Alisha duduk di tepi tempat tidur rumah sakit, menatap wajah asing yang sekarang menjadi miliknya dalam cermin. Wajahnya yang dulu penuh dengan bekas luka dan lebam telah hilang. Kulitnya halus dan berseri, dan matanya terlihat cerah. Dia benar-benar seperti bereinkarnasi di tubuh baru.
Apa aku bereinkarnasi?
Tidak mungkin, bagaimana bisa?
Altair, berdiri di sampingnya dengan ekspresi khawatir. "Ada apa?"
Alisha memandang Altair. "Aku... Aku tidak tahu harus merasa apa. Ini semua terasa seperti mimpi."
Altair mengerutkan alisnya. "Mimpi? Apa kamu baik-baik saja? Perlukah aku memanggil dokter?"
Jika reinkarnasi terjadi, kenapa aku mengingat kehidupanku sebelumnya?
Alisha menggeleng, "Tidak, ini bukan apa-apa." ucap Alisha seraya berpikir tentang reinkarnasi yang dialami hidupnya.
Alisha merenung sejenak. "Altair, apakah kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku? Dan siapa pria itu, Sean, yang mengaku menjadi suamiku? Aku tidak punya ingatan tentang semuanya."
Altair tampak ragu sejenak sebelum menjawab. "Aku tahu bahwa ini adalah situasi yang sulit, Alisha. Dan jawaban-jawabannya tidak akan terdengar mudah dipercaya. Namun, aku akan mencoba menjelaskan semampuku."
Alisha mendengarkan dengan cermat saat Altair memulai penjelasannya. "Setelah kecelakaan mobil yang kamu alami, kamu ditemukan dalam kondisi yang sangat kritis. Itu adalah keajaiban bahwa kamu masih hidup. Saat kamu dibawa ke rumah sakit, kondisimu memburuk, dan para dokter hampir kehilangan harapan. Namun, suatu hal yang aneh terjadi."
Alisha mendengarkan dengan penuh perhatian. Keadaan ini terdengar semakin aneh dengan setiap kata yang diucapkan oleh Altair.
Altair melanjutkan, "Ketika para dokter sedang berusaha menyelamatkan hidupmu, kamu mengalami perubahan tiba-tiba. Bekas luka dan luka-luka serius yang kamu alami mulai sembuh dengan cepat, dan kondisimu membaik dengan luar biasa. Para dokter sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Mereka menganggap itu sebagai mukjizat."
Alisha mendengarkan dengan tatapan tidak percaya. Itu semua terasa sangat tidak masuk akal. "Tapi bagaimana bisa itu terjadi? Itu tidak mungkin."
Altair mengangguk. "Aku mengerti bahwa ini sulit dipercaya. Tetapi itu adalah kenyataan. Sejak saat itu, kondisimu terus membaik, dan kamu pulih sepenuhnya. Tapi ketika kamu terbangun untuk yang pertama kalinya, dokter mendiagnosa bahwa kamu kehilangan ingatan. Bahkan saat pertama kali kamu terbangun, kamu tidak berbicara apapun seperti saat ini."
Alisha merasa semakin bingung. "Jadi, kamu bilang bahwa aku kehilangan semua ingatanku tentang hidupku sebelum kecelakaan mobil?"
Altair mengangguk. "Iya, itu yang terjadi. Dan untuk Sean, kamu dan dia memang sudah menikah satu tahun yang lalu."
Alisha merenung sejenak. Semua ini terdengar seperti plot dari sebuah film fiksi ilmiah yang aneh. Dia meraba dadanya sekali lagi, tidak percaya pada perubahan drastis yang terjadi padanya.
Tapi, luka tembakannya benar-benar hilang.
"Apakah kamu tahu mengapa aku menikah dengan Sean? Dan mengapa aku merasa begitu tidak nyaman di dekatnya?" tanyanya kepada Altair.
Altair terlihat sedikit terkejut, namun segera menyembunyikannya. "Kamu tidak nyaman berada didekatnya?"
Alisha mengangguk perlahan.
Altair tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aku akan memberikan penjelasan sesingkat mungkin, meskipun ini adalah cerita yang sangat rumit dan terkadang sulit dipahami. Sean adalah seorang pria yang sangat berpengaruh dan kaya raya. Dia adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar di dunia. Satu tahun yang lalu saat kalian menikah, ada perjanjian antara keluargamu dan keluarganya."
Alisha mendengarkan dengan penuh perhatian saat Altair menjelaskan lebih lanjut.
"Perjanjian itu mengikatmu dan Sean sebagai pasangan suami istri. Namun, setelah kecelakaanmu dan perubahan yang terjadi padamu, semuanya menjadi lebih rumit. Sean masih ingin menjalankan perjanjian ini, tetapi kamu telah kehilangan ingatanmu tentang semuanya."
Alisha terdiam, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja dia terima. Ini adalah cerita yang begitu sulit dipercaya, tetapi dia tidak punya alasan untuk tidak mempercayai Altair. Altair tampak tulus dalam membantunya memahami situasi ini.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Alisha kepada Altair.
Altair menghela napas sebelum menjawab. "Aku tahu ini adalah situasi yang sangat sulit, Alisha. Dan aku tidak bisa memaksa kamu untuk melakukan apapun. Namun, jika kamu ingin mengingat kembali hidupmu, dokter menyarankan agar kamu berinteraksi dengan orang terdekat. Kamu mungkin perlu bertemu dengan Sean dan mencoba memahami lebih dalam tentang dirinya."
Alisha merasa ragu-ragu. Dia merasa begitu tidak nyaman dengan Sean, dan hanya mendengar namanya saja sudah membuatnya merasa gelisah. Tetapi, di sisi lain, dia juga merasa perlu memahami lebih dalam tentang hal ini dan mengapa dia bereinkarnasi ke tubuh asing ini.
Alisha duduk di tempat tidur rumah sakit, merenungkan segala informasi yang baru saja dia terima dari Altair. Ini adalah situasi yang begitu sulit dipahami dan sulit dipercaya. Dia merasa seperti berada dalam alur cerita yang tak masuk akal, tetapi dia juga merasa perlu untuk memahami lebih dalam tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Altair melihat kebingungan di wajah Alisha dan memberikan nasehat lebih lanjut. "Alisha, aku tahu ini adalah situasi yang sulit, tetapi jangan terlalu keras dalam berpikir. Kamu baru saja sadar."
Alisha mengangguk perlahan, menerima nasehat Altair. "Kamu benar. Aku sebaiknya beristirahat."
Altair tersenyum dengan lembut. "Kamu memiliki waktu untuk memikirkannya nanti. Yang penting sekarang adalah fokus pada pemulihanmu. Dokter akan memberikan rencana pemulihan yang harus kamu ikuti, dan aku akan ada disini jika kamu memerlukan sesuatu."
"Terima kasih, Altair."
***
Beberapa hari berlalu, dan Alisha menjalani pemulihan di rumah sakit. Dokter merasa kagum dengan kecepatan penyembuhan tubuhnya yang luar biasa, tetapi mereka tetap bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Alisha mengikuti terapi fisik dan pemulihan dengan tekun, mencoba untuk kembali dalam kondisi terbaiknya.
Saat dia tidak dalam sesi pemulihan, Alisha sering menghabiskan waktu bersama Altair. Mereka berbicara tentang berbagai hal, dari hobi hingga minat mereka. Altair adalah pendengar yang baik, dan dia merasa nyaman berbicara dengannya.
Suatu hari, ketika Alisha duduk di kursi dekat jendela di kamar rumah sakitnya, dia bertanya kepada Altair, "Altair, bisakah kamu memberitahuku lebih banyak tentang Sean? Misalnya seperti bagaimana dia sebagai suami?"
Altair memandang Alisha dengan ekspresi tidak terbaca. "Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal itu?"
"Umm.." Alisha terdiam beberapa detik, "Entahlah. Aku hanya merasa begitu tidak nyaman di dekatnya."
"Umm, tidak nyaman, ya?" tanya Altair memastikan.
Alisha mengangguk perlahan.
Altair merenung sejenak sebelum menjawab. "Sean adalah pria yang sangat kompleks, Alisha. Dia adalah seseorang yang berbakat dan memiliki kekuasaan besar dalam dunia bisnis. Namun, dia juga sangat tertutup dan sulit untuk ditebak. Seringkali, dia sangat arogan dan dingin terhadap orang lain."
Alisha mendengarkan dengan seksama. Dia mencoba membayangkan seperti apa kehidupan bersama Sean, meskipun ingatannya masih kosong tentang pernikahan mereka.
"Dan mengenai perasaanmu yang tidak nyaman," lanjut Altair, "Itu mungkin karena intuisi pikiranmu yang masih memiliki sisa-sisa kenangan dengan Sean. Karena sejujurnya, kamu dan Sean adalah sebuah hubungan di dalam cangkang yang kosong."
Alisha terdiam sejenak, "Apa maksudnya.. aku dan Sean hanya menjalankan pernikahan ini tanpa perasaan apapun dan hanya karena perjanjian saja?"
Altair mengangguk, "Ya. itu benar."
"Ta-Tapi kenapa?" tanya Alisha kebingungan.
"Hm," Altair tampak berpikir, "Aku tidak tahu. Namun yang aku tahu pasti, baik kamu atau pun Sean tidak memiliki perasaan sejak pernikahan kalian berlangsung. Dan juga kalian sejujurnya memang tidak akur."
Alisha tampak terdiam setelah Altair berbicara mengenai hal itu.
Pernikahan diatas perjanjian ya?