepat-cepat terbang naik ke atas wastafel dan memperhatikan dirinya. Paruhnya masih menempel di wajahnya.
"Syukurlah!"
Lalu ia juga bergaya di depan cermin dengan wajah genit. "Aku memang luar biasa tampan dan sangat seksi sambil menggoyangkan-goyangkan pantattnya di depan cermin.
"Tidak ada yang bisa menolak pesonaku. Lihat saja nanti, aku akan membuat para manusia itu bertekuk lutut di hadapanku. Kalau sampai Cecep Gasendra dan Neng Minur sampai menolak pesonaku berarti ada yang salah dengan mereka."
Momochi tertawa di depan cermin dengan berkacak pinggang. Tiba-tiba pikiran itu kembali terlintas dan itu pikiran gilanya dan tidak mungkin terjadi. Ia berharap ingin menjadi manusia dan mengalahkan ketampanan ayah manusianya. Air di bathtub meluber keluar dan membasahi lantai kamar mandi. Momochi cepat-cepat turun dari wastafel dan mematikan keran.
"Pasti aku akan di marahi Cecep Gasendra lagi ini."
Momochi masuk ke dalam bathtub dan menuangkan sabun banyak-banyak ke air supaya bulu-bulu putihnya nampak sangat berkilau. Angsa itu menggosok badannya dengan sayapnya dan dengan paruhnya. Ia berenang dengan hati riang dengan tubuh penuh sabun dari atas sampai seluruh badan. Momochi mulai bernyanyi.
Ayo kita mandi
Gosok kepala, gosok tangan, gosok badan, gosok kaki sampai bersih
Cuci muka, cuci pantatt supaya wangi.
Momochi berenang dengan tubuhnya terlentang kepala dan kepalanya terbentur keras sisi bathtub.
"SAAAKIIIT."
Momochi langsung berdiri dan mengusap-usap kepalanya. Ia merasa pusing ketika keluar bathtub dengan tubuh yang masih penuh dengan sabun. Ia tidak ingin pergi ke kantor dengan kepala benjol dan angsa itu sangat shock melihat kepalanya benjol.
"TIDAAAAKKK."
Momochi langsung jatuh pingsan terjatuh dari atas wastafel.
***
Suara alarm lagu balonku langsung membuat Gasendra terbangun. Dengan mata yang masih mengantuk, ia melihat ke samping dan Momochi sudah tidak ada di tempat tidur.
"Kemana perginya angsa itu?"
Gasendra melihat pintu kamarnya masih tertutup dan tidak mungkin Momochi bisa keluar pikirnya. Ia melihat pintu kamar mandi terbuka.
"Mungkin Momochi ada di kamar mandi."
Gasendra menyibakkan selimutnya dan berjalan menuju kamar mandi. Ia terkejut melihat lantai kamar mandi yang basah dan Momochi yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang basah. Ada sisa-sisa sabun di tubuhnya. Pelan-pelan Gasendra mendekatinya.
"Hei Momochi, apa kamu masih hidup?"
Angsa itu tidak bergerak sama sekali. Jantung Gasendra berpacu dengan cepat, meskipun terkadang tingkah laku Momochi menyebalkan dan membuatnya kesal, tapi ia tidak ingin Momochi mati. Gasendra juga melihat kepala angsa itu benjol.
"Momochi bangun! Jangan menakut-nakutiku!"
Angsa itu tetap tidak bergerak. Gasendra kembali masuk ke kamarnya dan membangunkan Minur.
"Minur bangun!"
Minur masih saja tidur dengan nyenyak dan suara alarm yang berisik tadi tidak terpengaruh padanya. Ia merasa kesal, karena Minur tidak bangun juga.
"MINUR YANG CANTIK, IMUT, DAN LUCU CEPAT BANGUN. MOMOCHI MATI DI KAMAR MANDI."
Minur langsung terbangun dan turun dari tempat tidur langsung berjalan menuju kamar mandi.
"Momochi, kamu jangan mati!"
Minur meraih leher Momochi yang terkulai lemas dan menggoyang-goyangkannya. "Momochi bangun!"
Minur menangis dengan sangat keras dan bercucuran air mata.
"Jangan tinggalkan aku!"
Tangisan Minur bertambah keras. "MOMOCHI."
Gasendra juga ikutan menangis melihat Momochi mati. "Jika kamu mati sekarang, aku tidak akan memberikan pakaian jas
dan dasi yang bagus-bagus untukmu."
Gasendra dan Minur menangis bersama. Momocha masuk ke kamar dan mendengar suara tangisan di kamar mandi. Mata angsa itu langsung melebar terkejut dan berlari ke arah Momochi.
"Momochi tampan, ayo bangun! Jangan tinggalkan aku dan anak-anak sekarang."
Momocha ikutan menangis, lalu ia menatap ke arah Minur dan Gasendra. "Apa yang terjadi dengan Momochi? Apa kalian sudah membunuhnya?"
Minur langsung menyangkal. "Kami tidak membunuhnya."
"Aku sudah menemukan Momochi tidak sadarkan diri di lantai."
"Ayang Gasendra, kita bawa Momochi ke dokter hewan saja supaya diperiksa. Apa beneran mati atau tidak?"
"Kamu benar Minur. Aku akan memanggil dokter."
Minur dan Momocha menangis bersama. Momochi tiba-tiba terbangun. "Jangan panggil dokter. Aku masih hidup."
Minur, Gasendra, dan Momocha begitu senang melihat Momochi sudah sadar. Mereka langsung memeluknya dengan erat.
"Aku tidak bisa bernapas."
Mereka bertiga langsung menyingkir.
"Maaf...Maaf,"kata Minur. "Syukurlah kamu masih hidup. Kamu sudah membuat kami hampir terkena serangan jantung."
"Aku hanya terjatuh dari wastafel tadi."
Momochi teringat sesuatu dan memegang kepalanya. "Kepalaku benjol. Bagaimana ini Momocha, Neng Minur, dan Cecep Gasendra?"tanya Momochi panik dan ketakutan.
"Tenanglah Momochi! Benjolnya akan hilang beberapa hari lagi,"kata Gasendra.
"Tidak. Aku tidak ingin kepalaku benjol, karena aku akan terlihat jelek."
Momocha mengecup paruh Momochi. "Meskipun kepalamu benjol, kamu tetap tampan,"kata Momocha tersipu malu.
Pipi Momochi merona merah mendengar pujian dari Momocha. "Momocha Sayang, kamu baik sekali."
Mereka berpelukan.
"Kalian berdua sangat romantis,"kata Minur.
"Aku akan membawamu ke dokter hewan untuk memeriksakan kepalamu yang benjol itu,"kata Gasendra.
Tubuh Momochi langsung kaku dan muncul keringat dingin disekujur tubuhnya. "Do-dokter he-hewan?"
"Iya,"kata Gasendra.
Momochi berjalan mundur. "Jangan bawa aku ke sana! Aku tidak mau. Aku mohon."
Mata Momochi membulat dan berkaca-kaca. Ia juga memasang wajah memelas. "Kamu harus diperiksa. Apa kamu tidak ingin benjol di kepalamu cepat hilang? Nanti kamu tidak tampan lagi."
Momochi nampak dilema. "Beri aku waktu untuk memikirkannya!"
Gasendra menghela napas panjang. "Kamu berpikir jangan kelamaan sudah tidak ada waktu lagi. Sebelum aku pergi ke kantor, aku akan mengantarmu ke dokter."
"Mau saja supaya kamu cepat sembuh,"kata Minur.
"Kamu jangan takut jarum suntik,"kata Momocha.
"Sekarang bersihkan badanmu yang masih penuh dengan sabun."
Momochi melihat ke seluruh tubuhnya yang masih banyak sabun. Ia berdiri di bawah shower. "Tolong bukakan kerannya untukku,"perintahnya pada Gasendra.
"Sebaiknya kalian juga keluar. Aku mau mandi,"kata Gasendra.
Minur langsung bergelayut di lengan suaminya. "Bagaiman kalau kita mandi bersama? Kyaaaaa."
Wajah langsung semerah tomat dan ada sedikit asap yang keluar dari kepala dan kedua telinganya.
"Sudah lama kita tidak mandi bersama."
"Tidak mau."
Minur menatap suaminya dengan wajah cemberut dan bibirnya dimonyongkan.
"Apa kamu malu mandi denganku?"
Rona merah muncul di pipi Gasendra. "Ti-tidak,"jawabnya gugup.
"Jadi tidak ada masalah kan kita mandi bersama?"
"Nanti saja tidak sekarang."
"Hei Cecep Gasendra dan Neng Minur, mau mandi saja harus saling merayu. Cepat nyalakan keran shower-nya,"kata Momochi yang sudah tidak sabar lagi.
"Iya sabar Momochi."
Air hangat langsung menyiram tubuh Momochi. Ia mengibas-ngibaskan bulunya dan airnya muncrat kemana-mana."
"MOMOCHI,"teriak Minur dan Gasendra bersamaan.
"Lihat bajuku jadi basah!"kata Minur.
"Kita mandi bergiliran sekarang kamu keluar dulu,"kata Gasendra.
Mau tidak mau Minur keluar dari kamar mandi.
***
Lima belas menit kemudian, Momochi dan Gasendra keluar kamar dan Minur langsung masuk. Gasendra mengeluarkan hairdryer dan mengerikan bulu-bulu Momochi. Angsa itu merasa nyaman dengan udara hangat yang dikeluarkan.
Setelah selesai, Gasendra ganti baju dan mengenakan stelan jas. Momochi hanya memandangi Gasendra dengan takjub dan mengikuti pria itu kemana saja.
"Ketika aku pingsan samar-samar aku mendengar Cecep Gasendra mau memberikan stelan jas dan dasi-dasi yang bagus."
Gasendra langsung menoleh. "Jadi kamu mendengarnya?"
"Sepertinya begitu."
"Kamu tadi pura-pura pingsan ya?"
"Aku tidak pura-pura pingsan."
Gasendra menatap Momochi. Mau tidak mau ia harus menepati janjinya. "Baiklah. Nanti aku akan memanggilkan tukang jahit untukmu."
Momochi langsung memeluk kaki Gasendra dengan perasaan senang dan terharu. Pria itu memasangkan dasi di leher Momochi. Angsa itu berlari menuju cermin besar dan ia masih terlihat tampan dengan kepala benjolnya. Momochi berputar-putar, lalu berkacak pinggang. Ia mengedipkan matanya.
Minur keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.
"Wow, kalian berdua terlihat tampan."
Momochi langsung merasa bangga pada dirinya sendiri. "Siapa dulu dong, Momochi,"kata Momochi.
"Momocha mana?"
"Pergi ke kandang mungkin."
***
Di meja makan Selina dan Matthew telah menunggu. Minur dan Gasendra menduduki kursi masing-masing.
"Mama Momochi?"tanya Matthew.
"Dia pergi ke kandang mau menyemprotkan parfumnya,"jawab Gasendra.
Orang tua Gasendra saling menatap tidak mengerti, lalu Gasendra bercerita tentang masalah parfum pada orang tuanya.
"Oh jadi begitu,"kata ibunya.
Di saat mereka sedang makan mereka mencium bau parfum yang sangat menyengat. Mereka sampai bersin-bersin. Momochi datang dengan riang menuju meja makan dan terbang naik.
"Momochi, kamu memakai parfum terlalu banyak."
"Aku ingin tubuhku selalu harum."
"Nanti parfummu cepat habis."
"Kalau begitu Cecep Gasendra yang belikan untukku."
"Apa? Aku tidak akan membelikannya untukmu."
"Cih. Lagi-lagi pelit."
