Suara cakaran yang menembus sebuah tubuh terdengar sangat nyaring, orang awam yang mendengarnya pasti akan bergidik ngeri. Selanjutnya, tubuh yang terkena kuku tajam itu pun roboh di tanah dengan bersimbah darah.
Jamien menyeringai menatap korbannya yang entah sudah ke berapa, matanya yang semula berwarna kuning keemasan berubah menjadi hitam pekat tatkala mendapati tubuhnya dipenuhi oleh bulu-bulu kehitaman. Fisiknya masih menyerupai manusia, tapi tenaga dan bulu-bulu disekitaran dadanya memperlihatkan bahwa saat ini sang pemilik tubuh telah dikuasai oleh wolf-nya.
Black, sisi serigala dari Jamien. Hewan buas itu memiliki taring sangat tajam, cakaran yang mematikan, serta keganasan yang mengerikan.
Dengan sekali tebas, ia mampu membunuh tiga warior sekaligus dengan kuku tajamnya.
Black melolong keras karena strateginya berhasil, rencananya yang ingin menguasai seluruh pack akan berhasil sebentar lagi.
"Alpha, saya mencium aroma Luna Crismoon berada di ruang medis. Sebaiknya bawa dia sebagai tawanan agar Leo mau menukarkan istri dengan tahtanya." Kaki tangan Jamien datang, pria bernama Tian itu membungkuk hormat sebelum berkata-kata.
Seperti yang sudah diketahui oleh seluruh Klan Black Rogue, sisi serigala Jamien sangat buas dan tak kenal ampun. Keganasan Black bahkan melebihi Jamien sendiri, maka dari itu mereka harus hati-hati jika berurusan dengan Black.
Black menunjukkan taringnya yang tajam. Dengan sigap ia berlari menuju ruang medis, di sana ada beberapa warrior yang tengah bertarung dengan anak buah Jamien.
Sepertinya sebagian warrior dari Crismoon pack telah mengetahui bahwa Luna mereka berada di ruang medis dalam keadaan bahaya, oleh karena itu mereka berusaha untuk melindungi tempat itu meski harus bertarung melawan rogue-rogue tersebut.
Black mendekati warior di sana, ia melemparkan mereka tanpa ampun. Tentu saja kekuatan warrior-warrior rendah tidak akan setara dengan Black.
Black segera mendobrak pintu itu dengan sekali tendangan, pekikan kaget terdengar dari dalam sana. Serigala berbulu hitam itu menggeram dengan nada mengerikan, membuat suasana ruang medis menjadi mencekam.
Benar saja, Luna dari Crismoon berada di dalam ruangan itu, sedang terbaring dengan lemah di atas ranjang pesakitan. Black menyeringai, ia akan menjadikan Irish sebagai tawanan.
Namun, ada sebuah aroma menyegarkan yang merangsek masuk ke dalam indra penciuman hewan buas itu, untuk sejenak Black terdiam mencerna keadaan.
Ia mengedarkan pandangannya meneliti satu persatu orang yang ada di sana, hingga netranya bertemu dengan bola mata abu-abu milik Erlin. Tubuh Jamien beserta Black menegang seketika, mereka bertemu dengan mate-nya.
"Mate." Gumam Jamien yang saat ini berada di dalam pikiran terdalam. Ada nada terkejut dan tidak percaya didalamnya.
"Jamie, kita memiliki mate, ia sangat cantik." Sahut Black dengan girang, seolah melupakan keganasannya beberapa saat lalu.
Insting hewaniahnya selalu mengharapkan kedatangan pasangan jiwa yang telah ditakdirkan untuknya, Black selalu menunggu mate-nya dengan sabar. Meskipun ia merupakan seorang rogue, tapi dengan keyakinan penuh ia percaya bahwa suatu hari pasti dipertemukan dengan mate-nya.
Ya, hari ini, detik ini ia sudah dipertemukan dengan seorang gadis yang sangat menawan. Namun, sayang sekali keadaan tidak begitu menguntungkannya.
Kenapa mate-nya berada di Crismoon?
Kenapa mate-nya berdiri di samping Luna Crismoon?
Apakah mate-nya merupakan salah satu anggota pack Crismoon?
Jika ya, maka Jamien dan Black berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
Dari arah belakang Endru berusaha menyerang Black, namun insting Jamien yang sigap langsung menyerang balik Endru dan memfokuskan titik sensitif pria itu.
Erlin menatap kedua pria itu dengan hati was-was, seolah waktu berputar sangat lambat.
"Shine, apakah mate kita adalah rogue?" Mindlink Erlin pada wolfnya, Shine terdengar melolong sedih di dalam pikiran. Meskipun ia sangat menginginkan pasangan dalam hidupnya, tapi kali ini ia sangat kecewa.
"Dengan berat hati aku berkata, ya." Suara Shine terdengar sarat akan kesedihan.
Mate-nya seorang rogue, rogue yang menyerang Crismoon dan membahayakan semua anggota pack. Erlin melirik ke arah Lunanya, ia menggigit bibir bawahnya dengan getir. Luna Irish sedang mati-matian memperjuangkan calon bayinya, jika saja rogue itu tidak menyerang pack ini, maka kejadian buruk tidak akan menimpa Luna dan calon penerusnya.
Seketika pikiran Erlin langsung down, ia merasa turut andil dalam kerusuhan ini.
Melihat pemimpin mereka dihadang oleh Beta Crismoon, anak buah Jamien yang lain pun mengambil alih untuk mendekati ruang medis. Mereka masih tetap memfokuskan diri untuk menculik Luna, Erlin menggenggam erat tangannya hingga buku jarinya memutih.
Ia marah, sangat marah.
"Nona Erlin, Nona Saskia, tolong hadang mereka, Luna Irish membutuhkan ketenangan, jangan sampai mereka mendekati bangsal ini." Ujar salah satu Dokter yang mulai terlihat panik.
"Baik, Dok!" Jawab Saskia dengan cepat.
"Biar aku saja yang melawan mereka, kau berjaga-jaga di sini dulu, Kia." Erlin segera memotong kegiatan Saskia yang ingin berlari menerjang musuh.
"Ya, berhati-hatilah." Saskian mengangguk mantap pada sahabatnya.
Gerakan Erlin sangat cepat, ia melesat menyerang rogue-rogue itu tanpa ampun. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun, dengan sekali tendangan, musuhnya pun berjatuhan ke tanah.
Erlin merupakan salah satu petarung wanita hebat yang dimiliki Crismoon, meskipun gadis itu bukan werewolf murni, tapi kemampuan Erlin yang sering diasah membuat gadis itu sekuat werewolf murni pada umumnya.
"Aku tidak akan membiarkan kalian merusak tempat tinggalku." Kali ini suara Shine yang terdengar.
Erlin berjongkok sejenak, matanya mengawasi musuh bak elang pada mangsanya. Tanpa diduga-duga, ia meraih dua tangan berbeda dan memelintirnya hingga sang empunya berteriak kesakitan, Erlin tersenyum puas.
Selain itu, ia juga menekan titik syaraf sensitif mereka dengan kuat, hal itu ia lakukan untuk menghentikan laju darah dan oksigen. Seketika itu teriakan mereka terhenti, duganti dengan suasana hening menerpa.
Mereka tewas!
Tak menyia-nyiakan waktu lagi, Erlin segera mencari keberadaan Endru, keadaan pria itu sangat kacau tadi. Endru sudah terluka cukup parah, bahkan Sein serigalanya pun telah lemah akibat racun dan cakaran yang memenuhi aliran darahnya.
Tak jauh dari lokasi terakhirnya, Erlin mendengar lolongan kesakitan milik Sein. Benar saja, di sana Endru terjatuh terduduk memegang dadanya yang mengeluarkan cukup banyak darah, untuk kesekian kalinya pria itu terluka lagi.
Erlin menghampiri lokasi pertarungan mereka, wajahnya sangat cemas melihat Endru yang tersungkur tapi musuhnya tetap berjalan untuk menghabisinya.
Ya, Black berjalan mendekati Endru dengan kuku tajam yang siap merobek tubuh pria itu dengan sekali hunus. Jantung Erlin berdegup dengan kencang, Endru tidak boleh mati.
Waktu seolah sedang mempermainkan gadis itu, sementara Black sudah mengangkat tinggi-tinggi cakarnya dan siap untuk dilesatkan.
Saat itu juga Erlin langsung memeluk tubuh kakak angkatnya dan melindunginya dari serangan Black, kejadian itu berlangsung sangat cepat.
Erlin memejamkan matanya bersiap untuk menerima rasa sakit akibat hunusan cakar tajam milik Black, jika di antara mereka ada yang mati, maka Erlin siap menjadi korbannya. Hal ini ia lakukan untuk melindungi packnya dan memperbaiki rasa bersalahnya karena memiliki mate seorang perusuh, tapi beberapa detik kemudian ia tak merasakan apapun.
Black memiliki ability yang tanggap, ia langsung menghentikan kegiatannya saat melihat Erlin memilih menjadikan dirinya sebagai tameng. Tubuh Black mematung, dari belakang saja ia bisa melihat betapa kuatnya aura Erlin, belum lagi aroma green tea menyegarkan yang mengusik indra penciumannya.
"Lin." Gumam Endru dengan lemah, ia tak menyangka jika Erlin bertaruh nyawa untuk melindunginya.
"Jangan bicara dulu, kau sedang terluka." Erlin berujar.
Endru sadar akan satu hal, kepalanya berusaha menoleh ke arah dimana Black sedang berdiri mematung. Tangannya bergantung di udara, tatapannya fokus pada satu titik, Erlin.
Dalam keadaan hampir mati, Endru kebingungan melihat sikap Black yang termenung dan tak meneruskan serangannya, padahal sudah sejak tadi hewan buas itu menargetkan dirinya untuk dibunuh.
Erlin segera berlari membantu Endru yang sedang terkulai tak berdaya.
"Pergilah ke ruang medis, obati dirimu. Di sana ada paramedis yang sedang mengobati Luna." Ujar Erlin.
"Luna terluka?" Mata Endru melebar terkejut.
Erlin mengangguk lemah. "Ya, ia hampir keguguran."
Endru semakin terkejut mendengar fakta itu. "Jika aku pergi, lalu bagaimana denganmu?"
"Aku akan melawannya, jangan pikirkan soal itu. Segera obati lukamu dan bantu perkuat penjagaan pada Luna di sana, cepat!" Endru menatap ragu, tapi tak ada pilihan lain.
"Baiklah, hati-hati." Ujar Endru, ia bangun dengan tertatih-tatih dibantu oleh gadis itu.
Dengan berat hati Endru meninggalkan Erlin melawan musuh yang ganas itu, tapi sebelum ia pergi, Endru menyempatkan diri untuk menepuk-nepuk puncak kepala Erlin.
Kini Erlin sudah berdiri tepat di depan Black, sementara itu Black menatap punggung Endru dengan tatapan nyalang. Ia tidak suka mate-nya disentuh oleh pria lain, ia marah. Akan ia ingat wajah itu dengan seksama, suatu hari nanti Black akan memberi Endru pelajaran.
Merasa ada tatapan yang sedang menghujamnya, Black sadar akan sesuatu. Lunanya berdiri tepat dihadapannya, sayang sekali yang ia dapatkan adalah tatapan kebencian yang sangat mendalam. Hati Black terluka, ia tidak ingin mate yang baru saja ia temui sudah membencinya diawal pertemuan.
"Mate." Black bergumam sambil menatap Erlin penuh cinta, ia langsung jatuh hati pada Erlin di awal pertemuan mereka.
Mata yang indah, pipi putih mulus, serta tubuh yang mungil dan terasa pas untuk didekapnya. Seolah-olah Erlin memang diciptakan sesuai dengan kapasitasnya, Black ingin merengkuh gadis itu dan membawanya pada kebahagiaan yang mendalam.
"Lawanmu adalah aku." Desis Erlin, ia mengabaikan tatapan cinta yang Black berikan. Mate? Persetan dengan istilah itu, yang pasti ia tidak akan membiarkan Crismoon pack hancur oleh para perusuh.
"Aku tidak ingin melawanmu." Balas Black.
Erlin tersenyum miring. "Pengecut!"
Tanpa aba-aba, Erlin langsung berlari menyerang Black tanpa ampun. Kemarahan dan kekecewaannya ia tumpahkan saat itu juga, Erlin kecewa dengan takdir yang membuatnya harus terikat dengan seorang rogue.
Black menghindar dari serangan Erlin, tidak ada niat sedikitpun untuk menyerang balik.
Ditengah-tengah pertarungan mereka, tiba-tiba saja Jamien mengambil alih kuasa tubuh itu, terlihat bola matanya berwarna keemasan.
"Jamie, aku tidak ingin Mate kita terluka. Bawa dia, jangan menyerangnya." Teriak Black yang semakin menggila, ia takut jika Jamien menyerang Erlin.
Jamien tidak membalas ucapan serigalanya, ia fokus menatap gadis itu dengan lekat-lekat.
Erlin tidak mempedulikan tatapan yang dilayangkan Jamien padanya, ia membenci semua rogue yang sudah menghancurkan pack tempat tinggalnya.
Erlin menambah laju larinya dan bersiap menghujam belati pada Jamien, Erlin benar-benar dibutakan oleh amarah, ia tak peduli dengan jalinan takdir yang mengikat mereka. Jamien dengan sigap langsung menangkap tangan Erlin dan menghentikan pergerakan gadis itu, ia mengunci kedua tangan Erlin agar sulit untuk melepaskan diri.
"Pengecut, kau memang pengecut!" Erlin mengeluarkan sumpah serapahnya. Daripada hanya mengunci pergerakannya saja, kenapa pria itu tidak melawannya sekalian.
Jamien diam tak menjawab lontaran kalimat Erlin, ia semakin mendekatkan tubuh Erlin pada dirinya.
Erlin diam mematung, ia merasakan aroma kayu manis yang sangat harum. Jantungnya berdegup tak beraturan, posisi mereka saat ini yakni Jamien memeluk tubuh Erlin dari belakang, keduanya terlihat sangat intim.
Jamien menghirup aroma rambut Erlin, Black menggila di dalam sana. Mereka berpikir bahwa tidak akan memiliki mate, tapi ternyata Moongoddes berkata lain.
Tak tinggal diam, Erlin mencoba memberontak. Gadis itu menendang kaki Jamien dengan keras, geraman pelan terdengar mengalun.
Tubuh Jamien sepenuhnya dikuasai oleh Black lagi. Erlin berlari menjauh, ia memancing Jamien agar menjauh dari anggota pack lain, ia khawatir jika mereka melihat kejadian antara dirinya dan pria itu.
"Alpha, ada bala bantuan untuk membantu Crismoon. Kita kalah jumlah dan kekuatan, lebih baik kita mundur saat ini."
Tiba-tiba saja sebuah suara masuk dalam pikiran pria itu, Black memutuskan mindlinknya. Biarlah saat ini ia tidak mendapatkan tahta Crismoon pack, yang terpenting sejarang adalah mate-nya, ia berlari mengejar Erlin yang sudah cukup jauh.
"Lunaku, aku akan mendapatkanmu."
Black berlari dengan kekuatan penuh untuk meraih Erlin, kaki-kaki kecil Erlin mulai berdarah akibat semak belukar. Ia tidak boleh berhenti, ia tidak mau tertangkap oleh rogue kepaarat.
Tidak ada yang bisa menolongnya selain dirinya sendiri. Bisa saja ia meminta tolong pada Alpha Leo atau Gama pack, tapi Erlin tak mau mengambil resiko bila mereka mengetahui status hubungan dirinya dengan rogue ini.
Erlin tidak mau dicap sebagai pengkhianat, ia menyayangi pack ini dan sangat ingin melindunginya.
Black memberhentikan larinya, ia membuat ancang-ancang untuk melompat sejauh mungkin. Erlin yang ingin memutar otak pun sudah terlambat, Black kini sudah ada dihadapannya.
Gadis itu memundurkan langkahnya, bulu kuduknya meremang tatkala melihat wujud Black yang sangat mengerikan.
"Luna, lunaku. Jangan pergi lagi, kemarilah, aku tidak akan menyakitimu." Black mendekati Erlin dengan perlahan, ia ingin memeluk tubuh itu.
Erlin bisa menangkap tatapan penuh kasih sayang yang terpancar di mata Black untuknya, tapi sekali lagi Erlin menekankan bahwa ia tak boleh jatuh dengan mudah oleh pria itu.
Saat Black hampir saja meraih tangan Erlin, gadis itu langsung menyentaknya, ia kembali berlari dengan kencang, tak mempedulikan tatapan amarah Black yang menusuk punggungnya.
Black benar-benar marah, ia kecewa karena Erlin menolaknya.
Erlin sudah tidak kuat lagi, ia telah berlari sejauh mungkin, bahkan sudah keluar dari garis teritorial Crismoon, ia berada di zona bebas, yang artinya keselamatannya hanya ia sendiri yang menanggungnya.
Daadanya terasa sesak, deru napasnya tidak beraturan, hingga dengan mudahnya Black menarik tangannya dan memaksanya menghantam tubuh itu. Tak lupa Black menekan titik syaraf Erlin agar gadis itu tidak bisa memberontak lagi.
Akhirnya, Black berhasil membawa tubuh Erlin ke dalam pelukannya, ia menghujami wajah Erlin dengan ciuman hangat.
"Lunaku, milikku." Ada rasa bahagia luar biasa pada suara Black, ia sangat senang karena memiliki mate.
Erlin hanya diam karena tubuhnya sulit untuk digerakkan, ia merasa tubuhnya melayang digendong oleh Black. Pada akhirnya Erlin tidak bisa melawan lagi, kali ini Black menguasai Erlin sepenuhnya.