Bagian Kesembilanbelas

1020 Words
Chloe merangkak ke arah barat bersama Seannu. dan yang lainnya merangkak ke arah timur. Rencana mereka berpencar tidak selancar itu pada awalnya. Gibran menolak keras rencana Chloe dengan perpisahan seperti itu. Hanya saja dia tidak punya pilihan dan solusi lain. Chloe memutuskan untuk menjadi pengalih perhatian. Dan yang lainnya akan mencoba turun. Dari bawah mereka akan menyerang balik. Dan tentu saja, pengalih perhatian haruslah tangkas. Chloe tidak setangkas Gibran. Tapi dia akan mencoba. "Hei, Chloe." Seannu berbicara pelan di depan Chloe. Mereka berdua merangkak dengan di bantu sikut dan lututnya. Chloe melihat ke bawah dinding dengan perasaan takut. Tapi, dia menghapuskan itu semua mengingat bagaimana keadaan kota saat dia pergi. "Kenapa, Sean?" Chloe membalas dengan sedikit berbisik juga. Sebenarnya jarak ke bawah dimana keberadaan prajurit itu cukup jauhm hanya saja dia berjaga - jaga karena tidak mau membuat mereka gagal dalam misinya. "Kau tidak ingat hari apa ini?" Seannu terkekeh pelan saat Chloe berhenti merangkak. Bisa di rasakan ketika gesekan lutut milik Chloe menghilang. "Kau benar - benar lupa?" Seannu bertanya sekali lagi untuk mengingatkan. Sekarang, Seannu juga ikut berhenti. "Ah. Aku rasa kau benar - benar lupa." Saat Seannu akan berbalik, suara tembakan memasuki gendang telinga Chloe. Sialnya mereka ketahuan. Dan yang Chloe bisa lihat, semua senjata dari bawah menuju ke arah mereka. "Siapa kalian?" Teriak salah satu orang di bawahnya. Seannu dan Chloe tidak tau harus berbuat apa selain menjawab. "Kami bukan penyusup. Kami dari Clinton dan ingin meminta bantuan." Seru Seannu bergerak berdiri tapi tertahan karena tembakan dari bawah mengenai lengannya "Sean." Seru Chloe saat terkaget karena Seannu menggerang pelan. "Kami tidak percaya penyusup. Dan untuk apa Clinton meminta bantuan sampai ke sini?" Teriakkan dari orang yang sama di bawah sana. Chloe mendesah, "bisakah kita berbicara saat kami sudah di bawah?" "Chloe, mereka tidak seperti golongan James yang bisa di ajak semudah itu." Seru Seannu sambil meringgis "Aku juga merasa seperti itu, tapi apa salahnya di co-" Ucapan Chloe terpotong dengan tembakan yang di arahkan untuknya. Dan untung saja Chloe sempat menghindar. "Turun atau akan ku bunuh kau di sana." Sialnya, Chloe kaget setengah mati. Teriakan itu mampu membuat Chloe gentar. Tapi dia usahakan untuk tidak terlihat gentar. "Aku rasa, Gibran dan yang lainnya sudah ada di tempatnya, Chloe. Bagaimana jika kita turun." Seannu berdiri tapi tembakan dari senapan itu menyusulnya. "Kami akan turun. Bisakah hentikan dulu tembakannya?" Chloe mengangkat tangannya tinggi - tinggi sambil berteriak. "Cepatlah. Kami tidak tau jika Clinton itu seberani dan selelet ini." Mereka menertawai Chloe dan Seannu yang bergerak lambat. "Apa mereka tidak tau jika kau sedang terluka?" Seannu tersenyum, "mereka penuh kepura - puraan, Chloe." "Apa maksudmu?" Seannu mengusap puncak kepala Chloe yang sedang menyiapkan tali untuk turun. "Mereka tidak mungkin tidak tau jika aku terluka. Merekalah yang menembakku, Chloe." Apa Chloe yang bodoh atau bagaimana. Tapi Chloe tidak mengerti apa yang sedang Seannu jelaskan. "Nanti kau mengerti. Sekarang harusnya kita turun dulu ke bawah. Kau sudah siap?" Chloe mengangguk, dia sudah melemparkan talinya ke bawah sana. Dan di sana sudah ada yang menantinya. Satu lagi, mereka tidak berwajah ramah tentu saja. "Biar aku yang turun terlebih dahulu. Dan aku akan menangkapmu di bawah sana." Chloe hendak protes akan keputusan yang Seannu buat. Tapi gerakan Seannu begitu cepat. Melilitkan tali yang menjuntai ke bawah itu di lengannya, lali melingkarkannya di belakang lutut kemudian tali itu di tempatkan di sela - sela kakinya dan kemudian meluncur dengan posisi kepala di bawah. Sialnya, Seannu terlihat keren dengan gaya seperti itu. Chloe menatap Seannu yang mendarat sempurna lalu kemudian di tahan orang - orang yang tadi mencemoohnya. Sekarang giliran Chloe, dia sudah pernah belajar ini untuk turun tebing. Dan sekarang waktunya mempraktekkannya dalam keadaan yang menegangkan. Chloe di bantu dengan ikat pinggang yang di berikan Seannu lalu meluncur dengan hati - hati. "Ikut dengan kami." Setelahnya, Chloe tidak menyadari apa yang terjadi selanjutnya. ----- Chloe terengah saat ada orang yang menyiramnya dengan air. Bukan air bersih, setahu Chloe. Dia ingin menggapai wajahnya yang basah tapi tidak bisa. Lengannya terikat di belakang tubuhnya. Chloe juga bisa merasakan pergelangan tangan dan kakinya terikat kuat. Pinggangnya pun merasakan hal yang sama. "Bangun gadis manis, kau sudah terlalu lama tertidur." Suara itulah yang terdengar untuk pertama kalinya, Chloe menggeleng - gelengkan kepalanya guna menghilangkan air yang ada di wajahnya. Matanya sedikit terbuka namun buram. Dia mengerjap - ngerjapkan matanya. Pandangan pertama yang di tuju adalah ruangan yang luas dan gelap. Seperti gudang namun orang di depannya ada banyak. Menurut Chloe, dia jadi tawanan mereka. Dan Chloe baru sadar setelah menyisir gudang itu, dia tidak menemukan Seannu. "Kau sudah bisa melihatku?" Chloe berdeham di kala suaranya tidak keluar dan lehernya sakit. "Oh, apa orang - orangku memukulmu terlalu keras?" Tenggorokannya sakit karena kering. "Si - siapa kau?" kata itu yang keluar dari mulut Chloe saat dia sudah berusaha menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya. Orang di depannya yang duduk sejajar dengannya terkekeh. "Kau lebih penasaran denganku dari pada keberadaan temanmu?" Sialan. Tentu saja Chloe sangat ingin mengetahui dimana Seannu dan bagaimana keadaanya. Namun Chloe berpikir, harus tau dulu siapa musuhnya. Dan kenapa dia terikat di kursi seperti sekarang. "Baiklah, aku akan berbaik hati." Katanya lalu menyilangkan lengannya di dada "Aku June. Apa kau mengenalku?" Chloe berusaha mengingat karena dirinya pernah mendengar nama itu sepertinya. Dimana dan kapan? "Aku akan memberikanmu petunjuk," dia berdeham, "aku salah satu yang berhasil selamat dari hukuman kota Mubarak." Chloe berdesis saat mengingatnya. June. Bahkan Chloe hampir lupa karena beritanya hanya sekelibat ada di kotanya sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Dia adalah salah satu pemberontak yang berasal dari kota Mubarak. Seperti yang sudah di ceritaka, ayahnya pun sama. Berkhianat terhadap kotanya sendiri, bahkan saat June masih bayi. Ayahnya sudah di usir sekitar tiga belas tahun yang lalu. Dan dari cerita yang sampai ke telinga Chloe, ayahnya June sangatlah jahat sehingga membuat istri dan anak - anaknya sengsara karena meninggalkan mereka di kota Mubarak. "Ah sepertinya kau pernah mendengar kisahku." Chloe menjawab dengan pelan, "tentu saja, kau si pemberontak." June tertawa. Orang - orang di sebelahnya sudah menodongkan senjata ke arah Chloe karena di anggap tidak sopan memanggil June seperti itu. Tapi saat June mengangkat tangannya, senjata mereka turun begitu saja. June memang berpengaruh. "Iya. Tapi kau tidak tau bagaimana kota Mubarak memperlakukanmu. Keras, tegas dan sangat menekan." "Bukankah itu untuk kemakmuran kota itu sendiri?" Chloe berujar pelan karena sakit di tenggorokkannya. "Hei. Berikan dia minum." June memerintah seseorang di sampingnya Menurut June, Chloe sangat menarik dengan segala keingintahuan dan segala penampilan sederhananya. Mungkin, Chloe akan lebih menarik jika tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Itulah menurut June.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD