Ketika Arga berteriak dengan begitu kencang, semua orang yang hadir di acara eksekusi mati, termasuk para prajurit dan juga dia yang akan dieksekusi, terkaget-kaget mendengar teriakan tersebut, terutama Jiola yang sangat tercengang menyaksikan adiknya melakukan hal yang membuat mereka jadi pusat perhatian. Tentu saja, setelah kejadian itu, semua mata memandang ke arah mereka, layaknya para predator yang menyadari ada mangsa bodoh yang menunjukkan diri di tengah-tengah mereka. Beberapa dari mereka mengernyitkan alisnya heran, dan beberapanya lagi menggeram kesal, sedangkan sisanya hanya terdiam menonton hal tersebut. Semua orang tidak menyangka ada salah satu ras teriana yang tidak terima rasnya diperlakukan seperti itu oleh warga kota.
Jiola benar-benar kebingungan sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena semua orang sedang menatap ke arahnya juga, apalagi penampilan mereka berdua yang terdapat tanduk dan ekor kelinci sudah menjelaskan bahwa mereka adalah berasal dari ras Teriana sungguhan, itu pasti akan membuat keadaan jadi heboh. Selama ini tidak ada yang berani melakukan hal seperti yang Arga lakukan sekarang, tidak ada satu pun ras Teriana yang bisa dan mampu berteriak sekencang itu menunjukkan kemarahannya terhadap semua orang yang ada di sini, karena biasanya para Ras Teriana hanya bisa pasrah dan menerima perlakuan kasar dari berbagai orang kepada mereka. Tapi berkat pemberontakan yang baru saja Arga lakukan, membuat orang-orang jadi terkejut pada hal tersebut.
“KAU PIKIR KAMI INI APA!? KAMI JUGA TERMASUK KE DALAM WARGA YANG MENGHUNI KOTA INI! JANGAN HANYA KARENA ADA BEBERAPA OKNUM DARI RAS KAMI YANG MELAKUKAN KEJAHATAN, KALIAN MENGANGGAP SEMUA ORANG DARI RAS KAMI ADALAH JAHAT! ITU PEMIKIRAN YANG SANGAT BODOH DAN KEKANAK-KANAKAN! BAHKAN AKU SAJA YANG ANAK-ANAK YANG PAHAM BAHWA MEMUKUL RATA SEBUAH KELOMPOK HANYA KARENA KESALAHAN SATU ORANG DI DALAM KELOMPOK ITU, ADALAH TINDAKAN PALING BUSUK!” Arga benar-benar melepaskan semua kekesalan dan kemarahannya dengan mengeluarkan segala perasaanya pada semua orang yang ada di sana. Setiap kata yang Arga katakan hampir membuat semua orang yang mendengarkan tertampar dengan rasa malu, seakan-akan dia sedang menelanjangi semuanya.
“H-Hey! B-Berhentilah!” Jiola dengan gugup dan dua tangan gemetaran mencoba untuk menurunkan Arga dari pundak seseorang, tapi tampaknya itu sangat sulit karena anak itu benar-benar keras kepala. Akhirnya Jiola hanya bisa menghela napas dengan jantung berdegup-degup kencang, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Arga menyelesaikan teriakannya, tapi yang jelas ini bisa berakhir ke sebuah kerusuhan dan itu pasti sangat membahayakan bagi semua ras Teriana yang hadir di sana.
Tentu saja akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh Arga sekarang membuat semua orang yang hadir di sana jadi mulai ramai dan rusuh, bahkan beberapa di antara mereka meneriaki balik kepada anak itu sembari mengecam dan menghujatnya dengan kata-k********r yang sangat kejam, tapi itu semua sama sekali tidak membuat Arga takut ataupun mengurungkan niatnya. Malah sebaliknya, situasi yang mulai runyam itu bisa dia manfaatkan untuk mengambil peran yang cukup besar di tempat riuh seperti itu, apalagi Arga diberkati dengan suara yang cukup nyaring dan keras, membuat siapa pun yang mendengarnya bisa langsung terdiam.
“INIKAH YANG DINAMAKAN ORANG-ORANG DEWASA!?” Dan ternyata memang benar, sekali saja Arga bersuara kerusuhan itu langsung lenyap jadi keheningan yang cukup sunyi, semua orang langsung terdiam dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oeh anak itu di tengah-tengah mereka, seakan-akan seperti pemuka agama yang mulai menceramahi umat-umatnya. “MENGAPA TINGKAH KALIAN SAMA SEKALI TIDAK MENCERMINKAN ORANG-ORANG DEWASA YANG SESUNGGUHNYA!? DI SINI AKU TIDAK MELIHAT SATU ORANG PUN YANG BERSIKAP SEPERTI ORANG DEWASA! SEMUANYA TAMPAK SEPERTI DIRIKU! DIPENUHI DENGAN KEEGOISAN, KEBENCIAN, KETAKUTAN, DAN KEBODOHAN! APAKAH KOTA INI SANGAT MENYEDIHKAN SAMPAI TIDAK MEMILIKI ORANG DEWASA SATU PUN!? BENAR-BENAR MENYEDIHKAN!”
Para prajurit yang mendengarkan perkataan Arga pun jadi ikut merasa tertampar atas segala yang diucapkan anak itu, seolah-olah itu memang menunjukkan kenyataan yang terjadi di kota ini, di sini tidak ada sedikit pun yang bersikap seperti orang dewasa sesungguhnya, semuanya hanya dipenuhi dengan kebencian dan keegoisan terhadap sesuatu, tidak ada yang mau menunjukkan belas kasihan dan kasih sayang, yang ada gejolak kemarahan selalu tersebar di penjuru kota seakan-akan itu sudah menjadi hal yang biasa. Selain para prajurit, lelaki yang akan dieksekusi mati pun terharu mendengar omongan-omongan yang diteriakan oleh Arga, dia tidak pernah menyangka akan ada momen seperti ini di situasi yang mengerikan semacam ini. Inilah yang seharusnya Para Teriana lakukan saat ras mereka diinjak-injak oleh ras-ras lain di Vanterlock.
Mungkin terkesan buruk, tapi pemberontakan memang harus dilakukan sebelum semua Ras Teriana musnah karena ditindas dan dibunuh oleh orang-orang menjijikan di kota ini, harus ada pelopor dan pemimpin yang membuat Para Teriana merasa dituntun untuk melakukan sebuah pemberontakan massal. Dan baru saja dibayangkan, itu mulai benar-benar terjadi saat para Ras Teriana yang bersembunyi di rumahnya masing-masing, tiba-tiba keluar dan berlarian secara berbondong-bondong dan bergabung ke tengah kota dengan mengacungkan lengan kanannya masing-masing ke udara tinggi-tinggi, seolah-olah mereka sudah siap untuk berperang dengan siapa pun yang melawan mereka.
“ANAK ITU BENAR! KAMI BUKANLAH RAS JAHAT! KAMI SAMA SEPERTI KALIAN SEMUA! KAMI HANYALAH MANUSIA BIASA! HANYA KARENA DARAH KAMI MEMILIKI KETURUNAN DENGAN IBLIS! BUKAN BERARTI KAMI SEMUA BERSIKAP SEPERTI IBLIS! INGAT JUGA BAHWA KAMI PUN PUNYA KETURUNAN LANGSUNG DENGAN KELINCI! YANG ARTINYA KAMI TIDAK SEPENUHNYA RAS IBLIS SEPERTI YANG KALIAN KIRA! JADI BERHENTILAH BERPRASANGKA BURUK ATAU KITA AKAN MEMULAI PEPERANGAN BESAR DI SINI!”
Ketika Arga berteriak dengan begitu kencang, semua orang yang hadir di acara eksekusi mati, termasuk para prajurit dan juga dia yang akan dieksekusi, terkaget-kaget mendengar teriakan tersebut, terutama Jiola yang sangat tercengang menyaksikan adiknya melakukan hal yang membuat mereka jadi pusat perhatian. Tentu saja, setelah kejadian itu, semua mata memandang ke arah mereka, layaknya para predator yang menyadari ada mangsa bodoh yang menunjukkan diri di tengah-tengah mereka. Beberapa dari mereka mengernyitkan alisnya heran, dan beberapanya lagi menggeram kesal, sedangkan sisanya hanya terdiam menonton hal tersebut. Semua orang tidak menyangka ada salah satu ras teriana yang tidak terima rasnya diperlakukan seperti itu oleh warga kota.
Jiola benar-benar kebingungan sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena semua orang sedang menatap ke arahnya juga, apalagi penampilan mereka berdua yang terdapat tanduk dan ekor kelinci sudah menjelaskan bahwa mereka adalah berasal dari ras Teriana sungguhan, itu pasti akan membuat keadaan jadi heboh. Selama ini tidak ada yang berani melakukan hal seperti yang Arga lakukan sekarang, tidak ada satu pun ras Teriana yang bisa dan mampu berteriak sekencang itu menunjukkan kemarahannya terhadap semua orang yang ada di sini, karena biasanya para Ras Teriana hanya bisa pasrah dan menerima perlakuan kasar dari berbagai orang kepada mereka. Tapi berkat pemberontakan yang baru saja Arga lakukan, membuat orang-orang jadi terkejut pada hal tersebut.
“KAU PIKIR KAMI INI APA!? KAMI JUGA TERMASUK KE DALAM WARGA YANG MENGHUNI KOTA INI! JANGAN HANYA KARENA ADA BEBERAPA OKNUM DARI RAS KAMI YANG MELAKUKAN KEJAHATAN, KALIAN MENGANGGAP SEMUA ORANG DARI RAS KAMI ADALAH JAHAT! ITU PEMIKIRAN YANG SANGAT BODOH DAN KEKANAK-KANAKAN! BAHKAN AKU SAJA YANG ANAK-ANAK YANG PAHAM BAHWA MEMUKUL RATA SEBUAH KELOMPOK HANYA KARENA KESALAHAN SATU ORANG DI DALAM KELOMPOK ITU, ADALAH TINDAKAN PALING BUSUK!” Arga benar-benar melepaskan semua kekesalan dan kemarahannya dengan mengeluarkan segala perasaanya pada semua orang yang ada di sana. Setiap kata yang Arga katakan hampir membuat semua orang yang mendengarkan tertampar dengan rasa malu, seakan-akan dia sedang menelanjangi semuanya.
“H-Hey! B-Berhentilah!” Jiola dengan gugup dan dua tangan gemetaran mencoba untuk menurunkan Arga dari pundak seseorang, tapi tampaknya itu sangat sulit karena anak itu benar-benar keras kepala. Akhirnya Jiola hanya bisa menghela napas dengan jantung berdegup-degup kencang, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Arga menyelesaikan teriakannya, tapi yang jelas ini bisa berakhir ke sebuah kerusuhan dan itu pasti sangat membahayakan bagi semua ras Teriana yang hadir di sana.
Tentu saja akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh Arga sekarang membuat semua orang yang hadir di sana jadi mulai ramai dan rusuh, bahkan beberapa di antara mereka meneriaki balik kepada anak itu sembari mengecam dan menghujatnya dengan kata-k********r yang sangat kejam, tapi itu semua sama sekali tidak membuat Arga takut ataupun mengurungkan niatnya. Malah sebaliknya, situasi yang mulai runyam itu bisa dia manfaatkan untuk mengambil peran yang cukup besar di tempat riuh seperti itu, apalagi Arga diberkati dengan suara yang cukup nyaring dan keras, membuat siapa pun yang mendengarnya bisa langsung terdiam.
“INIKAH YANG DINAMAKAN ORANG-ORANG DEWASA!?” Dan ternyata memang benar, sekali saja Arga bersuara kerusuhan itu langsung lenyap jadi keheningan yang cukup sunyi, semua orang langsung terdiam dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oeh anak itu di tengah-tengah mereka, seakan-akan seperti pemuka agama yang mulai menceramahi umat-umatnya. “MENGAPA TINGKAH KALIAN SAMA SEKALI TIDAK MENCERMINKAN ORANG-ORANG DEWASA YANG SESUNGGUHNYA!? DI SINI AKU TIDAK MELIHAT SATU ORANG PUN YANG BERSIKAP SEPERTI ORANG DEWASA! SEMUANYA TAMPAK SEPERTI DIRIKU! DIPENUHI DENGAN KEEGOISAN, KEBENCIAN, KETAKUTAN, DAN KEBODOHAN! APAKAH KOTA INI SANGAT MENYEDIHKAN SAMPAI TIDAK MEMILIKI ORANG DEWASA SATU PUN!? BENAR-BENAR MENYEDIHKAN!”
Para prajurit yang mendengarkan perkataan Arga pun jadi ikut merasa tertampar atas segala yang diucapkan anak itu, seolah-olah itu memang menunjukkan kenyataan yang terjadi di kota ini, di sini tidak ada sedikit pun yang bersikap seperti orang dewasa sesungguhnya, semuanya hanya dipenuhi dengan kebencian dan keegoisan terhadap sesuatu, tidak ada yang mau menunjukkan belas kasihan dan kasih sayang, yang ada gejolak kemarahan selalu tersebar di penjuru kota seakan-akan itu sudah menjadi hal yang biasa. Selain para prajurit, lelaki yang akan dieksekusi mati pun terharu mendengar omongan-omongan yang diteriakan oleh Arga, dia tidak pernah menyangka akan ada momen seperti ini di situasi yang mengerikan semacam ini. Inilah yang seharusnya Para Teriana lakukan saat ras mereka diinjak-injak oleh ras-ras lain di Vanterlock.
Mungkin terkesan buruk, tapi pemberontakan memang harus dilakukan sebelum semua Ras Teriana musnah karena ditindas dan dibunuh oleh orang-orang menjijikan di kota ini, harus ada pelopor dan pemimpin yang membuat Para Teriana merasa dituntun untuk
Berkat perbuatan nekat dari Arga, semua orang yang berasal dari Ras Teriana mulai memberanikan diri untuk keluar dari rumahnya masing-masing, berhenti bersembunyi dan takut, dan segera menunjukkan pemberontakannya pada semua warga di kota Vanterlock, dengan cara berbondong-bondong secara bersamaan menuju ke tempat acara eksekusi kematian tengah dimulai. Tentu saja kejadian itu membuat semua warga yang hadir di tengah kota terkaget-kaget pada kedatangan orang-orang dari Ras Teriana, mereka tidak menyangka Para Teriana bisa kompak dan berani begitu setelah mendengar teriakan dari bocah laki-laki berusia tujuh tahun, padahal sebelumnya orang-orang yang berasal dari Ras Teriana selalu bersembunyi ketakutan dari warga Kota Vanterlock yang lain, seolah-olah menganggap semua orang adalah monster.
Tapi sekarang, dengan api amarah yang menggelora di benak mereka masing-masing, juga karena dipelopori adalah teriakan-teriakan keberanian yang membahana dari Arga, membuat Para Teriana tidak lagi bersikap pecundang, malah sebaliknya, saat ini mereka akan menuntut balik atas segala perlakuan kasar dan tidak adil yang telah dilakukan oleh ras-ras lain di kota ini terhadap apapun itu. Para Prajurit, juga manusia-manusia yang berasal dari ras-ras lain, terpaku dan tercengang menyaksikan kejadian langka itu, ini baru pertama kalinya mereka melihat Para Teriana begitu marah dan mengamuk. Akhirnya satu-persatu dari ras-ras lain yang ada di sana lari terbirit-b***t ketakutan, mengingat Para Teriana memiliki keturunan langsung dengan Bangsa Iblis yang bisa dikatakan kalau kekuatan Para Teriana bisa saja lebih mengerikan dari apa yang mereka kira.
Apalagi sekarang orang-orang yang berasal dari Ras Teriana terlihat begitu marah dan mengamuk, sungguh tidak bagus bagi mereka yang berasal dari ras-ras bukan petarung untuk berhadapan dengan golongan dari campuran Bangsa Iblis dan Kelinci tersebut. Ada yang memilih melarikan diri, ada juga yang memilih terdiam kaku, ada pula yang memilih ingin melawan Para Teriana, tapi apa pun pilihan yang dipilih oleh orang-orang Kota Vanterlock tidak mengubah sesuatu bahwa sekarang keadaan di lokasi pengeksekusian kian ricuh dan heboh. Banyak sekali orang yang menjerit ketakutan, berlarian secara berbondong-bondong, dan berteriak-teriak marah. Begitu ramai dan bergemuruh.
Arga sudah kembali menginjakkan kakinya ke tanah setelah orang yang ia injak pundaknya berlari terbirit-b***t dari lokasi, sementara Jiola, perempuan berambut perak panjang, ada di sampingnya, bersikap seperti seorang kakak yang ingin melindungi adik kesayangannya, dengan cara memeluk badan Arga seerat mungkin agar tidak ada orang yang menabrak tubuh Sang Adik. Ini adalah keadaan yang tidak pernah Jiola sangka, dia tidak pernah menduga akan ada kejadian seperti ini dan dia melihatnya secara langsung, itu sangat luar biasa. Apalagi ketika melihat saudara-saudara satu rasnya bergabung secara kompak dan mengamuk bersama di hadapan warga Vanterlock. Itu adalah salah satu momentum yang sangat menakjubkan.
“Lebih baik kita pergi dari sini sebelum semuanya semakin rumit! Aku tidak ingin kamu terluka jika tetap berada di sini!” seru Jiola dengan langsung menarik lengan Arga tanpa menunggu kesepakatan dari Sang Pemilik Tubuh. Mereka berdua pun berlari secara bersamaan menuju suatu tempat, entah kemana tapi yang jelas mereka harus pergi ke lokasi yang aman agar mereka tidak diburu oleh siapa pun. Jiola tahu resikonya, karena meskipun Para Teriana telah bersatu itu tidak mengubah kalau pihak kerajaan atau khususnya Para Prajurit Kerajaan yang hadir di sana, masih membenci mereka dan pastinya akan menangkap semua orang yang memberontak.
Itulah mengapa Jiola lebih memilih meninggalkan lokasi itu dari pada dia bersama adiknya ditangkap oleh Pihak Kerajaan dan dituduh telah melakukan perbuatan buruk dan berakhir mendekam di dalam penjara. Demi apa pun, Jiola tidak ingin itu terjadi, dia ingin hidup dirinya dan juga adiknya tetap berada di jalur normal, yang berarti tidak berurusan dengan kriminalitas, karena sekali mereka dianggap penjahat, maka julukan itu akan terus melekat sampai kapan pun selama mereka masih hidup di kota ini.
“Hah… Hah… Hah….,” Akhirnya mereka memilih berhenti di belakang sebuah gedung yang kumuh, untuk mengambil napas dan beristirahat sejenak. Napas Jiola terdengar begitu terengah-engah sedangkan Arga sama sekali tidak terlihat kelelahan, dia hanya sedikit mendesah tapi tidak begitu parah dibandingkan dengan kakaknya. “Setidaknya kita istirahat dulu, menurutku ini tempat yang cukup aman untuk kita singgah.” Kata Jiola sembari memandangi Arga yang ada di sampingnya. Sang Adik tampak tidak begitu suka dirinya dibawa ke tempat seperti ini, dia merasa urusannya di lokasi sebelumnya belum selesai secara penuh.
“Bukankah sudah kubilang, kalau kau mau pergi, pergi saja sendirian, tapi mengapa sekarang kau membawaku kemari!? Aku bukan pengecut sepertimu! Aku bisa membela diriku sendiri! Aku juga cukup pandai dalam bertarung ataupun berperang! Jangan remehkan aku hanya karena aku masih anak-anak! Ingatlah bahwa aku sudah hidup di tengah hutan selama tujuh tahun sendirian dan aku baik-baik saja! Itulah mengapa kerusuhan semacam itu tidak akan membuatku mati!”
Kelihatannya Arga benar-benar merasa diremehkan oleh Jiola, dia tidak suka jika diperlakukan seperti ini, dia tidak perlu mendapatkan perlindungan dari siapa pun, terutama dari seseorang yang bahkan tidak mengerti bagaimana caranya bertahan hidup yang sesungguhnya. Arga sudah tahu cara agar dia selamat di dalam sebuah kerusuhan yang ia ciptakan, tanpa harus meminta bantuan dari orang lain, meskipun tubuhnya masih anak-anak. Tapi perlakuan Jiola telah mencoreng harga dirinya. Arga merasa diinjak-injak dan dia tidak membenci perlakuan itu.
Berkat perbuatan nekat dari Arga, semua orang yang berasal dari Ras Teriana mulai memberanikan diri untuk keluar dari rumahnya masing-masing, berhenti bersembunyi dan takut, dan segera menunjukkan pemberontakannya pada semua warga di kota Vanterlock, dengan cara berbondong-bondong secara bersamaan menuju ke tempat acara eksekusi kematian tengah dimulai. Tentu saja kejadian itu membuat semua warga yang hadir di tengah kota terkaget-kaget pada kedatangan orang-orang dari Ras Teriana, mereka tidak menyangka Para Teriana bisa kompak dan berani begitu setelah mendengar teriakan dari bocah laki-laki berusia tujuh tahun, padahal sebelumnya orang-orang yang berasal dari Ras Teriana selalu bersembunyi ketakutan dari warga Kota Vanterlock yang lain, seolah-olah menganggap semua orang adalah monster.
Tapi sekarang, dengan api amarah yang menggelora di benak mereka masing-masing, juga karena dipelopori adalah teriakan-teriakan keberanian yang membahana dari Arga, membuat Para Teriana tidak lagi bersikap pecundang, malah sebaliknya, saat ini mereka akan menuntut balik atas segala perlakuan kasar dan tidak adil yang telah dilakukan oleh ras-ras lain di kota ini terhadap apapun itu. Para Prajurit, juga manusia-manusia yang berasal dari ras-ras lain, terpaku dan tercengang menyaksikan kejadian langka itu, ini baru pertama kalinya mereka melihat Para Teriana begitu marah dan mengamuk. Akhirnya satu-persatu dari ras-ras lain yang ada di sana lari terbirit-b***t ketakutan, mengingat Para Teriana memiliki keturunan langsung dengan Bangsa Iblis yang bisa dikatakan kalau kekuatan Para Teriana bisa saja lebih mengerikan dari apa yang mereka kira.
Apalagi sekarang orang-orang yang berasal dari Ras Teriana terlihat begitu marah dan mengamuk, sungguh tidak bagus bagi mereka yang berasal dari ras-ras bukan petarung untuk berhadapan dengan golongan dari campuran Bangsa Iblis dan Kelinci tersebut. Ada yang memilih melarikan diri, ada juga yang memilih terdiam kaku, ada pula yang memilih ingin melawan Para Teriana, tapi apa pun pilihan yang dipilih oleh orang-orang Kota Vanterlock tidak mengubah sesuatu bahwa sekarang keadaan di lokasi pengeksekusian kian ricuh dan heboh. Banyak sekali orang yang menjerit ketakutan, berlarian secara berbondong-bondong, dan berteriak-teriak marah. Begitu ramai dan bergemuruh.
Arga sudah kembali menginjakkan kakinya ke tanah setelah orang yang ia injak pundaknya berlari terbirit-b***t dari lokasi, sementara Jiola, perempuan berambut perak panjang, ada di sampingnya, bersikap seperti seorang kakak yang ingin melindungi adik kesayangannya, dengan cara memeluk badan Arga seerat mungkin agar tidak ada orang yang menabrak tubuh Sang Adik. Ini adalah keadaan yang tidak pernah Jiola sangka, dia tidak pernah menduga akan ada kejadian seperti ini dan dia melihatnya secara langsung, itu sangat luar biasa. Apalagi ketika melihat saudara-saudara satu rasnya bergabung secara kompak dan mengamuk bersama di hadapan warga Vanterlock. Itu adalah salah satu momentum yang sangat menakjubkan.
“Lebih baik kita pergi dari sini sebelum semuanya semakin rumit! Aku tidak ingin kamu terluka jika tetap berada di sini!” seru Jiola dengan langsung menarik lengan Arga tanpa menunggu kesepakatan dari Sang Pemilik Tubuh. Mereka berdua pun berlari secara bersamaan menuju suatu tempat, entah kemana tapi yang jelas mereka harus pergi ke lokasi yang aman agar mereka tidak diburu oleh siapa pun. Jiola tahu resikonya, karena meskipun Para Teriana telah bersatu itu tidak mengubah kalau pihak kerajaan atau khususnya Para Prajurit Kerajaan yang hadir di sana, masih membenci mereka dan pastinya akan menangkap semua orang yang memberontak.