"Bukannya aku pelit, tapi aku tidak ingin kamu boros memakai parfum."
"Baiklah. Nanti aku akan memakainya sedikit saja. Oh ya kenapa tidak dibelikan saja dari uang gajiku."
"Benar juga. Cepat habiskan makanmu sebentar lagi kita pergi ke dokter."
"Apa yang terjadi dengan kepala Momochi?"tanya ayahnya Gasendra.
"Momochi jatuh di kamar mandi,"jawab Minur.
Orang tuanya terkejut. "Momochi kalau berada di kamar mandi hati-hati,"kata ayahnya Gasendra.
"Ngook. Ngook."
"Apa yang dikatakannya?"
"Dia akan hati-hati,"jawab Gasendra.
Momochi makan nasi dengan lahap, lalu angsa itu berkata,"Kepalaku benjol bukan karena aku terjatuh, tapi kepalaku terbentur bathtub."
"Makanya hati-hati kalau sedang mandi,"kata Gasendra dengan suara ketus.
***
Minur mengantar kepergian mereka ke kantor. Seperti biasa Minur memonyongkan bibirnya untuk dicium suaminya. Malu-malu Gasendra mengecup bibir istrinya disaksikan oleh ayah, ibunya, dan Momocha. Selina kemudian menebarkan confetii.
"Sit. Suit. Kalian adalah pasangan yang romantis."
Keduanya tersipu malu.
"Aku pergi dulu."
"Hati-hati di jalan!"
Ketika Gasendra akan masuk ke mobil, ia menyadari Momochi tidak ada.
"Di mana Momochi?"
Semua orang jadi ikut mencarinya. Mereka melihat Momochi sedang duduk sambil mendudukkan kepalanya.
"Kamu kenapa lagi?"tanya Gasendra.
Momochi mendongakkan kepalanya dan matanya kembali berkaca-kaca. "Kita urungkan saja pergi ke dokter ya. Aku mohon."
"Dokter tidak akan menyuntikmu."
"Cecep Gasendra bohong."
Gasendra menggaruk alisnya dan berpikir bagaimana membujuk Momochi. "Nanti aku belikan permen yang banyak untukmu."
"Tidak mau nanti gigiku sakit dan bolong."
"Es krim?"
"Aku sudah banyak makan es krim di rumah."
"Beli balon yang banyak."
"Aku bukan angsa kecil lagi."
"Aku akan memberikan resep supaya bulumu tetap berkilau."
"Benarkah? Apa resepnya?"
"Aku akan memberitahumu setelah kita pergi ke dokter."
"Tidak mau."
Gasendra menjadi kesal gara-gara Momochi, ia akan sangat terlambat lagi pergi ke kantor.
"Bagaimana kalau parfum? Aku akan memberikannya lagi secara gratis untukmu."
"Mauuuu."
"Ayo kita pergi!"
Momochi akhirnya mau diajak pergi ke dokter dan ia duduk di depan bersama Gasendra. Selama dalam perjalanan, Momochi terlihat tegang kalau bukan karena mau dibelikan parfum baru, ia tidak mau pergi ke dokter.
"Jangan tegang seperti itu! Dokter tidak akan memakanmu."
"Aku tahu, tapi tetap saja menakutkan."
Setengah jam kemudian mereka tiba di klinik dan mereka keluar dari mobil. Momochi semakin tegang dan panik. Keringat dingin mulai bercucuran lagi.
"Ayo turun!"
Momochi menggelengkan kepalanya. Gasendra langsung menggendong Momochi. Angsa itu memberontak menimbulkan suara riuh.
"Momochi diamlah!"
"Turunkan aku!"
"Tidak. Nanti kamu kabur."
"Aku tidak akan kabur. Aku tidak ingin tersesat di jalan."
"Baiklah. Aku percaya padamu."
Beberapa orang melihat Gasendra dengan tatapan aneh, karena bicara dengan seekor angsa. Ia pasrah jika ada orang yang menganggapnya gila.