3. Pria Bayaran (?)

1117 Words
"Aku akan memberikanmu satu kesempatan terakhir. Apa kau mau tidur denganku?" Mata Venus menatap sendu, pria dihadapannya. Anggukan kecil diberikan sambil melingkarkan tangan di leher sang pria. Seketika itu juga, tembok pertahanan menjadi runtuh. “Kau yang menginginkannya, jangan salahkan aku jika lepas kendali,” ucap Pakio sambil melingkarkan tangannya di pinggang Venus, tidak lupa menutup pintu. Saat pintu tertutup saat itulah bibir Pakio melumat bibir Venus dengan rakus hingga membuat napas Venus tersegal-segal. Sesaat Pakio melepaskan pangutanya, menatap netra milik wanita dihadapannya. “s**t!” umpat Pakio pelan, saat Venus membenamkan wajahnya di d**a bidangnya. Untuk memperpendek jarak di antara mereka, Pakio semakin menarik tubuh Venus lebih dekat dengannya. Sambil menatap wajah yang telah diselimuti gairah, Pakio melanjutkan lumatannya. Kali ini tidak sekasar diawal, kini dia lebih lembut sambil memberikan rangsangan di puncak d**a sukses membuat Venus meremang, bibirnya ingin melepaskan desahan tapi masih tersumbat dengan bibir Pakio. Persetan dengan siapa keduanya bercinta. Pikiran Venus seketika kosong saat mendapatkan rangsangan beruntun, tidak ada yang ada protes darinya saat Pakio mulai menjelajah tengkuk lehernya. Tanpa melepaskan tautan bibir, tangan Pakio menyusup ke bagian pungung Venus melepaskan pengait pakaian dalam dengan mudahnya. Mereka tidak betah untuk melanjutkan aksinya di depan pintu, Pakio menggendong Venus menuju ke atas ranjang. Tubuh Venus yang terlentang di atas ranjang membuat tubuh Pakio semakin memanas hingga melepaskan jas serta kemeja putih yang sejak tadi dipakainya. “Kau semakin menggodaku, walaupun kau menjerit memohon jangan salahkan aku jika tidak berhenti.” Tidak puas, lantaran masih terhalangan pakaian, satu gerakan cepat membuat pakaian Venus terlepas seluruhnya. Tanpa membuang waktu lagi, Pakio bermain di d**a Venus. “Ugh!” Lenguhan berhasil tembus dari bibir Venus, ia merasakan sensasi yang diberikan Pakio padanya. Desahan itu seakan membuat Pakio makin bersemangat ingin mendengarnya lagi. Aksi tersebut membuat Venus kelabakan karena tidak mampu menahan serbuan, keringat mulai muncul karena kobaran gairah yang melandah. Dalam kondisinya begitu mabuk, napas tersegal-segal, Venus ingin membuka mata. Sayangnya, tidak bisa! Alhasil, dia tidak bisa melihat wajah pria yang saat ini tengah mencumbui setiap inci lekukan tubuhnya. Sentuhan yang begitu lembut, sangat sulit untuk ditolak olehnya. Hingga lenguhan demi lenguhan yang lolos dari bibirnya. “S-stop!” lirihnya, dia tidak bisa lagi menerima serangan. Akal sehat Pakio yang terselimuti hasrat membuatnya berpikiran lain dengan apa yang dikatakan wanita di bawahnya. “Kau memintaku berhenti disaat seperti itu? Kau menyukai setiap sentuhanku, apa aku harus berhenti?” tanya Pakio sambil menarik dagu Venus dan memberinya lumatan. Saat gairah kembali, Pakio tidak bisa lagi menahan diri. Sekali hentakan membuat keduanya melenguh, menikmati irama dari hentakan tiap hentakan yang terdengar menggema di kamar tersebut. Keringat yang bercuruan, panas ditubuh keduanya tidak menghentikan kegiatan mereka malah makin menggila. “Sedikit lebih dalam lagi!” pinta Venus disela-sela d*sahannya. Hingga suara dorongan membuat Venus kembali melenguh panjang. “Seperti ini yang kau inginkan?” Tubuh Venus menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Kepalanya begitu berat, tapi dirinya memaksa untuk membuka mata, dia ingin melihat wajah pria yang bersamanya, pria yang membuatnya begitu merasakan kenikmatan dipuncaknya. Ia menikmati setiap ritme yang diberikan oleh pria itu. Sentuhan demi sentuhan membuatnya melayang, hingga membuat suara kecil terdengar dari bibirnya. Keesokan hari. Sinar matahari masuk dari celah tirai hotel. Suara erangan kecil terdengar meluncur dari bibir Pakio, kepalanya terasa berat bahkan terasa pusing. Tanpa membuka matanya yang terasa berat ia mengangkat tangan dan mulai memijat pelipisnya demi mengurangi rasa pening yang tengah menyerang tanpa benar-benar terbebas dari kantuk yang masih menggelayut. Saat merasa kepalanya sudah membaik Ezra mengerjapkan mata beberapa kali menyesuaikan pencahayaan, matanya membelalak saat melihat jika dia bukan berada di kamar tidur. Apalagi dia sama sekali tidak memakai sehelai pakaian. Tubuhnya terasa sangat sakit, seolah-olah dilindas oleh beberapa truk. Dirinya bergerak sedikit membuatnya merasakan sakit di pangkal paha. Venus merasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia duduk dari tempat tidur dengan susah payah dan merasa sangat haus. Melihat segelas air di meja samping tempat tidur Venus segera meminumnya tanpa berpikir panjang. Setelah meminum segelas air hangat, ia merasa sedikit lebih nyaman dan samar-samar teringat apa yang terjadi semalam. Jantung Venus berdegup kencang, dan dia tiba-tiba mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya. Mengingat kejadian samar-samar semalam membuatnya melirik ke arah kanan. Kini dia mendapati seorang pria tanpa pakaian di sampingnya. Matanya kini melihat ruangan itu. Pakaiannya kini berserakan di mana-mana. Mata Venus membulat, dirinya terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. “Sialan. Apa yang kulakukan,” umpat Venus kemudian melihat ke dalam selimut. Tubuh tanpa sehelai benang, serta rasa perih di pangkal paha, seluruh tubuhnya terasa sakit. Melihat gigitan cinta di tubuhnya, dia hampir saja menjadi gila. “Oh My God, apa yang aku lakukan,” pekiknya pelan. Kepalanya disandarkan, di sandaran ranjang, perasaannya terasa aneh tidak ada rasa penyesalan mengetahui jika ia telah melakukan malam panas dengan pria di sampingnya. “Jika dia melakukannya, kenapa aku tidak melakukannya? Lagi pula ini dia hanya pria panggilan, aku tidak akan bertemu dengannya,” gumam Venus melirik ke arah pria di sampingnya. “Kau telah bekerja keras memuaskanku, aku akan memberikan tip untukmu.” Pria itu menyamping ke arah Venus, membuat wanita itu terpesona dengan tampangnya. “Hhmm, tampan juga,” ucap Venus lagi. Hidung mancung, bulu mata lentik, serta wajah seakan dipahat begitu sempurna, otot d**a begitu membuat Venus tersenyum. “Kau pasti rajin berolahraga,” ucap Venus. Mata Venus tiba-tiba terfokus pada tulang selangka pria yang halus. Di bawah tulang selangka, terdapat begitu banyak gigitan dan cakaran yang tidak jelas. Bisa dilihat betapa panas hubungan seks mereka tadi malam! “Apa aku yang membuatnya?” gumam Venus membatin. “Ternyata aku sangat—“ Venus kemudian menggelengkan kepala. Tapi, daripada hal itu, pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan sahabatnya lebih menyakitkan untuknya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi saat pulang tapi dia tidak ingin bertemu dengan Jansen. Pakaian segera dipakai olehnya, sejenak dia melirik ke arah pria masih tidur di atas ranjang. Dari dalam tasnya, Venus mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan 100 sambil menulis pesan memo. Selepas Venus pergi, Pakio terbangun dan mendapati tubuhnya dalam keadaan tanpa sehelai benangpun, hanya tertutup selimut. Ketika mengingat apa yang terjadi, membuat raut wajahnya dingin. Ia melihat bercak-bercak merah ditubuhnya, mengingatkan penyatuannya dengan wanita yang mendadak Dia tidak menemukan keberadaan wanita yang tidur dengannya. Ia mulai menyisir ke seluruh kamar itu, tidak mendapati wanita yang tidur dengannya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan keluar dengan jubah mandi. Matanya melihat ke arah beberapa lembar uang di atas nakas serta sebuah pesan memo di sana. “Apa ini?” Gumamnya pelan, mengambil memo dan membaca pesan tersebut. “Terima kasih telah membuatku puas, aku memberikanmu tip banyak untuk itu.” Suara tawa terdengar menggelegar saat itu juga. “Apa setelah menggodaku, dia mengira aku pria bayaran?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD