Inge bingung dengan atmosfer yang di rasakan ya saat ini, masa hanya karena dia memuji bau masakan sahabatnya mereka berdua langsung terdiam dan tidak melanjutkan ucapan mereka.
"Gue salah apa? Kalian kok diem?" Tanya Inge yang masih bingung.
"Nggak kok, sini makan udah Mateng semua juga" ujar Zella memecah kebingungan Inge.
Anak itu karena kelaparan langsung aja makan dan melupakan apa yang di tanyakan sebelumnya. Dia bodoamat lah yang penting perutnya keisi dulu, dari pada capek mikir tapi ntar perutnya kosong. Kan nggak oke kan? Makanan nomor satu yang lain nyusul.
"Lu nggak pulang, Nge?" Tanya Brian seolah mengusir sahabat Zella.
"Ya ampun baru aja selesai makan udah di usir aja, emang situ yang punya apartemen? Zella aja nyuruh aku pindah ke sini" ucapan Inge membuat Brian terkejut, dia langsung menoleh ke arah Zella seoalah meminta pembenaran apakah benar yang diucapkan oleh Inge itu.
Zella hanya mengabaikan tatapan mata Brian, buat apa lagi? Emang itu kebenarannya. Zella sendiri yang menyuruh sahabatnya untuk pindah ke sini.
"Zella, gue butuh bicara sama Lu!" Ucap Brian tegas, laki laki itu langsung berdiri dan mulai menarik tangan Zella untuk masuk kedalam kamarnya.
Inge yang melihat itu teriak, "lhoo lho Lu mau apain sahabat gue woyy !! Eh Bri buka pintunya kagak!!!" Inge menggebrak pintu kamar sahabatnya.
Brian menghiraukan teriakan Inge yang sangat mengganggu pendengaran itu, memang apartemen ini dirancang kedap suara hingga membuat tetangga samping kamar tidak akan tau keributan yang terjadi disini.
"Maksudnya apa Zell? Lu beneran mau ngehindarin Gue?" Tanya Brian.
Zella hanya diam dan mengalihkan pandangannya, dia sudah malas menghadapi Brian yang seperti ini. Sudah berapa kali Zella berbicara tapi masih saja laki laki di depannya tidak paham.
"Zella!!!!"sentak Brian kasar dan mencengkram wajah Zella kehadapan nya.
Air mata wanita itu menetes, sungguh apa dia tak ada harganya di mata Brian? Lagi dan lagi kenapa dia harus merasakan kesakitan yang seperti ini? Dia sudah tidak tahan dengan perlakuan Brian yang selalu seenaknya sendiri. Tapi saat dia memutuskan berhenti Brian selalu seperti ini.
"Udah? Udah puas Bri?" Tanya Zella lirih.
Brian merasa bersalah membuat sahabatnya menangis seperti ini, kenapa selalu dia begini. Dia sudah kecanduan dengan Zella tapi dia tidak bisa meninggalkan orang yang dicintainya.
"Maaf" ucap Brian "Maafin aku Zella, please jangan begini. I need you Zell, jangan menjauh. Kamu tau kan aku cuman punya kamu? Aku nggak tau lagi kalau nanti kamu jauhin aku"
"Pembohong" ucap Zella.
"Please, tolong paham dengan keadaanku!" Pinta Brian.
"Harus bagaimana lagi aku ngehadapin kamu Bri? Aku seperti tidak punya harga dirinya di hadapan kamu! Kamu datang dan pergi sesuka hatimu dan aku harus bersabar lagi? Kamu sadar ga sih Bri? Apa yang kamu lakuin kamu sadar nggak sih?" Tanya Zella dia menangis bahkan memukul d**a Brian sebagai pelampiasan.
"Aku sayang kamu La, please tunggu aku sebentar lagi" Brian memeluk Zella dan menenangkan wanitanya itu.
"Nggak, sebentar lagi aku akan pergi dan kamu bakalan bebas sama Lona. Aku mau semuanya berhenti sampai disini" ucap Zella.
Brian marah, dia tidak terima dengan apa yang di katakan wanita yang ada di pelukannya itu. Dia tidak ingin wanitanya pergi dan meninggalkannya sendiri tapi dia sendiri bingung dengan hidupnya ini.
"Dengerin Aku! Aku sayang kamu! Aku cuman nyuruh kamu nunggu sebentar tapi responnmu seperti itu. Zella! Aku nggak akan lepasin kamu semudah itu" ancam Brian, dia bahkan sudah mendorong Zella hingga berbaring di tengah ranjangnya.
Dia mulai mencium Zella dengan kasar, bahkan ujung bibirnya terluka karena gigitan Brian. Zella menangis dia tidak bisa lagi menghalangi Brian untuk melakukan itu.
Tenaganya tidak sekuat itu dan dia hanya bisa pasrah ketika Brian melakukan hal itu lagi, memaksanya dan melakukan hubungan seksual dengan sangat kasar ini. Brian di lingkupi emosi bahkan laki laki itu tidak mendengar tangisan Zella yang sangat menyayat hati.
"Cukup! Cukup Bri!! Aku nggak mau" teriak Zella kala Brian terus memasuk dan mengeluarkan miliknya di lubang kenikmatan wanitanya itu.
"Oh s**t, you are so... damn i like it" umpat Brian menikmati milik Zella yang masih sangat sempit walau terus di paksa melakukan hubungan seksual seperti ini.
"Bri! Stop please" lirih Zella tenaganya sudah habis untuk menolak apa yang di lakukan oleh Brian. Sungguh dia sudah sangat lelah dan merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya.
Brian mencengkram erat kedua tangannya dan milinya masih berada di lubang kenikmatan miliknya. Dia tidak bisa menolak dan hanya berusaha menggelengkan kepalanya ketika Brian ingin menciumnya.
"Kamu milik aku! Sampai kapanpun akan selamanya begitu!!" Ucap Brian, dia berubah menjadi iblis yang sangat kejam.
Baru pertama kali ini Zella mengalami suatu hal seperti ini, dia merasa di perkosa oleh sahabatnya sendiri dan dia hanya bisa diam tanpa menolak karena terbatas dengan pergerakannya saat ini.
"Bri, aku kecewa sama kamu" lirih Zella setelah Brian mengakhiri percintaan mereka.
Zella mengalihkan pandangannya setelah menyelimuti tubuhnya, sungguh dia sangat hina dan kotor saat ini. Apalagi Inge ada di luar sana, apa yang harus dia jelaskan nanti? Dia hanya bisa menangis. Menangisi nasibnya yang begini, Brian sungguh tidak punya hati dan dia sangat membenci laki-laki itu.
"Maaf" ucap Brian lalu mencium dahi Zella, wanita yang diciumnya hanya menutup matanya dan melanjutkan tangisnya dalam diam.
Lagi-lagi, seolah laki laki itu tidak pernah melakukan suatu kesalahan dan menjelma menjadi malaikat seperti sedia kala. Brian seolah mempunyai dua kepribadian yang membuatnya bingung seperti ini. Bentar bentar baik bentar bentar jahat dan bahkan berani memaksanya melakukan hal seperti ini.
"Sayang,,," panggil Brian tapi Zella hanya mengabaikan itu. Lagi lagi emosi Brian terpancing "aku nggak suka diabaikan !!!" Pekik Brian pada Zella.
"Stop, pergi !!!" Ucap Zella tegas dia hanya ingin sendiri saat ini.
"Zella," Brian mulai mendekati wanitanya, memaksa Zella untuk melihat ke depannya "i want you," ucapan itu seakan membuat seluruh darah Zella berhenti mengalir.
Brian memaksanya lagi, memasukinya dan menyakiti badannya dengan segala perlakuan untuk mencapai kepuasannya itu. Zella sungguh kecewa, ini pertama kali Brian terlihat benar benar b******k di depannya.
"b******k!" Ucapan Zella menyakiti harga diri Brian.
Brian menampar Zella, dia sudah termakan emosi karena segala penolakan wanita yang berada di bawah kungkungannya itu. Dia pemilik Zella seluruh milik Zella adalah miliknya dan harga dirinya terluka ketika Brian mengatakan hal itu.
Brian semakin mempercepat miliknya agar sampai di tingkat puncak kepuasannya, seluruh cairannya masuk di rahim Zella. Semuanya, laki laki itu selalu keluar di dalam tanpa mau mengeluarkan miliknya.
"Aku akan membuatmu hamil Zella! Dengan begitu kamu tidak akan bisa pergi jauh dariku" ancaman Brian membuat Zella terkejut.
Sebegitu kejamkah Brian kepadanya? Sungguh dia tidak pernah menyangka sahabatnya yang baik berubah menjadi monster menyeramkan seperti ini. Brian sudah berubah dan berbeda dari Brian manis yang dikenalnya dahulu.
***
Brian mengusir Inge dari apartemen milik Zella, Inge marah dan bertanya keadaan Zella setelah pertengkaran itu. Brian tidak menjawab dan terus mendesak Inge agar keluar dari apartemen ini.
"Brian b*****t!! Zell keluar Zell kita pergi dari sini" teriak Inge diluar pintu.
Karena di rasa percuma akhirnya dia memutuskan untuk balik ke kosannya, dia harus menyusun strategi baru untuk menyelamatkan sahabatnya.
Dia berdoa semoga Tuhan menyelamatkan Zella dari segala macam kejahatan dan segala marabahaya saat ini. Jujur saja disini dia hanya punya Zella, mereka berdua bertahan hidup disini bersama dia tidak mungkin meninggalkan Sahabatnya yang sedang dalam kesusahan seperti ini.
Di dalam apartemen
"Bangun sayang, waktunya makan siang" ucap Brian dengan lembut.
Zella bahkan tidak sanggup membuka matanya, bibirnya bengkak dan sudut bibirnya terluka karena Brian. Bahkan seluruh badannya sangat remuk karena perlakuan Brian padanya.
Badannya demam dan dia sangat menggigil karena ini, Brian sungguh sangat memperlakukannya dengan kasar bahkan seumur hidup dia tidak pernah mengalami perlakuan yang seperti ini 'Ma, tolong Zella' lirih Zella dalam hati.
***
Berbeda dengan keadaan di rumah keluarga Abelano, semenjak pagi Vanya merasa tidak tenang di dalam hatinya. Dia merasakan sesuatu terjadi pada anaknya itu.
"Kenapa Mah?" Tanya Aland pada istrinya.
"Aku kepikiran dengan Zella, tolong telpon pah sedari pagi aku nggak tenang" ucap Vanya dengan raut wajah yang khawatir.
Aland melakukan hal yang diperintahkan oleh istrinya, ponsel Zella aktif tapi tidak ada jawaban. Membuat kedua orang tua itu ikut khawatir dengan keadaan anaknya.
Aland tidak menyerah, dia terus menelpon Zella hingga akhirnya telpon itu tersambung.
"Hallo" ucap Aland
"Hallo om"jawab laki laki yang tidak lain adalah Brian.
"Oh Brian , Zella mana?" Tanya Aland.
"Zella sedang istirahat om, dia sedang demam" jawab Brian, sungguh pintar sekali akting cocok jadi aktor kamu. Bahkan kamu sendiri yang membuat Zella seperti ini dan sekarang seolah olah sebagai penolong Zella yang sedang sakit.
"Ya ampun, om akan ke Bandung sekarang!!" Ucap Aland, dia semakin khawatir dengan keadaan anak keduanya itu. Anaknya sangat jarang sakit dan sekali sakit pasti sangat parah dia tidak mau Zella merasa sendiri.
"Nggak usah om! Ada Brian di sini, Brian akan jaga Zella dengan baik" ucap Brian.
"Tapi Bri, Tante ingin menengok Zella" ucap Vanya yang ikut bergabung.
"Setelah Zella sembuh,Brian bakalan ajak Zella pulang Tante. Lagi pula disini sudah selesai kegiatan dan tinggal menunggu wisuda" alibi Brian, sukses membuat mereka percaya.
"Tolong jaga Zella, ya? Dalam dua hari kalau nggak ada perubahan langsung kabarin Tante" ucap Vanya dan langsung diiyakan oleh Brian.
Akhirnya Brian bisa bernafas lega setelah kedua orang tua Zella menutup telponnya. Sungguh dia menyesal terlalu keras memperlakukan Zella seperti ini. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya setelah mendengar penolakan dari Zella.
"Maaf sayang"ucap Brian mencium dahi Zella.
Bersambung.
Tetap semangat Zella :(