11

1389 Words
Maaf banyak typo "Jangan jadi wanita murah*n, Bulan. Damar adalah calon suamiku. Kamu masih punya malu dan perasaan kan adikku? Kalau iya tolong, jangan jadi pengacau di acara nikahan aku dengan Damar, calon kakak iparmu..."Ucap Pelangi dengan nada suara yang terdengar sangat dingin dan serius. Sedang Bulan? Bulan dengan hati yang sakit, nyeri, dan kedua mata yang panas menahan tangis dan air mata, Bulan tetap berjalan mendekati Damar yang masih bungkam dengan wajah kakunya di depan pintu kamar mandi yang ada dalam kamar Pelangi. "Damar..."Panggil Bulan lirih. Bulan yang sudah berdiri tepat di depan Damar saat ini. Bulan... Bulan takut, ia salah lihat saat ini, jadi Bulan sekali lagi saja ingin mendengar suara Damar yang membeku kaku di depannya saat ini. Tapi, sayang. Panggilan lirih Bulan tidak di jawab atau di sahut sedikitpun oleh Damar. Dan Bulan tidak menyerah... "Ini kamu kan, Damar...?"Tanya Bulan sekali lagi, kali ini dengan raut dan tatapan putus asanya. Tapi, masih hal yang sama di dapatkan Bulan. Damar di depannya masih setia bungkam. Dan oleh karena itu, untuk membuktikan kalau Damar yang berdiri di depannya saat ini dengan baju pengantinnya, nyata. Nyata adalah Damar laki-laki yang sudah mencampakkannya bagai sampah sekaligus laki-laki yang merupakan ayah biologis anaknya yang sedang Bulan kandung saat ini. Bulan... ingin menyentuh sedikit saja tangan Damar. Tapi... sakit di saat Damar... Plak Menepis sangat kasar tangan Bulan sampai Bulan berjengit kaget dan melangkah mundur, Bulan juga reflek meniup-niup tangannya yang sangat panas akibat tepisan yang super kasar dan kuat yang Damar lakukan pada punggung tangan kanannya. "Ya, ini aku, Damar mantan kekasihmu. Hanya mantan, dan nggak ada larangan kan? Aku menikah dengan Pelangi. Aku harap, kamu... kamu ihklas dengan semua ini, dan tolong, jangan jadi pengacau di acara sakral kami nanti,"Ucap Damar tegas dan tanpa ingin di bantah sedikitpun. Damar juga dengan wajah datar, tanpa menunggu respon atau jawaban dari Bulan. Damar segera mengambil tangan calon istrinya lembut dan penuh cinta untuk ia genggam dan berjalan sama-sama untuk turun ke bawa. Semua orangvsudah menunggu mereka. Acara ijab qabul akan segera di lakukan. Damar dan Pelangi tanpa hati, tanpa kata meninggalkan Bulan yang pertahannya sudah runtuh, Bulan sudah jatuh tidak berdaya di atas lantai. Bahkan Bulan sudah meringkuk bagai bayi yang menyedihkan, bayi yang di buang oleh kedua orang tuanya di kolong jembatan. Tubuh Bulan bergetar hebat, Bulan menahan sebisa mungkin tangisnya agar tidak pecah. Tapi, Bulan hanya manusia biasa. Normal dan wajarkan? Tangis Bulan sudah pecah saat ini. "Jadi, wanita jahat sekaligus wanita malang yang sudah merebut papamu dari mama, Star... ternyata wanita malang dan jahat itu adalah kakak mama, Star. Dia kakak kandung mama. Hiks." Kenapa kakaknya Pelangi malang mendapatkan Damar? Bulan saja di campakaan oleh Damar. Apapagi Pelangi nantinya.... lihat saja... bukan kah itu karakter asli Damar. Karakter asli Damar yang baru terlihat dan baru Bulan tahu. Lucu alasan Damar meninggalkan Bulan yang bahkan tanpa laki-laki itu tahu sedang mengandung anaknya saat ini. ****** MUNAFIK! Bulan meneriakan dirinya dengan kata munafik dan penipu saat ini, ah sejak 10 menit yang lalu. Munafik dan penipu bukan? Bulan melempar senyum yang sangat manis pada para tetangga yang sudah lama tidak melihatnya, Bulan harus melempar senyum manis pada mamanya yang merindukannya, yang duduk tepat di samping Bulan saat ini. Bulan melempar senyum manis pada Tantenya. Dan terakhir, Bulan melempar senyum manis, sopan, dan hangat pada pasangan laki-laki dan perempuan yang terlihat sangat cantik dari semua orang yang ada dalam acara ijab qabul saat ini. Seorang perempuan bertubuh mungil dengan dandanan egelan dan glamournya dan seorang laki-laki umur sekitar 46 an tahun dengan penampilan rapi dan klimisnya yang ternyata tidak lain dan bukan adalah kedua orang tua Damar. Ya, miris. Selama 4 tahun menjalin hubungan dengan Damar. Sedikitpun Bulan belum pernah bertemu dengan kedua orang tua Damar. Bahkan bagaimana rupa dan paras orang tua Damar yang menetap di Singapura tidak pernah Bulan lihat wajahnya. Mungkin ini jawabannya. Ia yang bahkan tidak ada takdir bertemu dengan kedua orang tua Damar sebelumnya, karena bukannya dirinya yang Damar nikahi, tapi Damar malah menikahi kakaknya Pelangi. "Jangan sedih, toh kakakmu masih tinggal satu negara dengan kita, Sayang..."Ucap suara itu lembut, itu suara milik mama Bulan yang berbisik pelan tepat di depan telinga Bulan. Lila nama mama Bulan tidak suka dan mau melihat wajah anaknya yang mendung dan seperti menahan tangis saat ini. Ini hari bahagia. Jadi, mereka harus menampilkan raut bahagia. Padahal, tanpa Lila tahu, anaknya Bulan sedang hancur saat ini. Hancur oleh anaknya yang lain yaitu Pelangi dengan Damar yang akan jadi menantunya sebentar lagi. "Sama jangan menyesal dan merasa bersalah karena kamu telat datang, toh kamu sudah ada di sini, tersenyumlah untuk hari bahahia kakakmu saat ini," bisik Lila lagi lembut. Membuat hati Bulan semakin sesak dan sakit saat ini tapi dalam diam, Bulan menganggukkan kepalanya, bibirnya dengan susah payah sambil menahan isak tangis yang ingin pecah, Bulan menarik agar senyum sakit hatinya bisa menenangkan mamanya yang resah melihat dirinya yang hancur dan sedih saat ini. "Bulan sayang mama,"Bisik Bulan lirih, Bulan juga sudah mendekap kuat dan erat lengan berisi mamanya. Mencari sedikit kehangatan dan kenyamanan di sana. Bulan juga memejamkan kuat dan erat kedua matanya, menulikan telinganya, karena Bulan tidak sanggup melihat tangan Damar... tangan Damar yang sudah mengulur untuk menjabat tangan penghulu. Bulan juga tidak sanggup mendengar pertanyaan dari Pak Penghulu... apakah... apakah para saksi siap untuk menjadi saksi pernikahan kakanya dengan Damar... Dan rasanya, telinga Bulan ingin pecah di saat kata " Siap" diteriakkan dengan sangat lantang dan semangat oleh para saksi yang hadir di hari yang sudah memasuki siang ini. Dan juga, perut Bulan tiba-tiba terasa mual dan sakit saat ini, membuat Bulan semakin memejamkan kedua matanya erat. Tapi, pejaman mata Bulan terbuka di saat ada seseorang yang menepuk bahunya. Dan seseorang itu ternyata adalah papanya. "Kamu videoin ya, siara langsung sss, di suruh sama kakakmu,"Ucap Papa Bulan dengan nada sedangnya dan tanpa persetujuan Bulan, Papa Bulan sudah menyerahkan ponsel Pelangi pada Bulan yang tubuhnya menegang kaku saat ini. "Karena banyak teman kakak yang nggak hadir, mereka ingin kakak siaran langsung, tolong kakak ya?"Ucap Pelangi pencitraan dengan nada suara yang sangat-sangat lembut dan mau tidak mau Bulan mengangguk. Dan Bulan saat ini dengan jantung yang ingin meledak. Sudah dan sedang melakukan apa yang kakaknya suruh, baru 10 detik siaran langsung di lakukan, sudah 100 an orang yang bergabung untuk nonton. Mata Bulan tidak berada di kamera. Tapi, kedua mata Bulan berada pada wajah dan kedua mata Damar yang sedikitpun tidak sudi menoleh kearahnya membuat hati Bulan semakin sakit di dalam sana. Dan hati Bulan semakin sakit di saat... Kata SAH mengalun dengan keras dalam ruang tamu rumah mama dan papanya. Dan air mata, tanpa bisa Bulan cegah sudah mengalir membasahi kedua pipinya yang pucat saat ini. Melihat kakaknya Pelangi yang sedang mencium lembut punggung tangan Damar dan Damar yang mengecup kening lalu kedua bibir Pelangi lembut dan intim. Dan Bulan saat ini? Tanpa orang lihat dan sadari karena sedang fokus pada pasangan pengantin. Tangan mungil dan lentik Bulan terlihat menekan kuat perutnya yang terasa sangat sakit dan mual saat ini. Menekannya sangat kuat sampai Bulan merasa sesak nafas dan ingin mati rasanya. Star sayang... Star anak mama yang sangat mama cintai. Innalillahi wainallilahi rajiun, Sayang. Papamu... Papa biologisnya sudah berpulang ke sang pencipta 8 detik yang lalu. Maaf, 13 detik yang lalu kamu sudah jadi anak yatim. Hanya mama yang kamu punya di dunia ini, Sayang Hanya mama sayang. Papamu sudah mati. Ucap hati Bulan sungguh-sungguh di dalam sana. Pepatah yang mengatakan, batu yang keras saja bisa terkikis oleh air, tapi itu tidak berlaku untuk Bulan. Hatinya sangat terluka dan sakit oleh Damar dan Pelangi. Andai ia tidak hamil anak Damar, Bulan tidak akan sesakit ini, mungkin suatu saat nanti, Damar sudah sadar, menyesal atau mengetahui tentang ada Star di antara mereka. Tidak ada ampun untuk Damar. Hatinya tidak akan mudah luluh. Pegang ucapan dan janji yang sudah Bulan ikrarkan dalam hatinya. Pepatah yang mengatakan batu saja lama-lama akan terkikis oleh air, SEKALI LAGI, ITU TIDAK BERLAKU UNTUK BULAN! TIDAK AKAN BERLAKU! TIDAK ADA MAAF UNTUK ORANG YANG SUDAH MELUKAINYA DENGAN SANGAT DALAM !!! Tbc Satu kata untuk Damar dan Maria apa? Suka dengan sifat tegar Bulan? Biar di buat sampe kuat sampe akhir cerita sosok Bulan? Sakit gak sih ada di posisi Bulan? Wkwkw Ini Bulan untung masih pacaran. Ada kakak atau adik yg rebut suami saudaranya.... bahkan banyak....):
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD