Sosok misterius dengan wajah tertutup topeng, kembali melanjutkan langkah nya yang sempat tertunda, karena kehadiran dua orang detektif yang hampir saja memergoki keberadaannya. Kebetulan sekali, ada seekor kucing hutan yang meintas di dekat nya, ia pun langsung menangkapnya dan melemparnya ke luar dari balik pohon tempat ia bersembunyi. Kedua detektif itu kemudian kembali melanjutkan perjalanan mereka, sementara ia sendiri melanjutkan tujuannya.
Tak ada bulan dan bintang menerangi langkah nya, hanya cahaya kilat saja yang sesekali menerangi langkah kakinya menuju ke tempat targetnya berada. Suara petir terdengar semakin sering, sepertinya badai yang sudah diramalkan oleh badan prakiran cuaca melalui siaran radio yang Ia dengar beberapa saat lalu, akan segera datang.
Pria misterius itu meneruskan langkah kaki nya semakin dekat dengan targetnya, dilihatnya salah satu jendela dari rumah yang menjadi targetnya terbuka dan tampak lah gadis yang menjadi target nya berdiri di depan jendela kamar nya. Hingga akhirnya, tatapan keduanya bertemu.
Kediaman Aline
Aline menuntaskan makan malam nya dengan ditemani pengurus rumah tangganya. Ia langsung naik ke lantai dua, di mana kamar nya berada. Aline berjalan ke arah jendela kamar nya yang terbuka. Gorden jendela kamar nya tampak melambai-lambai tertiup angin.
Aline melongokkan kepalanya dari balik jendela kamar nya dan dilihatnya langit yang gelap gulita, tanpa ada bintang dan rembulan menghiasi langit. Sepertinya badai akan melanda kota, sesekali terdengar suara coyote dan serigala melolong, memecah kesuyian malam.
Aline mengalihkan pandangannya dan ia melihat di antara pepohonan yang menuju ke arah rumah nya ada sesuatu yang bergerak-gerak. Difokuskannya pandangannya dan sesutau yang bergerak itu berhenti. Netra biru milik Aline bertatapan dengan netra sosok wajah yang tersembunyi dari balik topeng.
Sosok wajah di balik topeng tersebut tersenyum ke arah nya dan memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. Sosok dengan pakaian serba hitam tersebut mengacungkan pisau yang di pegang tangan kiri nya ke arah Aline.
Aline berteriak histeris ketakutan, sambil berlari Ia berteriak meminta tolong, Soraya sang pengurus rumah tangga menghentikan kegiatannya membersihkan bekas makan Ia dan nona nya tadi. Ia melap tangan nya yang basaha ke celemek yang membalut tubuh nya, sambil berjalan ke luar dari pantry.
Ketika berdiri di depan pintu pantry, Aline menubruk tubuh gempal milik nya dengan keras. Aline menangis terisak di dalam pelukannya. Soraya pun mengusap punggung Aline. Ia berusaha menenangkan Aline dari histerisnya. Di urainya pelukan Aline dari tubuh nya dan Ia mengarahkan Aline untuk duduk di kursi yang ada di depan meja makan.
Soraya mengangsurkan gelas berisi air putih kepada Aline dan meminta kepada Aline untuk meminumnya. Aline pun menuruti perintah dari pengurus rumah tangga yang juga merangkap menjadi pengasuhnya semenjak Ia kecil, hingga sekarang di usia nya yang sudah menginjak 16 tahun.
Begitu dirasa Aline sudah tenang, Soraya meminta kepada Aline untuk menjelaskan alasan yang membuatnya menjerit dan berlari dari kamarnya.
Aline menceritakan apa yang baru saja dilihatnya dengan suara yang bergetar. Aline pun menceritakan tentang sosok bertopeng yang mengacungkan pisau ke arah nya.
Mendengar cerita dari Aline, Soraya langsung saja mengambil telepon rumah dan menghubungi 911 untuk menceritakan apa yang baru saja dilihat oleh anak asuhnya. Petugas yang menerima telepon dari Soraya, meminta kepadanya untuk bersikap tenang dan segera menutup rapat juga mengunci jendela dan pintu rumah, dalam beberapa menit, petugas kepolisian akan segera datang ke kediaman mereka.
Di lain tempat, pria bertopeng itu, tertawa melihat targetnya yang berteriak ketakutan, iamengurungkan niatnya untuk menghabisi korban nya malam ini. Gadis itu beruntung, untuk malam ini, Ia masih selamat.
Pria itu kemudian berjalan kembali menuju ke arah mobilnya yang Ia sembuyikan diantara rimbunnya pepohonan. Sesampainya ia di mobil nya, la pun melepaskan topeng penutup wajah juga penutup kepala nya. Pria itu menyimpan pisau miliknya di balik jok mobil miliknya.
Pria misterius itu kemudian menjalankan mobilnya ke luar dari jalur yang tidak biasa dilalui mobil menuju ke jalan utama. Begitu tiba di jalan utama ia langsung saja mengarahkan mobilnya menuju ke pusat kota untuk mencari penginapan.
Kantor Polisi
Detektif Miller dan detetktif Monza menerima telepon yang mengabarkan adanya panggilan darurat, di jalur yang tadi menjadi rute patroli mereka. Petugas tersebut, kemudian menyebutkan alamat yang harus didatangib oleh Monza dan Miller berdasarkan laporan.
Monza dan Miller saling bertatapan, keduanya teringat, kalau lokasi yang harus mereka datangi berdasarkan laporan adalah lokasi di mana mereka sebelumnya berhenti, karena merasa ada yang mencurigakan di lokasi tersebut.
Monza dan Miller dengan cepat langsung ke luar dari ruangan mereka dan menuju ke mobil patroli yang terparkir. Monza yang bertindak sebagai sopir melajukan mobil dengan kecepatan tinggi dan membunyikan sirine.
Saat di tengah jalan, mobil patroli mereka berpapasan dengan sebuah mobil pick up yang keihatannya sudah tua. Wajah sopir pick up tersebut tidak dapat mereka lihat, karena terlindung oleh topi bisboll yang dikenakannya.
Tak lama kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Monza sampai di depan rumah sang penelepon. Begitu mesin mobil mati, keduanya langsun turun, mereka membagi tugas. Monza akan masuk ke dalam rumah untuk bertanya kepada sang pemilik rumah, sementara Miller akan melihat ke sekeliling rumah.
Monza menekan bel pintu rumah tersebut, ia memperlihatkan wajahnya di kaca kecil yang ada di pintu, agar tuan rumah dapat melihat wajahnya. Monza memperlihatkan lencana kepolisian miliknya.
Pintu rumah pun terbuka, seorang wanita paruh baya dengan tubuh gempal berdiri di hadapan Monza. Wanita itu mempersilahkan kepada Monza untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
Seorang gadis muda dengan warna rambut pirang dan bola mata berwarna biru, yang tampak sembab bekas menangis duduk di atas sofa tersebut. Monza memperkenalkan dirinya kepada gadis itu dan Ia meminta kepadanya untuk menceritakan dengan jelas apa yang dilihatnya.
Monza mencatat di buku catatannya apa yang diihat oleh gadis itu dan dalam hatinya Monza berpikir, “Apakah pembunuh Karen mulai beraksi lag dan akan menjdikannya sebagai pembunuhan berantai.”
Usai meminta keterangan dari gadis tersebut, Monza minta diantarkan di mana gadis remaja yang bernama Aline tersebut bertatapan dengan pria bertopeng.
Monza berdiri di depan jendela Aline dan melihat ke luar jendela yang tampak hanyalah kegelapan, meski sesekali sinar cahaya kilat menerangi sekitarnya. Monza mengambil beberapa foto dan layar kamera miliknya menangkap sosok Miller yang sedang memeriksa sekitar rumah Aline.
Monza kembali lagi ke bawah,setelah sebelumnya menutup dan mengunci jendela kamar Aline. Monza mengatakan kepada Soraya dan Aline, kalau ia akan bergabung dengan rekannya untuk melihat ke sekitar rumah.
Monza mendekati Miller yang tengah menyenteri jejak sol sepatu. Miller megukur dan mencatat ukuran jejak sepatu yang kemungkinan adalah milik pria yang sudah membuat Aline ketakutan.
Keduanya mengikutib jejak sol sepatu tersebut hingga ke tempat yang sebelumnya pernah dilihat oleh Monza dan Miller. “Tidak salah lagi, sesuatu yang sempat menjadi objek kecurigaan mereka, ternyata pria yang kemungkinan besar adalah pria yang dilihat oleh Aline.
Malam ini, Monza dan Miller memperoleh banyak petunjuk. Dengan menggunakan senter kecil keduanya mengikuti jejak sol sepatu tersebut, yang mengarah ke arah jejak ban mobil. Namun, sayang sekali, saat keduanya tengah mengkur jejak ban mobil, hujan turun dengan sangat lebatnya.
Monza dan Miller pun terpaksa harus kembali ke rumah Aline untuk berteduh. Ketika sampai di teras rumah Aline, tubuh keduanya telah babsah kuyub. Miller dan Monza mengatakan kepada Aline dan Soraya, kalau pria yang menakuti aline sudah pergi dan mereka juga meminta kepada Aline dan Soraya, agar tidak membuka kan pintu untuk siapa pun, tanpa melihat dahulu melalui kaca kecil lubang intip yang ada di pintu rumah.
Monza dan Miller beranjak pergi, setelah memastikan pintu rumah terkunci dengan benar.