"Pardon! Ravin ada di ruangannya?" Ruby berkata dengan angkuh pada beberapa karyawan yang menertawakannya saat dia masih menjadi pekerja di kantor ini kemarin. Namun, tentu saja mereka tahu jika pertanyaan tersebut hanyalah olokan. Terlihat sebelah bibir naik ke atas dan pandangan beralih setelah berkata. Seolah yang benar adalah lihat! Siapa aku sesungguhnya. Karena jelas, tempat untuk mempertanyakan hal tersebut seharusnya kepada resepsionis. Kemudian tawa kecil terdengar dan kaki kembali melangkah. Perempuan itu masuk ke dalam ruangan Ravin. “Hai, Vin.” Ruby menampakan wajah manis nan ceria, langsung terduduk di kursi depan meja Ravin. Ravin mengerutkan dahi. Dia pikir, orang yang mengetuk pintu adalah salah satu karyawannya. Jadi, dia mempersilahkan masuk. "Ruby? Gimana kamu bisa m