Semangat baru

1132 Words
Lev terus memperhatikan wajah Tiara sampai wanita itu meletakkan ponselnya lalu menatap Lev dengan pandangan mata yang berbeda. “Ada apa? Mau bicara omong kosong lagi?” tanya Lev langsung. Tiara menggelengkan kepala, “Bukan, tetapi yang sangat penting bagi hidupku.” “Aku tidak mengerti dan waktu kita masih cukup untumu bicara,” kata Lev tegas. “Anakku ingin bertemu denganku,” jawab Tiara pelan. “Anak? Kau punya anak?” tanya Lev tidak percaya. “Benar. Anakku sudah cukup dewasa dan…aku sangat bersalah karena telah meninggalkan Mary bersama ayahnya,” jawab Tiara. “Jadi, nama anakmu Mary, apakah dia ingin tinggal bersama denganmu?” tanya Lev tajam. “Sepertinya begitu. Tetapi dia membatalkannya begitu tahu aku sekarang tinggal di Moskwa,” jawab Tiara. “Apakah kota ini begitu buruk baginya hingga dia menolak tinggal di kota yang sama denganmu?” tanya Lev sinis. “Bukan. Marry sepertinya punya cerita sedih menyangkut negara ini dan aku tidak bisa memaksanya bicara,” jawab Tiara. Dalam hati Tiara bertanya-tanya mengapa Mary tidak mau tinggal bersamanya. Cerita sedih apa hingga dia tidak mau menginjakkan kaki di kota tempat Tiara bekerja dan kapan Marry pernah ke negara ini? Pertanyaan tersebut terus berulang. Rosemary adalah nama putrinya tetapi Tiara lebih suka memanggilnya Marry dan selamanya menjadi Marry. “Jadi, dia pikir kau tinggal dimana hingga dia berharap bisa tinggal bersama denganmu?” “Dia mengira aku masih bekerja dengan Jan Pieter di Prancis,” jawab Tiara. “Dia anakmu atau bukan? Bagaimana bisa seorang anak tidak tahu dimana ibunya tinggal dan bekerja,” kata Lev sinis. “Semua kesalahanku. Aku yang tidak pernah memberi kabar padanya. Aku akan mencari rumah yang bisa aku sewa di Prancis kalau Marry memang menginginkannya,” kata Tiara pelan. Kembali Lev memandang Tiara tajam. Dia tidak percaya bagaimana bisa Tiara tidak berhubungan dengan anaknya sementara dirinya harus selalu melaporkan apa yang terjadi padanya setiap kali bepergian pada ibunya? Apakah hubungan seperti itu normal? “Kau melakukannya karena rasa bersalah?” “Benar. Aku berharap bisa memenuhi keinginannya saat ini,” jawab Tiara. “Apakah putrimu…maksudku, berapa usia putrimu sekarang?” “Mendekati 19 tahun. Aku melahirkan Marry ketika usiaku sudah 30 tahun.” “Sembilan belas tahun, artinya kemungkinan Marry datang ke Prancis untuk menuntut ilmu, benar, tidak?” “Mungkin saja. Aku belum bicara banyak dengannya. Ternyata yang tadi meneleponku adalah Marry dan aku sangat menyesal karena tidak mengetahuinya,” jawab Tiara. “Sekarang kau sudah mengetahuinya. Aku punya apartement di kota Paris dan aku rasa Marry bisa menempatinya,” beritahu Lev. “Kau serius? Tidak. Aku rasa aku bisa menyewanya padamu walaupun aku yakin kau tidak membutuhkan uang dariku. Tapi ini untuk putriku dan aku tidak mau kau menganggapku sebagai wanita….” “Cukup Tiara. Sekarang kau sudah mendengar keputusanku dan kau bisa mengatakan pada Marry dia bisa datang dan tinggal di sana. Kau tidak perlu khawatir karena aku tidak akan tinggal di sana,” tukas Lev mencegah Tiara semakin banyak bicara. “Terima kasih Lev dan aku tidak akan pernah melupakan bantuanmu,” kata Tiara gembira. Melihat wanita yang begitu gembira karena bisa menyenangkan anak yang sudah lama tidak dia temui membuat Lev tersenyum. “Apa kau sudah selesai? Kalau ya, kita bisa kembali ke kantor,” kata Lev setelah Tiara mengucapkan terima kasihnya. “Ayo. Sekali lagi terima kasih karena sudah memberikan tempat tinggal untuk Marry,” ucap Tiara sekali lagi. Tiara memang sudah mendapatkan yang dia inginkan untuk kepentingan Rosemary dan dia juga sudah mengirim pesan bahwa Rosemary bisa tinggal di aparterment milik putra bos-nya. “Aku tidak percaya bagaimana Tiara bisa mendapatkan apartement bos-nya? Apakah dia hanya bekerja saja dan bukan sebagai wanita simpaenan?” kata Rosemary dalam hati. Bagaimana Roseamary tidak terkejut, setahu dia Tiara adalah pekerja biasa tetapi bagaimana dia bisa mendapatkan kepercayaan bos-nya? “Aku tidak boleh curiga dengan pekerjaan yang dilakukan Tiara. Saat ini yang terbaikadalah pergi dari Indonesia untuk memulai kehidupan baru. Semoga di sana aku bisa mendapatkan ketenangan,” ucap Rosemary dalam hati. Tekadnya sudah kuat dan besok dia akan mengurus semua dokumen yang dibutuhkan untuk pergi ke negara yang terkenal denga menara eiffel-nya. Malam ini Rosemary akan bicara dengan Sion setelah dia pulang dari rehabilitasi melihat keadaan Husna. Rosemary yakin ayahnya menerima keputusannya karena keadaannya yang membuat keluarga dan juga dirinya sendiri tidak mendapat ketenangan. Setelah makan malam bersama, Rosemary menyampaikan keinginannya dan hasil dari pembicaraan melalui berkirim pesan dengan Tiara, Sion tidak bisa mencegah kepergian Rosemary. Keinginan Sion adalah agar putrinya bahagian dan tidak selalu menerima ucapan dengan nada menghina dari orang yang tidak menyukainya. “Apakah Tiara masih tinggal di Prancis?” tanya Sion setelah Rosemary selesai bicara. “Tidak. Tiara sekarang tinggal di Moskhwa, tetapi dia sudah mencarikan tempat tinggal untukku di Prancis,” beritahu Rosemary. “Jadi kau akan tinggal sendiri di sana? Kenapa tidak tinggal dengan Tiara saja?” tanya Sion heran. “Tiara tinggal di Moskhwa dan aku tidak bisa tinggal di negara tersebut,” jawab Rosemary. “Kenapa? Bukankah lebih baik tinggal bersama dengan Tiara apalagi keadaanmu yang sekarang ini.” “Karena dia juga tinggal di sana dan aku tidak mau berada satu negara dan satu kota dengannya.” “Kau pikir kalian bisa bertemu? Kota tersebut sangat besar jadi kemungkinan bertemu sangat kecil, Rose,” kata Sion mengingatkan. “Jangankan kota, kita tinggal di negara yang sama saja selalu ada kemungkinan bertemu dengan orang yang kita kenal dan aku tidak akan mengambil resiko sebesar itu,” jawab Roseamry. Tidak mudah membujuk Rosemary apabila sudah mempunyai keinginan tetapi bagaimana Sion bisa tenang dengan membiarkan Rosemary tinggal sendirian? “Lalu, kapan kau akan pergi?” tanya Sion mengalah. “Secepatnya. Aku tidak mau keadaanku yang hamil membuat aku tidak bsia pergi sesuai dengan keinginanku,” jawab Rosemary cepat. “Baiklah kalau keputusanmu seperti itu. Semoga kau bisa lebih tenang menghadapinya. Lalu, apakah aku akan melanjutkan kuliahmu? Ayah ingat kau punya impian menjadi seorang pekerja seni. Apakah kau akan memiliki ilmunya?” “Aku akan bekerja lebih dulu agar aku punya uang sebagai biaya kuliahku. Aku tidak akan meminta Tiara membantu keuanganku. Bagiku cukup dengan mendapatkan tempat tinggal darinya aku sudah sangat bersyukur,” jawab Rosemary setelah diam beberapa saat. “Ayah percaya padamu. Apa perlu ayah temani membuat paspor dan visa-nya?” tanya Sion. “Tidak perlu. Bukankah besok ayah harus bekerja? Aku bisa melakukannya sendiri,” jawab Rosemary yakin. “Ayah percaya, sekarang tidurlah,” kata Sion setelah tidak ada lagi yang harus mereka bicarakan. “Ayah juga. Besok aku harus bangun pagi-pagi agar tidak macet,” beritahu Rosemary saat dia bangun dari duduknya lalu berjalan menuju kamarnya. Satu masalah sudah selesai. Begitu tiba di sana dia akan mencari kerja paruh waktu setelah itu baru mencari kampus atau university agar dia bisa mendapatkan ilmu yang lebih baik dari yang sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD