Akhirnya, hari yang aku tunggu sekaligus tidak aku tunggu pun tiba. Entah kenapa aku cukup antusias dengan lomba kreasi seni antar jurusan dari setiap angkatan ini, tapi aku juga mendadak bernyali ciut saat ingat jika aku harus tampil sebagai perwakilan dari jurusan di angkatanku. “Canum ... cantik bangeeeeet,” teriak Nia dengan lebaynya. “Kan, kamu yang dandanin.” Aku bercermin, entah bagian mana yang disebut cantik? Padahal menurutku ini biasa saja. “Cantiklah! Aku yang ngedandanin kamu!” Dia kemudian tertawa lebar. “Nia, ini aku pinjam baju kamu enggak apa-apa?” Aku merasa sungkan, karena sepertinya ini baju mahal. “Ini baju adek aku malah, sebenarnya.” Nia terkekeh. “Baju aku mana ada yang muat di kamu!” “Lah, terus bagaimana?” “Ya, nggak apa-apa! Pakai aja!” “Kalau kot