Bagian Kedua

1010 Words
-Gadis yang Bersyukur- "Chloe!" Teriak ibunya ketika dia sedang membaca buku baru yang di pinjamnya di perpustakaan tadi. Dia menutup bukunya lalu berjalan sambil mengikat rambut terurainya. Turun dari kamarnya lalu bertemu dengan ibunya. "Iya ibu?" Tanyanya saat ibunya sudah berada di ruangan TV bersama kakak - kakaknya. "Ku dengar kau menerima makanan sisa dari si kakek tua sialan itu." Seru Ibunya "Dasar pengemis." Sahut kakak pertama Chloe. Chloe tersenyum kecil, "iya ibu. Tuan Gustof memberikannya gratis dan aku menerimanya hanya untuk aku makan." "Kenapa kau tidak tinggal dengan kakek tua itu saja?!" Sahut kakak keduanya kesal "Bagaimana dengan rumah jika dia pergi? Bodoh." Kata kakak pertamanya "Kau tidak membaginya dengan kami? Kenapa?" "Ibu bilang tidak sudi menerimanya." Sahut Chloe ringan "Tentu saja. Jadi jangan terima lagi makanan sisa sialan itu!" Ibunya membentaknya "Kenapa Ibu?" "Karena itu terlihat seperti kami yang mengemis. Menerima bantuan dan makanan sisa dari orang lain bukanlah kehidupan kita!" Lagi - lagi bentakan itu. "Iya ibu." Chloe menjawab lesu "Jika kau menerimanya, kau akan diberikan hukuman." Chloe mengangguk kecil. ☘️☘️☘️ Chloe tidak tidur semalaman. Dia membaca beberapa buku kedokteran dan penanganan pertama luka.Dia sangat tertarik sehingga menuliskan dan menyalin beberapa bagian yang dianggapnya penting dan tentu saja bisa berguna lain kali.Dia sudah membeli beberapa alat medis sederhana. Seperti alkohol, jarum suntik, dan sebagian lainnya. Chloe yakin, ini akan berguna mengingat dia ada dikota yang sering berperang sesama pemilik dinding besar. Chloe juga yakin jika dia keluar dari sini, dia akan membuat beberapa percobaan pada hewan. Percobaan penerima pertolongan pertama misalkan.Chloe pernah belajar cara menjahit dari buku. Dia menjahit kulit sosis yang sengaja dia robek menggunakan pisau bedah kecil yang sempat dia beli. Dia sering mendapat uang ketika dia mulai berjualan sayuran yang sudah dia tanam di belakang rumah.Dia sering menyirami dan seperti mengajaknya mengobrol setelah kepergian Seannu Petrucci. Berbicara tentang Seannu, dia jadi merindukan Seannu. Sean adalah teman dekatnya. Dulu. Berbeda dua tahun. Dia tujuh belas seharusnya sekarang. Dia mengorbankan nyawanya untuk barisan terdepan dinding perbatasan. Dia sudah mengenal keprajuritan saat umurnya empat belas tahun. Karena setelah itu, saat umur lima belas tahun, Sean di tarik paksa untuk berperang. Hampir dua tahun sudah, Chloe tidak pernah bertemu dengannya lagi. Chloe tentu saja merindukannya. Apalagi, Sean sudah berteman dengannya lama. Dari kecil mungkin. Saat Chloe bersedih karena cape dengan segala urusannya di rumah, Sean adalah orang yang menghiburnya. "Sean. Kau baik 'kan?" Chloe bermonolog. Sean adalah sosok seorang kakak untuk Chloe. Kakak yang sesungguhnya tentu saja. Anak usia lima belas tahun seperti Chloe harus menanggung beban cukup berat. Tidak tau bagaimana dia dilahirkan, dimana di dilahirkan. Bahkan ulang tahunnya saja tidak tau. Hanya saja Sean yang memberikannya tanggal lahir walaupun Chloe tau tidak sepenuhnya benar. Dia berumur lima belas tahun karena ibunya pernah berkata jika dia sudah sepuluh tahun merepotkan kelurganya sendiri.Maka dari itu, Sean membuatkan tanggal lahir untuknya. Saat itu, Sean dua belas tahun dan Chloe sepuluh tahun. Setidaknya itulah menurut ibunya Chloe sendiri. "Chloe." Chloe tersentak kaget ketika seseorang membuka pintunya. "Kenapa kak?" "Aku punya tugas sekolah dan syukurlah kau belum tidur." Kakak keduanya itu memang begitu. Tidur terlalu larut hanya untuk sekedar bertukar pesan dengan seseorang yang dia sebut pacarnya. "Tugas seko-" Perkataan Chloe terpotong karena dia sudah di lempari satu buku. "Aku butuh besok pagi. Dan aku mau buku itu sudah ada di meja belajarku." Setelahnya kakaknya itu pergi sambil tersenyum ke arah ponselnya. Mungkin mendapat pesan baik dari pacarnya. Chloe menatap buku yang dilempar kakaknya tadi. Itu buku biologi. Ada beberapa yang di garis merahi sebagai tanda itu adalah tugas. Cukup banyak. Mungkin Chloe tidak akan tidur sampai pagi. ☘️☘️☘️ "Chloe." Itu ibunya. Tidak untuk membangunkannya tentu saja. Chloe sudah selesai dengan tugas rumahnya. Hanya saja, ada Gustof yang menanyakan Chloe melaui ibunya. "Tuan. Aku tidak ingin menerima sisa-" Gustof berdecak, "ini bukan sisa gadis manis. Ini baru dan masih hangat. Makanlah selagi hangat." Chloe tersenyum. "Aku sungguh tidak sopan memberikanmu sisa makanan. Aku menyebutnya sisa karena itu adalah makanan baru yang tidak sempat dihidangkan untuk tamu." Gustof terkekeh ketika melihat Chloe terkejut. "Sama saja makanan itu sisa di dapurku. Jika dihidangkan keesokan harinya, itu akan tidak enak. Makannya aku selalu membawanya padamu." Bukankah sama saja? Jika diberikan pada Chloe tetap makanan itu tidak enak dihidangkan? "Chloe, bukan yang seperti di pikiranmu.” Seru Gustof cepat menebak pikiran sang gadis itu, “ini benar - benar baru. Maksudku, untuk restoranku ini sisa. Tapi untukmu itu baru. Jadi jangan menolaknya lagi." Chloe mengangguk semangat. "Terima kasih tuan. Semoga kau panjang umur." Gustof terkekeh. Lalu mengayuh sepedanya menjauhi Chloe. "Ini makanan baru ibu." Seru Chloe saat melihat ibunya seperti akan memarahinya Kantong makanan itu direbut sang kakak. Lalu membauinya dan tersenyum. "Kami yang akan makan ini. Kau makan sayuran tidak enakmu itu." Chloe mengangguk lemas. Ah, sayuran itu tidak akan habis. Chloe membuat untuk empat porsi. Dan akan sayang jika tidak dihabiskan. Chloe berinisiatif untuk memberikannya pada siapapun nanti yang membutuhkannya. Semoga saja membantu. Chloe kembali berjalan. Sekolahnya libur. Tapi dia berjalan ke arah sudut kota untuk ke perpustakaan. Mengembalikan buku dan meminjam yang lain.Chloe sudah memberikan makanannya tadi pada pengemis di sebelah mini market. Dia sudah beberapa hari di sana. Berharap ada yang merasa kasihan dan memberikan setidaknya satu bungkus roti atau air minum. Chloe memberikan semua sayuran yang tadi ia olah menjadi makanan padanya. Chloe rasa pengemis itu tidak sendiri. Bisa jadi dia dengan keluarganya yang lain. Chloe ingat bagaimana dia tersenyum sekaligus terkejut mendapat makanan dari Chloe. Chloe selalu saja bersyukur ketika dia masih punya kehidupan yang lebih baik walaupun dengan bentakan dan perlakuan tidak adil. Setidaknya, Chloe bisa menanam sayuran dan memasaknya. Bisa makan dan punya tempat tidur yang nyaman di atap rumahnya. Chloe benar - benar merasa senang ketika dia berbuat sesuatu yang membuat orang lain tersenyum. Senyum di kota ini sangat jarang. Banyak sekali yang tidak dapat senyum. Hanya sekedar senyum dan menyapa dikota ini sangat langka. Apalagi membantu sesama. Mereka di didik untuk egois. Mementingkan diri sendiri dan tidak peduli jika orang lain tersakiti.    Untuk itu, Chloe bersyukur kembali. Di tempat tinggalnya, karena Chloe selalu menyapa dan tersenyum. Itu menular pada tetangga-tetangga yang lainnya. Menyapa dan tersenyum adalah kebiasaan kali ini. Dan tidak ada hari tanpa tidak menyapa.   Untuk itu lagi, Chloe semakin menyukai tempat tinggalnya saat ini. Walaupun terkadang dia ingin pergi ke dinding kebebasan di perbatasan kota sana. Melihat apa yang ada di sana. Terutama kota besar dengan nama Mubarak. Keinginan sederhana namun bisa juga menjadi berbahaya. Untuk  dirinya sendiri, mungkin.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD