BAGIAN TIGA BELAS

1069 Words
                “Aku kira kamu gak bakal dateng mas.” Ucap Alma ketika ia baru saja duduk di depan Bima. Sepertinya pria itu telah lama menunggu Alma. Bima hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Benar saja pria itu terlihat jauh lebih dingin, dari pertama kali Alma dan Bima bertemu. Alma ingin berbicara, namun lehernya terasa tercekat. Melihat mata Bima yang bahkan hanya memandang kosong ke arah nya juga membuat Alma jadi sakit sendiri.             “Masa gak dateng sih Al.” Jawab Bima. Keduanya nampak sangat canggung, suasana yang dulu sempat hangat kini tiba-tiba kembali lagi sama seperti di awal mereka berdua bertemu. Bima kembali dingin, sikap nya bahkan ekspresi wajah nya menunjukan itu semua.             “Mas…”             “Ya?”             “Semalem… mbak Vio nelfon aku-” Alma menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya. Bima masih terlihat santai bahkan seakan tidak tertarik dengan apa yang akan di katakan oleh calon istrinya tersebut. Bima menyandarkan tubuhnya pada kursi sembari melipat tangan di d**a. Sementara itu, Alma masih diam, berusaha melanjutkan ucapannya sendiri.             “Al, di kantor lagi-” Ucapan Bima terhenti ketika Alma memotong pembicaraan mereka.             “Semalam, aku datang ke rumah kamu. Di suruh sama Mba Vio buat fotoin berkasnya. Tapi aku salah masuk kamar!. Aku naik ke lantai dua, masuk ke kamar yang ada foto kamu dan… perempuan yang mirip dengan desainer yang merancang baju pengantin kita. Aku… aku gak tau mau bilang apa sama kamu, tapi. Ayo, ayo berhenti dengan rencana pernikahan konyol ini kalau kamu masih ada orang lain.” Ucap Alma dengan cepat, akhirnya kata-kata itu bisa keluar dari mulutnya. Sejak semalaman penuh, ia terus merangkai kata demi kata di kepalanya. Takut salah bicara, takut salah langkah. Namun saat ini, Alma sudah berhasil mengeluarkan semua yang ada di dalam pikirannya, dengan lancar, ya setidaknya itulah yang terjadi.             “Maksud kamu?” Bima terlihat kaget ketika mendengar ucapan Alma barusan. gadis itu mengusap ujung mata nya yang sedikit berair akibat menahan air mata terlalu lama. Bima tahu bahwa ia salah karena tidak memberitahu tentang Kirana kepada Alma sebelumnya. Namun saat ini ia juga masih dalam suasana biru, di antara masih merindukan Kirana dan juga bertahan dengan Alma.             “Jujur aja mas, mending kita selesai sekarang. Daripada nanti pas udah ada status. Lagipula, kalau masih ada hubungan dengan orang lain. Seharusnya Mas Bima gak usah ajak aku nikah.” Ucap Alma, lagi.             “Oke. Maaf Al. saya belum cerita tentang Kirana sama kamu. Karena saya pikir, dia gak akan kembali, saya pikir dia udah gak ada. Jadi… maafkan saya kalau, saya belum sempat cerita sama kamu. So- okay she was my girlfriend. Kami temenan dari SMP, terus pacaran pas SMA sampai selesai kuliah. Waktu itu, ibu nya Kirana kerja di kedutaan, Kirana mau ke sana jenguk ibu nya, tapi dia gak bilang sama saya. Long short story, tiba-tiba ada kabar kalau salah satu pesawat jatuh, mungkin kamu pernah dengar beritanya. Dan lebih kagetnya saya pas tahu, itu ternyata nama Kirana ada di dalam daftar penumpang. Dan tidak pernah kembali, walaupun pihak maskapai udah bilang kalau Kirana gak jadi ikut di pesawat itu. Kirana gak pernah kembali setelahnya. Waktu itu saya hancur, hancur se hancur-hancur nya. Saya sadar bahwa saja berubah seratus delapan puluh derajat, saya jadi lebih pendiam, saya sudah tidak punya semangat hidup lagi semenjak Kirana pergi. Bertahun-tahun setelahnya, saya bertemu kamu. Untuk pertama kali nya dalam hidup saya setelah Kirana pergi, saya bisa semangat lagi ketemu saya perempuan, saya mau dekat lagi dengan perempuan. Saya bahagia pas sama kamu. Maka dari itu saya langsung ngajak kamu nikah.  Mungkin kamu kaget karena foto saya dan Kirana masih ada di kamar itu, tapi perlu kamu tau, bahwa sejak Kirana menghilang saya sudah tidak pernah tidur di kamar itu lagi, saya bahkan pernah tidak menginjakan kaki di kamar out selama bertahun-tahun lamanya. Kemarin, saya masuk ke sana, untuk Izin kepada Kirana. bahwa saya akan menikahi kamu.” Jelas Bima.             Alma jadi diam sendiri ketika mendengar cerita calon suaminya tersebut, bagaimana mungkin Bima bisa menyembunyikan hal besar seperti itu kepadanya?             “Tapi Mba Anjani gak hilang mas. Dia masih hidup.” Balas Alma. Bima mengangguk “Iya saya tahu, kalau dia ternyata masih hidup.”             “Terus bagaimana? Kamu pasti cinta banget sama dia. Susah juga buat kamu buat ngelupain dia.”             “Iya. Bener, saya cinta banget sama dia. Banget. tapi itu dulu, sebelum saya ketemu sama kamu. sekarang, saya jadi bingung sendiri, gimana perasaan saya sama dia yang sebenarnya. Saya jujur, saya emang rindu banget sama dia, mungkin perlu waktu untuk saya buat sedikit melupakan Kirana- maksud saya, melepas dia.”             “Terus sekarang gimana?”             “Yaudah gak gimana-gimana. Maaf ya kalau satu minggu terakhir ini saya bikin kamu sedih atau heran. Mungkin ada perubahan sikap saya dalam satu minggu ini yang bikin kamu heran. Maaf juga karena gak cerita sama kamu, maaf banget tapi saya janji kalau setelah ini saya bakal tetap fokus kok ke kamu. Tapi saya Cuma minta waktu sama kamu, setidaknya kasih saya waktu untuk melepaskan dia.” Ucap Bima yang justru membuat Alma sedikit ragu. Bagaimana mungkin seorang pria yang dulu sangat mencintai wanitanya bisa meminta waktu untuk melepas wanita itu. rasanya aneh dan sedikit meragukan.             Namun Alma mengembalikan posisi Bima kepada dirinya sendiri, berpikir bahwa apa yang Bima minta kepadanya adalah hal yang wajar. Melupakan orang yang kita cintai demi orang baru adalah suatu hal yang berat, dan Alma berpikir bahwa jika ia yang berada di posisi Bima, belum tentu ia bisa menerima orang baru dalam hidup nya. Jadi Alma pikir, Alma bisa memberi Bima waktu, setidaknya Bima bisa bertanggung jawab dalam hidupnya sendiri.             “Yaudah. Boleh, lagipula aku juga gak bisa ngelarang kamu banyak mas. Aku juga baru datang ke hidup kamu. buat gantiin masa lalu kamu dengan cepat. ya aku mana bisa? Sekarang terserah kamu. Lakuin aja apa yang menurut kamu baik. Kamu mau lanjut sama aku atau engga, keputusan ada di tangan kamu. Aku tunggu secepatnya.” Ucap Alma. Bima diam selama beberapa saat, kemudian mengangguk.             “Kita lanjut ya. I just need one more time to forget her. Janji.” Ucap Bima . Alma mengangguk kemudian tersenyum. Cukup sulit bagi Alma sebenarnya berada di situasi seperti itu, namun ia juga harus memberi Bima ruang untuk dirinya sendiri. Lagipula Alma selalu berpikir bahwa ia tidak memiliki hak atas Bima, ya walaupun mereka akan menikah, namun mereka tidak ada hak satu sama lain, apalagi Alma.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD