14. Dia yang Masih Meremehkan

1043 Words

Kelas jam ke nol, jam ke nol, jam ke nol. Sejak subuh bahkan dini hari, aku mengulang-ulang kalimat ‘jam ke nol’. Padahal aku sudah terbiasa bangun pagi, tapi tetap saja aku takut kesiangan, karena harus kuliah jam setengah enam. Dosen hari ini mendadak mengumumkan untuk pergantian jadwal. Beliau memutuskan agar kuliahnya di minggu ini dilaksanakan cukup pagi, karena akan ada kepentingan. “Nia ..., Nia ..., kamu sudah bangun?” ujarku sambil mengetuk pintu kamar Nia yang ada tepat di samping kamar kosku. “Hei, Shanum. Masuk aja, masuk! Aku tinggal pakai kerudung ini!” Kubuka pintu kamar Nia dan tampak anak itu sedang berdiri di depan cermin. “Aduh, aku masih ngantuk, Num!” keluh Nia sambil mengerjap-ngerjapkan mata. “Kok bisa? Kukira kamu abis Isya langsung tidur, soalnya lampunya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD