chapter 2

745 Words
Brak..,Rena yang kesal melempar kue dan sayur basi itu ke teras rumah milik Nurul, rumah Nurul dan rumah Rena hanya berjarak beberapa meter. Nurul adalah anak kepala desa dan satu satunya lulusan sarjana di kampungnya selain Danu sepupunya, sayang pendidikan yang tinggi itu tak merubah aklak Nurul yang zonk. Bahkan sama orang tuapun dia gak ada aklak. Pernah Rena bertengkar dengan Nurul gara gara Nurul membentak ibunya dan bahkan orang tua Nurul pun menyalahkan Renata dan bukan meluruskan aklak anaknya yang tak terpuji. "Hai Rena, berani ya kamu mengotori terasku." kata bu lurah ibu nurul. "Dasar orang miskin gak ada aklak, apa kamu gak mikir harga keramik di terasku ini berapa, berani beraninya mengotori teras rumahku." "Maaf saya hanya mengembalikan makanan yang Nurul kasih ke ibu saya." Jawab Renata tenang. Menghadapi orang orang yang sok kuasa dan sombong seperti ini tak perlu dengan emosi, hanya akan menguras energi saja. "Orang miskin gak ada aklak, gak ada sopan santun, di kasih bukanya terima kasih malah ngelonjak." kata bu lurah.Matanya membulat menatap tajam ke arah Renata, apa gadis miskin ini lupa kalau dia adalah lurah yang harus di hormati di desa ini. "Apa anak anda juga ada aklak, ada sopan santun?" kata Rena balik bertanya. "Eh ngelonjak ya kamu, dasar orang miskin gak berpendidikan, harusnya kamu berterima kasih aku masih mau ngasih ibumu makan."kata Nurul yang baru datang. "Untuk apa berpendidikan kalau aklak zonk." Jawab Renata yang menjawab setenang mungkin ucapan Nurul, kelak jika tahu kalau pendidikan Renata lebih tinggi, harap harap dia gak kencing di celana. "Kurang ajar dasar anak haram gak berguna." Bentak bu lurah ibu Nurul. "Lebih baik saya yang anak haram ini tapi lebih bisa menghormati orang tua dari pada anak anda yang katanya anak yang sah tapi gak ada aklak dan sopan santun sama sekali sehingga makanan yang layaknya sudah di buang ke tempat s****h pun di berikan pada orang lain." jawab Renata tenang dan datar seperti biasa. "Dasar orang miskin gak tau terima kasih kamu ya, udah di kasih bukannya terima kasih, masih mending kami kasih biarpun basi dari pada kalian gak makan saat lebaran." jawab Nurul. Sungguh hati Renata sudah terbakar amarah saat ini tapi sekali lagi Renata menahan gejolak di hatinya untuk melawan perbuatan mereka. ****** "Aku dengar Danu dan Nurul anak bu lurah itu akan segera menikah." kata tetangga Renata. Biasa jika pagi hari mereka akan kumpul di depan rumah untuk belanja di tukang sayur keliling. "Iya, mereka pasangan hebat ya." puji ibu Mulyani tetangga Renata. Orang orang kampung ini begitu mengagumi Danu dan Nurul karena mereka adalah anak orang kaya dan berpendidikan tinggi. "Iya wong sekolahnya juga tinggi kok."jawab bu Atikah. Saat mereka sedang ngobrol datanglah Renata yang tetap berpakaian gamis lusuh dengan jilbab berbahan kaos sederhana. "Asalamualaikum ibu ibu." sapa Renata. Seperti biasa senyum masih senantiasa melekat di bibirnya. "Walaikumsalam."jawab ibu ibu serentak. "Eh Rena belanja apa?" tanya ibu Atikah pada Renata yang sibuk memilih sayuran. "Kangkung sama tempe bu."jawab Renata. Kebetulan Renata lagi pingin makan tumis kangkung dan mendoan. "Kamu gak bosan makan kangkung sama tempe terus Rena?" tanya ibu Mulyani dengan nada mengejek karena kebetulan dia sering melihat bu Amira selalu belanja itu. "Alhamdulilah enggak bu."jawab Renata. "Gak bosan atau gak punya uang." Ledek bu Atika lagi. Mereka yakin babu anak janda miskin seperti Renata mana ada duwit banyak buat belanja terbukti baju aja baju lama di pakai terus. Seperti biasa Renata menanggapinya dengan senyum simpul tanpa emosi. "Berapa tomatnya bang?" tanya bu Atikah. "Empat ribu bu."jawab tukang sayur ramah. "Kok mahal, tiga ribu dech." kata Atika menawar. "Gak bisa bu, sudah harga pas." "Tiga ribu lima ratus ya." kembali ibu Atika menawar. "Dari sananya sudah segitu bu." Rena tersenyum melihat aksi ibu ibu itu, tangan pada gemerlapan uang lima ratus saja jadi rebutan. "Belanja saya berapa semua mang?" kata Renata. "Lo nambah daging, memang bisa bayar?" tanya bu Mulyani. Saat bu Atikah berdebat tadi tiba tiba Renata ingat ibunya pingin makan rendang. "Jangan ngutang ngutang."bu Atika menimpali. "Semua enam puluh ribu mbak Rena." kata tukang sayur. Renata segera menyerahkan uang ratusan ribu dari dompetnya, bukan mau pamer tapi memang tak ada recehan. "Kembaliannya kurang lima ribu mbak Rena." kata mamang tukang sayur. "Ambil saja pak, hitung hitung sedekah saya." "Halah sedekah, miskin saja pakai sedekah, habis ini pasti gak makan sebulan." kembali tetanga Rena menghina. Renata tersenyum seperti biasa." Alhamdulilah kalau kita rajin sedekah Allah akan mencukupkan rezeki kita, sebaliknya yang suka berubat uang lima ratus akan selalu merasa kurang." jawab Renata tenang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD