Aku yang tetap enggan untuk mendatangi tempat Rasya tampil nanti, merasa kesal karena ternyata pria itu sama sekali tak bertanya kenapa? Setidaknya, ada basa-basi sedikitlah. Bertanya kenapa aku tidak mau ikut? Atau apa aku ada acara yang membuat aku tidak ikut? Atau bisa juga, dia bertanya apa aku sedang marah? Fuuuh .... Pada akhirnya aku mengomeli nasi tak berdosa yang menjadi sarapan pagiku. “Ngomong-ngomong, kok di luar sudah sepi?” Aku bergumam saat mengunyah dengan pelan nasi ini. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul delapan. Hanya saja suasana di tempat kos ini cukup sepi. Saat keluar tadi, aku sama sekali tidak melihat ada Nia atau Vivin. Padahal saat Subuh tadi, aku sempat melihat mereka. “Apa sedang tidur lagi di dalam kamarnya, ya?” Jadinya, aku sendiri di sini.