Kalah dalam arti sebenarnya

1155 Words
Dalam waktu seminggu lebih sehari, nama Rosemary langsung menjadi terkenal. Berita tentang dirinya menguasi infotaiment. Tidak ada yang melewatkan setiap kejadian yang menimpa Rosemary seolah dirinya yang mendapat tindak kekerasan secara saeksual dilakukan demi menaikkan popularitasnya. Rosemary yang dulu selalu bersemangat melakukan apa-pun sama sekali sudah tidak mempunyai gairah. Dia seolah pasrah ketika nama Husna mulai disangkut pautkan dengan kejadian yang menimpa dirinya. Pada awal berita, Rosemary di pojokkan oleh media yang sudah mendapatkan informasi secara sepihak dari Anggoro, tetapi setelah Rosemary memberikan keterangan dan kasusnya sudah mulai di sidangkan, Rosemary secara mendadak menjadi korban. Namun, media kembali memberikan penilaian negative ketika nama Husna sebagai pemakai disangkut pautkan dengannya. Rosemary tidak mengira bila Anggoro sangat licik. Dia melakukan apa pun yang dia inginkan walaupun harus mengorek di tempat sampah. “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Astri. Astri tidak tega melihat Rosemary yang semakin pucat. Dia curiga kalau benih yang ditinggalkan Lev di rahim Rosemary sudah mulai berkembang. “Aku tidak tahu. Kaka tahu kalau Lev dengan kekuasaannya berhasil membuat kesepatan dengan ayah. Aku tidak menduga bagaimana dia bisa melakukannya. Aku benar-benar hancur, Kak,” keluh Rosemary putus asa. Tangis Rosemary sudah tidak ada artinya lagi begitu dia tahu ayah dan ibunya sudah membuat kesepakatan dengan pengacara yang dikirim Lev. Sion berharap dengan menerima tawaran damai dari Lev, hidup Rosemary akan kembali normal. Menghukum Lev hanya untuk kepuasan Rosemary tetapi putrinya tidak akan mendapatkan ganti rugi sementara namanya semakin terpuruk karena berita negative dan penghakiman. Sama seperti yang dirasakan oleh Rosemary. Astri juga tidak menduga Sion dengan mudah menerima tawaran damai begitu hakim meminta mereka berunding karena Lev bersedia bertanggung jawab atas semua kerugian yang diderita oleh Rosemary. “Walaupun aku kecewa, setidaknya kau sudah berhasil membuktikan dirimu tidak bersalah, tidak seperti yang dikatakan oleh Anggoro. Kau hanya korban dari sifat serakah Anggoro,” ujar Astri. “Benar. Walaupun aku tahu diriku kalah dari Lev, tetapi aku sangat puas karena Anggoro tidak bisa berkutik karena kesalahan yang sudah dia lakukan padaku,” jawab Rosemary puas. “Benar.” “Apakah kau ingin meneruskan kariermu sebagai bintang film?” tanya Astri setelah mereka diam. “Sepertinya tidak. Aku tidak tahu seberapa besar pengaruh Anggoro, tetapi semua rumah produksi film sepertinya tidak menginginkan diriku. Di film yang disponsori oleh Lev, peran-ku juga sudah diganti,” kata Rosemary. “Jadi, apa kau mau bekerja denganku? Kau bisa bekerja di kantorku,” kata Astri. “Terima kasih atas tawaran Kakak. Saat ini aku ingin menyepi sampai semua berita tentang diriku dilupakan. Aku khawatir bila bekerja bersama dengan kakak, semua orang terus mengingat kejadian yang menimpa diriku,” jawab Rosemary. Astri menganggukkan kepala. Dia mengenal Rosemary karena dia melihat keadaan Rosemary di hotel dan langsung berniat membantunya dengan tulus. “Jangan ragu untuk menghubungiku. Aku akan selalu mendukung dan membantumu,” kata Astri setelah tidak ada lagi yang harus mereka bicarakan. “Terima kasih, Kak,” jawab Rosemary. Mereka berpelukan erat bukan seperti pengacara dengan kliennya tetapi seperti seorang kakak dengan adik perempuannya. Dari kejauhan, sepasang mata berwarna abu-abu memperhatikan Rosemary tanpa berkedip. Mata yang dimiliki oleh Lev Grigory. Lev menunggu Astri pergi untuk bertemu dengan Rosemary. Dia marah karena Rosemary tidak seperti wanita yang semula dia pikirkan. Sebelumnya Lev berpikir bisa berbuat sesukanya karena Anggoro sudah mengirimkan gadis itu untuk menghiburnya. Siapa yang menduga bila gadis itu masih paerawan bahkan melaporkan dirinya ke polisi. Kini dia sudah bebas meninggalkan Indonesia setelah pengadilan menyetujui permohonannya untuk melakukan perdamaian dengan Rosemary. Uang tidak pernah menjadi kendala bagi Lev karena dia bukan lelaki miskin dan kikir, tetapi yang menjadi masalah utama adalah Lev tidak bisa melupakan Rosemary. Setelah memastikan Rosemary sendirian di rumah, Lev menyuruh sopirnya untuk memasuki halaman rumah yang tidak terlalu luas. Tanpa ada keraguan, Lev turun dari mobil dan langsung menuju pintu rumah lalu mengetuknya dengan keras karena tidak ada bell di dekat pintu. Tidak perlu waktu lama karena Rosemary baru saja beranjak masuk sehingga pintu langsung terbuka dan memperlihatkan mata Rosemary yang terbelalak. “Untuk…untuk apa Anda datang,” ucap Rosemary gagap. “Untuk memastikan kalau kau masih tetap sama,” jawab Lev dingin. Apakah ada yang salah? Mengapa Lev bisa datang ke rumahnya? Apa tujuan dia sebenarnya. “Wajahmu sangat jelek. Cepat bersolek karena aku tidak sudi melihat wanita berwajah pucat sepertimu!” Mulut Rosemary terbuka tanpa dia sadari. Kenapa Lev bisa berkata seperti itu? Dia yakin mereka tidak ada lagi urusan tetapi mengapa Lev bicara seolah mereka adalah teman dekat? “Tidak. Aku tidak peduli dengan penilaian Anda. Sekarang Anda keluar karena aku tidak sudi melihat Anda lagi,” perintah Rosemary dengan suara bergetar. “Tidak sudi, benarkah? Aku ragu dengan ucapanmu. Atau kau menginginkan uang ganti rugi lebih banyak lagi?” cela Lev. “Aku tidak peduli dengan uang yang sudah kau berikan pada ayahku. Sekarang keluar dari rumahku sebelum kau mendapatkan masalah hukum lagi. Aku yakin kau tidak akan terima tersangkut masalah hukum yang sama lagi, kan?” ejek Rosemary masih dengan suara yang tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. Dia sendirian di rumahnya dan Lev adalah lelaki kekar. Sebelumnya dia sudah merasakan kekuatan Lev dan Rosemary tidak yakin dirinya bisa melawan Lev dengan tenaga yang dimilikinya. “Aku sudah membayar cukup besar dan besok aku harus kembali meninggalkan Indonesia setelah pelarangan di cabut. Sekarang aku meminta hak-ku agar kau bisa memberikan kepuasan padaku,” ucap Lev dingin. “Kau gila. Aku bukan wanita-mu dan kau tidak bisa memaksaku,” teriak Rosemary. “Benarkah? Lihat surat yang ditanda tangani oleh ayahmu. Di sini ayahmu sudah menikahkan dirimu denganku walaupun secara agama sebagai bentuk tanggung jawabku. Dan sebagai istriku, kau harus melayani kebutuhanku. Bagaimana pun besok kita tidak akan bertemu lagi dan semua omong kosong ini akan selesai,” kata Lev mulai mendekat. “Tidak. Aku tidak pernah menjadi istrimu dan kau tidak berhak memaksaku. Atau kau ingin aku laporkan ke polisi lagi,” sahut Rosemary bergerak mundur. “Sebutan apa yang ingin kau sematkan pada dirimu? Sebagai wanita tidak tahu diri yang menolak melayani suaminya atau seorang wanita yang kehilangan akal sehat karena menolak diriku,” kata Lev sebelum dia berhasil meraih pinggang Rosemary. “Tidak Lev. Lepaskan aku, kau ingin aku berteriak agar semua tetangga datang,” ancam Rosemary. “Lakukan, maka kau akan mendapatkan julukan yang akan diberikan oleh semua orang!” Sekali lagi, Rosemary menjadi wanita yang tidak berdaya di bawah pengaruh Lev Grigory. Pada kejadian yang pertama, Rosemary melakukan perlawanan hingga melakukan proses hukum, tetapi kejadian kali ini, Rosemary terpaku pada status yang sudah dibuat oleh ayahnya ketika menerima tawaran damai dari Lev Lev seperti lelaki yang tidak pernah menemukan perempuan sehingga dia bergerak dengan cepat di atas tubuh Rosemary, seolah dia mengejar waktu sebelum Rosemary melakukan perlawanan yang tidak dia inginkan. Rosemary tidak memiliki tubuhnya lagi. Lev dengan beringas memuaskan semua kebutuhannya. Dalam hatinya Rosemary mulai berpikir kepergian orang tuanya adalah untuk memberikan kesempatan pada Lev untuk bertemu dengannya walaupun mereka mungkin tidak berpikir Lev akan menuntaskan gairehnya terhadap Rosemary.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD