Bab 2

1297 Words
"Sebenarnya apa yang kau inginkan? " tanya Hana pada Derris yang sedang menunggu di halte bis saat pulang sekolah. "Wahh itu pertanyaan yang selalu aku tunggu," jawab Derris dengan senang. Hana mendengus kesal. "Aku ingin kau jadi pacarku." lanjut Derris. Hana sedikit kaget mendengar jawaban Derris, tak lama bis datang Hana lalu masuk ke dalam bis tanpa menjawab pertanyaan Derris. "Kau belum menjawabnya." ucap Derris pelan kepada Hana setelah mereka duduk di dalam bis. "Aku tidak mau." jawab Hana ketus. "Kenapa? Padahal aku sangat tampan, setia, nilaiku cukup bagus ketika SMP dan aku akan memperlakukanmu dengan baik," jelas Derris, Hana meringis mendengar kepercayaan diri Derris yang sangat tinggi itu. "Apa hubungannya dengan nilai sekolahmu?" tanya Hana dengan bingung. "Mungkin bisa jadi bahan pertimbanganmu." gurau Derris sambil menyunggingkan senyum. "Jadi.. " "Kau bukan tipeku," jawab Hana tegas memotong ucapan Derris. Mendengar jawaban Hana, Derris hanya terdiam dan terlihat menunduk melihat ke arah sepatu berwarna putih dan hitan yang ia kenakan. Hana yang merasa bersalah ingin meminta maaf, Derris seketika mengangkat kepala lalu menatap lurus ke depan. "Kau membenciku?" tanya Derris. "Tidak." jawab Hana langsung. Derris membalikan badannya menghadap Hana "Jadi kau menyukaiku?" tanya Derris lagi sambil tersenyum. Ketika Hana ingin membuka mulut, Derris menepuk pundak Hana dan menyuruhnya untuk bangun karena bis telah sampai. Mereka pun turun lalu berjalan pelan tanpa mengeluarkan sepatah kata. Arah rumah mereka yang berlawanan membuat Derris pamit terlebih dahulu kepada Hana. Rumah Hana yang terletak diujung membuatnya harus berjalan beberapa menit lagi. Sesampainya di tempat kost Derris langsung merebahkan badannya di atas tempat tidur. Kamar kostnya terlihat berantakan dan ada beberapa sampah bekas makanan dan minuman ringan yang belum sempat di buangnya. Derris menerawang jauh mengingat percakapannya di dalam bis yang sengaja ia potong saat Hana akan menjawab pertanyaannya. Derris sangat mengetahui bahwa Hana belum menyukai dirinya, bahkan mungkin kenyataannya malah Hana membencinya. Mengingat Derris sangat memaksa Hana agar ia mau melihatnya walaupun hanya sesaat. Derris memilih untuk memikirkan cara lain untuk mendekati Hana, Ia ingin membuat Hana luluh dengan semua usahanya. Terlebih dengan sifat Hana yang cuek dan dingin kepadanya selama ini membuat Derris semakin penasaran dan semakin tertarik pada Hana. *** Diakhir pekan yang sangat cerah, Sera mengajak Hana untuk jalan-jalan ke sebuah Mall yang terletak di tengah kota. Ia meminta Hana menemani dirinya untuk memilih kado yang cocok untuk di berikan kepada kakak Sera yang akan segera melahirkan. Hana pun turut serta memilih sebuah kado untuk kakak sepupunya, Nita. Mereka memasuki beberapa toko dan mulai memilih barang apa yang akan di berikan kepada Nita. Hana telah memilih satu set baju bayi berwarna biru muda dengan gambar hewan-hewan kecil yang lucu. Sedangkan Sera yang masih bingung masih memilah kado apa yang cocok untuk di berikan kepada keponakan pertamanya ini. "Aku bingung harus pilih yang mana," keluh Sera "Semuanya sangat lucu dan menggemaskan." "Bagaimana kalau yang ini?" Hana menunjuk kotak berisi satu set tempat makanan untuk bayi berwarna merah muda. Sera mengambil kotak yang ditunjuk Hana. "Kakakku tidak memberi tahu jenis kelaminnya kepadaku." ucap Sera kesal "Dan ini terlalu biasa Hana untuk di berikan kepada keponakan pertamaku." Sera sambil meletakan kembali kotak tersebut. Hana kembali melihat-lihat sekitar dan memilih kado yang sesuai untuk segera di pilih Sera. Ia sudah tidak sanggup untuk bertahan lebih lama karena perutnya sudah meminta untuk di isi. "Yang ini? "tanya Hana lagi sambil menunjuk box bayi yang terlihat begitu mewah. "Kau ingin membantuku atau ingin memerasku?" Sera balas bertanya, "Dan box ini seharga dengan uang jajanku selama 5 bulan." Hana hanya tertawa pelan mendengar sepupunya yang kesal, lalu menarik tangannya menjauh dari box mewah itu. Setelah Sera menemukan kado yang sesuai dengan dompet dan standarnya. Mereka pun keluar dari Mall itu lalu menuju ke arah cafe baru yang terletak di sebelah mall tersebut. Cafe dengan nuansa modern itu cukup ramai, mengingat hari ini adalah akhir pekan menjadikan ajang yang memiliki pasangan untuk berkencan. Mereka memilih tempat duduk di lantai dua dekat dengan tangga. Waiter datang lalu mencatat pesanan mereka. Setelah semua pesanan di sebukan waiter pun pegi. Hana yang sedari tadi tengah sibuk dengan ponselnya terlihat seperti sedang bingung. "Hana ada apa?" tanya Sera pelan. Hana lalu menatap wajah Sera. "Ah, ini Derris menghubungiku." "Lalu kenapa mukamu seperti kebingungan?" Tanya Sera kembali. "Derris mengatakan bahwa rumahku kebakaran, aku sedikit bingung apakah ia sedang bercanda atau tidak." jelas Hana. Sera mengernyit. "Kalau kebakaran orang tuamu pasti memberi kabar kepadamu bukan?" "Orangtuaku sedang pergi ke acara Sukuran temannya, mungkin akan pulang larut malam," ucap Hana. "Sena juga sedang keluar bersama teman-temannya, mungkin akan pulang malam." lanjutnya. "Baiklah sepertinya kita harus pulang." Sera lalu berdiri mencari waiter tadi yang menulis pesanan mereka. "Beri tahu Sena agar segera pulang, pesanan tadi kita bawa pulang saja." Hana hanya mengangguk. Perjalanan mereka terasa lama terlebih jalanan sore yang di padati oleh kendaraan yang membuat macet. Bis yang membawa merekapun tiba saat matahari telah terbenam, Hana berjalan ke arah rumahnya sambil pandangannya berkeliling melihat keadaan sekitar yang sunyi tanpa adanya keramaian yang di sebutkan Derris tadi. Ketika Hana hampir sampai di depan rumahnya, ia melihat Derris sedang berdiri di tengah lilin yang sedang menyala membentuk hati. Derris yang mengenakan kemeja hitam dan celana jeans sedang membawa buket bunga mawar merah yang sangat cantik. "Mana kebakarannya?" Hana dan Sera terdiam melihat Derris yang berjalan mendekat ke arah mereka. Derris berjalan pelan lalu tersenyum kepada Hana. "Hatiku yang terbakar karena terlalu menyukaimu. Hana." ia lalu memberikan bunga mawar merah itu pada Hana. Sera menahan tawanya melihat tingkah laku Derris. Sena yang baru sampai, berdiri di samping Hana lalu melakukan hal yang sama seperti Sera. Hana menerima bunga itu lalu membuangnya dengan kasar ke atas tanah. "Kau pikir ini lucu, ha?" geram Hana. "Aku hanya ingin membuatmu terkesan." jawab Derris. "Dengan cara seperti ini?" Hana bergantian menunjuk lilin yang berbentuk hati dan bunga yang ia buang. "Kau hanya memikirkan perasaanmu dan tidak memikirkan perasaanku. Caramu yang seperti ini malah membuatku malu dan ingin segera menjauh darimu." geram Hana. Hana lalu berjalan masuk ke dalam rumah yang di ikuti oleh Sera dan Sena. Derris hanya terdiam melihat Hana meninggalkannya. "Tunggu Hana.." ucap Derris sambil berjalan cepat mengejar Hana. "Maafkan aku yang sudah kelewatan." gumam Derris lirih. Hana terus berjalan tanpa memedulikan Derris yang terus meminta maaf padanya, lalu masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rumahnya dengan kencang. Mereka berjalan masuk ke arah ruang keluarga lalu menyimpan kado yang tadi siang di belinya di samping sofa, Hana merebahkan badannya di sofa panjang berwarna hitam, dengan kesal ia lalu mengambil bantal kecil dan melemparkannya ke arah Sena yang dari tadi terus mentertawakannya. Dengan sigap Sena menangkap bantal kecil itu. "Astaga pantas saja hari ini panas sekali, ternyata ada kebakaran dirumah ini." sindir Sena dengan tawa yang semakin kencang. Sera yang melihat tingkah laku kakak beradik itu hanya ikut tertawa. "Kenapa tidak kau terima saja pernyataan cinta Derris?" tanya Sera di sela tawanya. "Dengan tingkah lakunya yang seperti itu?" Hana menggelengkan kepala. "Kenapa?" tanya Sena. "Dia tampan, ya meskipun perilakunya aneh." sahut Sena lalu kabur ke arah dapur, agar tidak ada lemparan bantal untuk kedua kalinya. "Aku tidak mau mempermalukan diriku setiap hari dengan tingkah lakunya yang aneh itu." jelas Hana. Hana dan Sera lalu berdiri mengambil kado yang disimpannya di samping sofa dan pergi ke arah kamar Hana yang terletak di lantai dua. Derris tidak hentinya terus menghubungi Hana, tetapi Hana sama sekali tidak tertarik untuk menjawab semua panggilan Derris. Keesokan paginya Hana keluar rumah untuk membeli sarapan,tanpa di duga Derris telah menunggunya di depan rumah Hana. "Hana aku minta maaf atas kejadian kemarin." kata Derris tulus. Hana terdiam melihat Derris yang begitu canggung untuk pertama kalinya di hadapan Hana. "Aku sangat menyukaimu Hana dan aku ingin kau menjadi keka.." "Baiklah aku terima." Hana memotong ucapan Derris. "Benarkah?" "Asal kau tidak melakukan hal memalukan seperti kemarin lagi." jelas Hana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD