Bagian Keduapuluhtiga

1022 Words
Seannu tersenyum pagi hari setelah mereka tertidur tadi malam . Melihat Chloe yang tertidur akan menjadi paginya sangat indah . Polos dan cantik . Seannu menggapai tangan kecil milik Chloe lalu mencium punggung tangannya lembut . Chloe menggeliat pelan . "Apa aku membangunkanmu ?" Chloe lantas menatap Seannu yang masih terbaling di sebelahnya , kemudian menggeleng sambil tersenyum . "Kenapa kau selalu bangun lebih pagi dari pada aku ?" Seannu terkekeh begitu Chloe beringsut masuk ke dalam pelukan Seannu dan bersembunyi di dadanya . "Memangnya kenapa ? Di setiap pelatihan kemiliteran , aku selalu bangun pagi dan itu kewajiban seorang prajurit , Chloe ." Seannu menjauhkan tubuh Chloe tapi Chloe enggan menjauh . Dia memilih untuk tetap bersembunyi di d**a milik Seannu . "Kau kenapa , Chloe ?" Chloe meringis kecil ketika Seannu mencubit pipinya pelan . "Aku malu , Sean ." Seannu terkekeh begitu mendengar nada menggemaskan milik Chloe. "Kenapa ?" Chloe menggeleng lalu dengan cepat keluar dari tenda . "Hei. Kau demam?"  Kia menyapanya saat Chloe keluar dari tenda. Ternyata mereka semua sudah berkumpul . "Tidak . Kenapa kau tidak membangunkanku , Kia ?"  Kia memberikan air hangat untuk Chloe begitu Seannu keluar dengan senyumannya. "Gibran yang menyuruhku untuk tetap diam ." Chloe mendelik ke arah Gibran yang kini menatap Seannu yang mendekatinya. "Kau ceria sekali pagi ini , apakah terjadi sesuatu semalam ?" Lagi - lagi Gibran berceloteh dan berbicara omong kosong. "Hei. Saat pertama kali aku dan kau bertemu , kau tampak berwibawa dan sangat elegan . Kemana semua itu hilangnya ?" Chloe sedikit menaikkan oktaf nada bicaranya . Seannu terkekeh melihat Chloe yang tampak sebal . "Sepertinya sudah terbawa oleh separuh jiwanya ," Seannu berceletuk sambil menatap Kia dan Gibran bergantian . "Tunggu , apa hanya aku yang tidak tau apa - apa ?" Chloe bertanya pada orang - orang di depannya . Semua orang terkekeh melihat Chloe yang sebal akan keadaan yang sedang tidak memihaknya . "Chloe , ini apa ?" Kia bertanya pada Chloe yang sedang meminum air hangat yang tadi di berikan Kia. Kia menunjuk jemari kecil milik Chloe. Chloe baru menyadarinya setelah Kia tepat menuujuk pada jari manis kirinya. Ada cincin yang menghiasi jari manisnya saat itu. Chloe sendiri tidak menyadarinya. Sejak kapan dia memakainya. Lalu matanya menatap Seannu yang sedang tersenyum geli.  "Kemarin , Chloe berulang tahun. Jadi aku menyiapkan itu ."  Chloe bingung , sepertinya semalam Seannu tidak memberikannya hal seperti ini. Dan bagaimana Seannu tau ukuran jari manisnya? Bukankah sudah beberapa tahun tidak bertemu? "Romantisnya. Kau mendapatkan hadiah cantik di hari ulang tahunmu , Chloe ." Kia menanggapi senyuman bingung seorang Chloe. "Dan selamat ulang tahun , Chloe ." kata Kia melanjutkan Semua orang di sana tersenyum melihat Chloe setelah mengatakan selamat ulang tahun untuk Chloe. Chloe benar - benar tidak menyangka akan mendapatkan teman sebaik dan seunik ini. Bahkan Chloe tidak bepikiran akan ada pertemanan seperti ini. Hangat dan membuatnya nyaman. "Sudah cukup ?" Gibran menghela nafas sebelum menggendong tasnya dan membawa senjatanya "Hari ini kita usahakan untuk sampai di depan benteng kota Beatrix." Gibran mempersilahkan untuk bersiap - siap dan membereskan tenda dan juga bekas tidurnya. Tidak lama hanya butuh waktu beberapa waktu dan itu semua sudah terlaksana. Mereka tinggal pergi dan melanjutkan perjalanannya. - - - - - - - Beatrix sendiri di kenal dengan keramahan sang pemimpin. Dan warganya juga ramah. Sehingga kota itu aman dan tentram. Namun sesuai dengan peraturan yang ada , kota Beatrix juga bisa disebut dengan kota mematikan. Pertahanan yang di miliki oleh kota ini sangatlah utama. Karena pimpinan dari kota Beatrix sendiri menganggap jika kota Beatrix adalah kota yang terancam karena berada sangat dekat dengan dinding kebebasan itu sendiri. Dan kemungkinan besar jika terjadi peperangan di antara kota - kota kecil di sebelah dinding kebebasan , kota Beatrix adalah sasaran empuknya. Beatrix sendiri di pimpin oleh seorang gadis muda karena orang tuanya meninggal saat dia masih kecil dan harus bertanggung jawab atas kota besar seperti kota Beatrix sendiri. "Seannu , bolehkah berhenti sebentar ?" Chloe meminta semuanya berhenti . "Kau merasakan ada yang tidak baik di depan sana , Chloe ?" Bukan Seannu yang bertanya pada Chloe. Melainkan Gibran yang saat ini mendekati Chloe yang sedang bersama Kia. "Iya ." Chloe mengangguk lalu menurunkan tas punggungnya. "Tapi bukan di depan. " Seru Chloe selanjutnya. Gibran dan Kia saling bertatapan , lalu keduanya menggeleng karena tidak tau apa artinya dari pembicaraan yang Chloe beritahukan. "Apakah itu di kota kita , Chloe ?" Seannu ikut terduduk saat melihat Chloe duduk di samping pohon "Ada apa ?" Gibran juga penasaran akan apa yang sedang terjadi. Chloe mengedikkan bahunya tidak tau , "untuk itu aku meminta berhenti sebentar untuk memeriksanya . Aku akan mencoba menghubungi Orva di sana. " Semuanya ikut duduk. Mengelilingi satu layar yang menampilkan warna hitam. Lalu tidak lama layar berubah menjadi putih. "Bukankah seharusnya tidak seperti ini Chloe ?" Seannu menatap aneh layar tersebut. Waktu itu , setelah layar hitam dan menekan tombol akan langsung ada wajah Orva. Tapi kenapa jadi hanya layar putih . "Aku merasa ada yang tidak beres, " sahut Chloe pelan "Chloe. Ada orang ." Itu Orva yang  dengan tenangnya tersenyum, "bagaimana di sana ?" "Orva, kenapa tadi layarnya hanya putih ?" sahut Chloe bernafas lega karena Chloe kira Orva tidak akan ada di sana. Orva tersenyum , "aku sedang ada di kamar mandi , apa aku harus mengangkatnya ketika aku sedang telanjang?" "Itu menjijikan , Orva. " Itu bukan Chloe , tapi itu Kia yang mendengus kesal. Orva tertawa, "apa kabar semuanya ?" "Kami baik, dan berpisah dengan enam orang lainnya saat menaikki dinding , bagaimana di sana ?" Chloe mengerutkan keningnya bingung Karena tidak biasa saja , Orva begitu santai padahal sejak hubungan mereka lewat layar terakhir kali. "Baik , bantuan sudah datang dengan prajurit yang di kirimkan. " "Apa itu, James? "  Seannu menyerobot pembicaraan. Orva mengangguk , "itu cukup menghentikan perang beberapa waktu lalu. Tidak ada p*********n selama - -" Orva melihat jam tangannya , "hampir setengah hari ini." Seannu dan Gibran membuang nafas lega. Yang lainnya melakukan hal yang sama. Tapi tidak dengan Chloe. Dia masih merasa ada yang mengganjal. "Kau benar - benar yakin semua baik saja Orva ?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD