bab 1

1037 Words
" prang.. " suara itu begitu mengejutkan. Lagi dan lagi Iko membanting piring yang ada didapur. Lea meringkuk di kolong meja dapur seraya ketakutan, tubuhnya gemetar. Tak ada yang bisa dia lakukan saat ini selain bersembunyi dari amukan Iko. Hening... Mungkin Lima belas menit kemudian, Lea baru menyadari ada rasa perih di punggung nya. Dia merintih seraya memperbaiki posisi duduk nya yang mulai terasa tak nyaman itu. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki kecil menghampiri Lea. " Mama... ma mama " ucap anak kecil itu. Lea berusaha tersenyum, dia mencoba menyembunyikan rasa sakit dan tangisan nya dari anak lelaki itu. " Ma.. mama kenapa, ayok bangun maaa... " ucap anak kecil itu panik. Lea berusaha bangun, sesakit apapun, dia berusaha menahan nya. Dia tak mau, anak semata wayangnya itu melihat dirinya yang kini tengah rapuh. Saat Lea tengah mencoba berdiri. Mendadak, Rasya menjerit. " Maaa.... punggung mama berdarah " ucap nya. Rasya terlihat panik. Lea merintih, kali ini rasa perih itu semakin menjadi. Tanpa meminta persetujuan mama nya, Rasya berlari kedepan meminta pertolongan. " Pa.. Tolong pa, mama mama berdarah " ucap anak berusia tujuh tahun itu panik. Iko keluar dari kamar, lalu menuju dapur. Dia menyuruh Rasya menunggu didepan, Walau bagaimana pun, dia tak mau terlihat buruk didepan putranya. Lagipula keadaan dapur saat ini sangat berantakan, pecahan beling berserakan. Iko tak mau membahayakan Rasya. " Kamu disini oke " ucap Iko. Sebetulnya Rasya ingin melihat sang mama, tapi dia takut pada papa nya. Jadi dia hanya pasrah menunggu didepan pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang tengah rumah itu. Iko segera menghampiri tubuh lunglai Lea. Ada setitik penyesalan dari raut wajahnya. Lagi dan lagi Iko tak mampu mengontrol emosi yang tiba tiba datang. Sekali lagi, Lea jadi korban amarah nya. Iko memeriksa punggung Lea. Dia melihat kaos putih yang dikenakan oleh istrinya itu sudah berlumur darah. Dengan hati hati, Iko menyingkap kaos putih itu. Mata Iko mengawasi luka yang ada dipunggung Lea. Lalu dengan cepat, dia mencabut satu benda tajam yang menusuk punggung Lea, yang menyebabkan darah segar itu keluar. " Maaf.. maaf kan aku " Ucap Iko, lagi. beling tajam itu sudah keluar dari luka dipunggung Lea. Ini semau berawal dari kejadian sepele yang membuat semuanya menjadi kacau. flashback.. " Aku lapar Lea... " kata Iko bersungut-sungut. " Iya sabar, aku lagi manasin sayur sebentar " Kata Lea. Lea tau kebiasaan suaminya itu, Iko selalu menginginkan semua makanan serba hangat. Salahnya, Lea telat memanaskan sayur soto yang pagi tadi di masaknya. Apalagi soto, harus disantap dalam keadaan panas bukan. Dengan tak sabar, Iko mengambil sendiri piring dan mangkok yang sudah Lea siapkan. Lea melirik lantas berkata, " Sabar mas, ini lagi dipanasin sayurnya... " ucap Lea. Iko, seperti biasa. Dia selalu meluapkan amarah nya dengan membanting apa saja yang sedang dia pegang atau yang ada didekatnya. " prang... " Entah sadar atau tidak, Iko melemparkan piring kosong itu tepat dibelakang Lea yang tengah berdiri di hadapan Kompor. Dan... tanpa sengaja pecahan piring itu menancap di punggung Lea.. ... Lagi... seperti ini lagi Kejadian seperti ini sebetulnya sudah sering terjadi. Bukan sekali dua kali. Iko tak bisa mengontrol emosi nya. Pernah, berawal dari bercanda, dia menjambak rambut Lea. Atau berawal dari cara Iko memberikan uang pada Lea dengan cara melemparkan nya kemuka. Dan... tentu masih banyak lagi kejadian seperti itu. Diam.. Lama kelamaan sakit hati itu pasti muncul. belum lagi, seringkali Iko berucap, agar Lea mencari pria tua yang bisa memberikan uang padanya. Bahkan tanpa sungkan, Iko mengajari istrinya itu trik merayu, supaya para p****************g mau merogoh kocek nya untuk Lea. Bercanda.. Ya, kadang Lea merasa suaminya itu tengah bercanda. Tapi tak sekali dua kali. Ada kalanya Lea merasa Iko hanya ingin memeras nya. Rumah tangga macam apa ini. Disaat lelaki lain menjaga martabat sang istri, ini justru melarang istrinya menutup aurat. Terkadang dia sayang, tapi terkadang dia seperti dagangan. ... Satu dua kali Lea mengacuhkan telepon dan pesan itu. Lama lama Lea pun tergoda. " Hai.. " bunyi pesan itu. Awalnya Lea hanya membalas dengan stiker lambaian tangan. Tapi lama kelamaan dia pun membalas dengan pesan yang sama. Apalagi saat Lea bercerita pada Iko tentang pesan masuk itu dan ternyata tanggapan suaminya itu diluar nalar. " Ladenin lah, siapa tau cuan.. " ucap Iko cengengesan. Lea pun akhirnya membalas pesan pesan di media sosialnya itu. Bahkan ada kalanya saat ada panggilan masuk Lea pun mengangkat nya didepan Iko. Iko tak bereaksi, seperti lelaki tanpa rasa cemburu. Entah, apa hubungan suami istri seperti ini bisa dikatakan lumrah. Terkadang, Lea merasa jijik saat membaca pesan pesan masuk di media sosialnya. Itu terjadi tak lain dan tak bukan karena dia menanggapi semua pesan itu. Lea jelas menyadari itu. Tapi tak ada respon apapun dari Iko. Puncaknya... Saat rumah tangga Lea dan Iko diterpa guncangan Ekonomi. Emosi Iko semakin menjadi. Setiap hari dia selalu memarahi Lea dan juga Rasya. Hingga kata kata itu terucap. " Kamu mau kan aku jual ke temen ku " kata Iko dengan raut tanpa dosa. Mata Lea terbelalak. " Apa maksudnya mas " tanya Lea bingung. " Lagian... kamu ini gak pinter. Aku perhatiin kamu gak bisa cari om om " ucap Iko, lagi lagi tanpa rasa bersalah. " Kamu gak pinter ngerayu. gak bisa morotin laki laki " tambah Iko. Hati Lea seakan teriris. Lea memang tak berharap apapun sama laki laki asing yang dikenalnya lewat sosmed. Sejatinya Lea hanya menganggap mereka teman. Karena selama ini, Lea merasa hidupnya sepi dan hampa. " Aku cariin, kamu harus nurut. Ikutin aja apa kata ku " Ucap Iko. " Mas... kamu tega sama aku " kata Lea sambil terisak. Dia tak menyangka, suami pilihannya itu bersifat seperti itu. " Gak papa sayang, kamu tetap istri aku satu satunya. Ini hanya sementara. Tenang aku bisa atur supaya kamu bisa main aman" Kata Iko didelan wajah Lea. Lea takut tangan besar Iko memukul wajahnya. Dia hanya mampu memejamkan mata nya dan berharap Kali ini Iko benar-benar bercanda seperti kebiasaan nya. Melihat ketakutan diwajah Lea, Iko memegang dua sisi pipi kanan kiri Lea, dan menempelkan wajahnya di wajah Lea. " Hahahaha, tenang sayang... kamu tetap istri aku " Iko tertawa terbahak bahak lantas mencium pipi Lea dengan sangat keras. Lea meneteskan Air mata. Sejujurnya, kehidupan apa ini...

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD