Tidak ada yang bicara setelah keadaan rumah kembali sepi. Sion, Aini maupun Rosemary hanya duduk sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Namun, semuanya berubah ketika pandangan Aini berlabuh pada Rosemary yang duduk menunduk. Mata yang sebelumnya hanya berisi kesedihan kini dipenuhi dengan kemarahan.
“Kau…kenapa kau begitu tega membuat Husna terjebak? Seharusnya kau mengatakan padaku sehingga Husna tidak perlu dipermalukan seperti ini!”
Kemarahan dan kebencian Aini sangat besar pada Rosemary. Suaranya sampai bergetar karena marah.
“Rose sudah mengatakan pada mama berulang kali tentang kecurigaan Rose, tapi mama selalu mengatakan kalau Kak Husna tidak mungkin melakukannya. Bukankah mama juga tahu betapa marahnya Kak Husna begitu mama bertanya padanya?” jawab Rosemary.
Gelengan kepala Aini seolah menolak jawaban yang diberikan oleh Aini. Selama ini dia memang selalu menganggap anaknya adalah wanita yang baik. Apa pun yang dilakukan Husna di luar bisa dipertanggung jawabkan.
“Papa juga tidak percaya ketika mendengar pertengkaran mama dengan Husna sampai malam ini,” jawab Sion.
Kasih sayang Aini terhadap putrinya sudah membuatnya buta hingga dia tidak bersedia mendengar penjelasan yang diberikan oleh Rosemary maupun Sion, suaminya.
“Menurut papa sebaiknya kita kembali istirahat. Besok kita akan temui Husna dan semoga semuanya menjadi lebih baik. Apa pun hasilnya kita pasti akan berada di pihaknya,” kata Sion mulai bangun dari duduknya.
“Maksud Papa?” tanya Aini masih dengan wajahnya yang jengkel.
“Bukankah polisi baru mengijinkan kira bertemu dengan Husna besok berbarengan dengan pemberian hasil pemeriksaan polisi pada Husna?” kata Sion mengingatkan.
“Benar dan mama yakin kalau Husna tidak akan seburuk itu,” jawab Aini yakin.
Sebagai seorang ibu keyakinan Aini sangat besar tetapi hasil berkata lain. Tubuh Aini nyaruk ambruk begitu mendengar penjelasan dari polisi bahwa Husna sudah lama terlibat dalam pekerjaan yang dilarang.
Bukan itu saja yang membuat Aini terkejut melainkan kenyataan kalau Husna sedang mengandung dan dia tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab.
Kebebasan yang diberikan Aini ternyata sudah dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab dan Aini hanya bisa menunduk dan menyesali tidak bisa menjaga putrid satu-satunya dari seorang suami yang juga pernah meninggalkan dirinya.
Tanpa berkata-kata lagi Aini bangun dari duduknya menyusul Sion. Dia hanya memandang sekilas Rosemary yang masih duduk. Tidak yakin kalau Rosemary cukup baik sementara pekerjaan yang dilakukan dipenuhi dengan kehidupan yang serba glamour.
“Tidurlah!”
Perintah Aini terdengar pelan pada Rosemary sebelum dia kembali masuk ke dalam kamar. Seperti yang sudah dikatakan oleh Sion, apa pun yang terjadi mereka hanya bisa melindungi Husna.
***
Matahari pagi menyentuh kulit wajah Rosemary melalui kisi-kisi jendela yang masih tertutup gorden.
Rosemary dengan gerakan pelan mulai menggeliat sementara matanya masih tertutup dan tidak ada keinginan untuk bangun untuk memulai aktifitas.
Suara Aini memanggilnya dari luar pintu menyebabkan Rosemary terpaksa turun dari ranjangnya.
“Ya, Mam,” jawabnya sambil mengucek mata.
“Hari ini kamu ada kegiatan di luar tidak? Mama dan Papa mau ke kantor polisi untuk melihat Husna,” kata Aini yang sudah berpakaian rapi.
“Kalau dari jadwal syuting, hari ini tidak ada, Mam. Tapi belum tahu juga, sih,” jawab Rosemary pelan.
“Kalau mau pergi, letakkan kunci di tempatnya yang biasa saja. Semoga kami tidak terlalu lama berada di sana,” kata Aini berpesan pada Rosemary.
“Iya, Bu.”
Rosemary melihat Aini pergi bersama papa-nya, sama seperti harapan mereka, Rosemary juga berharap agar Husna bisa bebas meskipun dia harus menjalani rahabilitasi.
Untuk bermalas-malasan, Rosemary sudah tidak mempunyai keinginan lagi sampai dia mendengar suara ponselnya bordering.
Dengan langkah kaki yang cepat, Rosemary masuk ke dalam kamarnya kembali dan melihat nama Anggoro di layar ponselnya.
“Untuk apa dia meneleponku,” pikir Rosemary sebelum dia memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.
“Halo selamat pagi,” sapa Rosemary pada Anggoro.
“Aku tahu dari Danur hari ini kau tidak ada jadwal syuting, jadi aku ingin kau membantuku.”
Tidak ada balasan dari sapaan yang diucapkan oleh Rosemary selain kalimat bernada perintah membuat Rosemary mengerutkan alisnya.
“Aku tidak tahu apa yang bisa aku bantu, Pak,” kata Rosemary.
“Mudah. Kau datang ke sini saja,” jawab Anggoro dengan suara terdengar puas.
“Datang ke sini? Saya tidak mengerti maksud Bapak,” kata Rosemary semakin bingung.
“Hari ini adalah hari penentuan Tuan Grigory akan memberikan keputusan terhadap film kita. Kau tidak mau karena ulahmu semalam yang membuatnya tersinggung akan menghancurkan semua yang sudah aku bangun selama ini.”
“Seandainya Tuan Grigory tidak bisa memaafkan ucapanmu yang sangat tidak sopan semalam akan aku pastikan kau akan mengganti semua biaya yang sudah aku keluarkan untuk film tersebut.”
“Aku tidak mengerti. Maaf, bukankah semua itu tidak ada hubungannya denganku?
tanya Rosemary dengan kecurigaan tingkat tinggi.
“Kau mau membantah yang sudah diketahui semua yang hadir di pesta semalam? Sekarang temui dia dan minta maaf padanya di hotel tempat dia menginap. Aku akan memberikan alamatnya padamu. Ingatlah, kau harus bertanggung jawab kalau kau tidak bisa membuatnya senang dan puas.”
“Aku rasa bapak salah dengan membebankan semua kesalahan tersebut padaku dan….”
“Aku punya rekaman cctv ketika Tuan Grigory meninggalkan dirimu dengan wajah dipenuhi kemarahan. Cukup bagiku untuk mengalami kerugian yang sangat besar bila sampai Tuan Grigory marah.”
Kepala Rosemary seperti mau pecah. Tidak mungkin Anggoro menjadi manusia lucknut yang akan membuatnya menderita, tapi mengapa tidak? Anggoro bisa saja menjadi manusia paling lucknutt yang paling biadap karena keserakahan yang menguasainya.
Diam dan mencoba berpikir bahwa dia hanya datang meminta maaf pada Lev bukan dengan tujuan yang lain akhirnya Rosemary pergi menemui Lev di hotel tempatnya menginap sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Anggoro.
“Kau akan menjadi bintang utama film yang akan datang kalau berhasil membujuk Lev menjadi sponsor utama film yang sekarang.”
Pesan yang lebih mirip perintah didengar Rosemary dari mulut Anggoro sebelum dia memutuskan sambuangan telepon.
Kenapa Rosemary sampai melupakan kata-kata tersebut. Apa mungkin karena dia sudah tergoda dengan tawaran Anggoro untuk menjadikan dirinya sebagai bintang utama dan kini penyesalan karena dia tergoda oleh ucapan seperti itu berada di depan matanya.
Rosemary terlalu naïf hingga dia tidak menyadari siapa Lev Grigory yang sebenarnya. Kecurigaan Rosemary semakin besar pada saat Lev memintanya agar membicarakan bisnis yang berhubungan dengan pendanaan di dalam kamarnya.
Berpikir pendanaan adalah topic yang akan membuat orang lain berpikir buruk akhirnya Rosemary bersedia masuk ke dalam kamar Lev.
Rosemary tidak tahu keinginan Lev sampai dia sudah berada di dalam kamarnya dan semua berkas kerja sama yang akan diberikan pada Rosemary hanya menjadi lembaran kertas berserakan di lantai saat Lev berhasil membuat Rosemary berada di bawah tubuhnya.
Perlawanan diberikan oleh Rosemary agar dia terbebas dari Lev, tetapi kekuatan Lev tidak sebanding dirinya hingga semuanya menjadi hancur di bawah kekuasaan Lev Grigory yang terkenal sebagai Brandal Pesta di negaranya.
“Kenapa harus melawan kalau pada akhirnya kau hanya bisa menerima diriku,” ejek Lev ketika dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan dari tubuh Rosemary.
Kesucian seorang gadis tidak berarti apa-apa baginya karena yakin kalau Rosemary akan melakukan operasi untuk memulihkan keadaannya. Mudah dengan uang yang akan dia berikan padanya.
Plaak….
Tamparan yang sangat tidak terduga diterima Lev di wajahnya. Matanya melotot marah sebelum kemarahan membutakannya.
Tangannya mencengkeam leher Rosemary hingga gadis itu hampir kehabisan nafas tetapi tidak membuat Rosemary gentar.
“Kau ingin membenuehku? Lakukan, setidaknya kau tidak menjadi bancie yang hanya bisa memaksa seorang wanita lemah. Cepat lakukan! Aku yakin kau sangat mudah membunuehku atau kau sudah sering melakukannya?” kecam Rosemary sementara daedanya mulai sesak.
“Kau akan membayar tamparan yang kau berikan padaku. Aku tidak akan membunuehmu tapi yakinlah kalau kau akan lebih memilih matie daripada hidup.”
Suara yang keluar dari mulut Lev sangat menakutkan ketika dia melepaskan leher Rosemary dan mengusir Rosemary keluar dari kamarnya sementara dirinya belum berpakian yang layak. Hanya selembar selimut yang dilemparkan oleh Grigory untuk menutupi tubuhnya.
Pekikan dan cercaan diterima oleh Rosemary dari tamu hotel yang keluar begitu mendengar suara Rosemary yang berteriak memanggil Lev dan semuanya menjadi mimpi buruk yang tidak akan mungkin bisa dilupakan oleh Rosemary seumur hidupnya.