Dalam sebuah dekapan, tercipta kenyamanan berupa kehangatan. Ravin urung melepaskan tangan yang melingkar, sedangkan Sally juga enggan beranjak menyingkirkan rubuh dari pelukan tersebut. Keduanya tengah mengisi kekurangan satu sama lain, meski cinta belum mendominasi. Tentu saja! Dunia pun serasa milik berdua, yang lain cuma tinggal numpang lewat. Tak peduli berapa banyak pasang mata memandang mereka, rasa kenyamanan belum jua sampai pada batas kerisihan. Sally masih meraba ketidakasingan ini, serasa dekapan seperti sekarang bukan hanya terjadi sekali. "G–gua manggil lu nama tanpa bapak atau tuan gak apa-apa 'kan?" Sally memulai kembali tingkah konyolnya, sehingga Ravin tertawa kecil sambil tetap mengelus rambut perempuan ini. Sepertinya suasana hatinya sudah mulai membaik, bahkan air ma