Bab 5 : Penglihatan Yang Nyata

1120 Words
Sean tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya dia mengangguk. "Baiklah, Alisha. Aku akan tinggal sebentar. Tapi kamu harus tenang dan beristirahat." Alisha merasa lega ketika Sean setidaknya setuju untuk tetap bersamanya sesaat. Meskipun dia masih bingung tentang apa yang baru saja dia alami. Sean duduk di kursi, di samping tempat tidur Alisha, dan suasana di kamar rumah sakit menjadi tenang. Mereka berdua saling diam, dan Alisha terus merenungkan pengalaman anehnya. Dia tahu bahwa apa yang dia lihat tidak bisa diabaikan begitu saja, meskipun dia sendiri tidak tahu bagaimana itu terjadi. Sean mengambil ponsel yang berada di sakunya. Dia tiba-tiba menelepon seseorang. "Halo, Altair." ucap Sean dengan nada dingin. Altair, yang berada di sisi lain telepon, merasa kaget mendengar suara Sean di ujung telepon. "Halo, Sean. Ada apa?" "Batalkan pertemuan klien hari ini. Aku akan menemani Alisha." ucap Sean seraya menatap Alisha yang sedang melamun. Altair mengernyitkan dahinya di seberang telepon. Bukan hal yang biasa melihat Sean memedulikan Alisha. "Sean, kamu tahu betapa pentingnya pertemuan ini. Kita tidak boleh melewatkan kesempatan ini." Sean tetap tegas, "Tidak peduli seberapa pentingnya itu. Aku akan berada di sini untuk sementara waktu." Altair terdiam sejenak sebelum menjawab, "Baiklah, Sean. Aku akan mengurus pembatalan pertemuanmu. Tapi, mengapa tiba-tiba? Sejak kapan kamu peduli terhadap Alisha?" "Bukan urusanmu." ucap Sean lalu mematikan teleponnya. Setelah menutup teleponnya, dia menoleh ke arah Alisha yang terlihat sedang melamun. "Aku menyuruhmu istirahat, bukan melamun." ucap Sean dengan nada sinis. Alisha menoleh ke arah Sean, matanya masih mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran setelah pengalaman aneh yang baru saja dia alami. "Sean, aku tahu ini semua terdengar aneh, tetapi aku merasa seperti benar-benar melihatnya." Sean mengangkat alisnya, masih terlihat skeptis, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam ekspresi wajahnya, sedikit lebih manusiawi daripada biasanya. "Aku masih tidak mengerti. Aku rela membatalkan pertemuan penting karena hal bodoh seperti ini. Apakah kamu tiba-tiba memiliki kekuatan super?" "Ta-tapi, aku serius, Sean." ucap Alisha mencoba meyakinkan. Sean menghela napas kasar. "Ya ya ya, aku percaya. Sekarang, istirahatlah." Alisha merasa sedih mendengar Sean yang terlihat dingin. Alisha mengangguk perlahan, "Baiklah, aku akan tidur sekarang." Alisha mencoba memejamkan mata, berusaha untuk tidur, meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh pengalaman anehnya. Sean duduk di samping tempat tidurnya, dan suasana di kamar rumah sakit menjadi hening. Beberapa saat kemudian, Alisha akhirnya tertidur, meskipun tidurnya tidak begitu nyenyak. Sean tetap duduk di kursi, tetapi pikirannya terus melayang ke pertemuan bisnis yang dibatalkan. Dia tahu bahwa tindakannya tadi mungkin akan menimbulkan konsekuensi, tetapi dia merasa sedikit percaya dengan apa yang diucapkan Alisha. "Apa yang kamu pikirkan, Sean? Rela membatalkan pertemuan demi alasan bodoh yang perempuan ini katakan." gumam Sean seraya melihat Alisha yang tertidur. Sean merasa bosan menunggu di kamar dan tidak melakukan apapun. Dia mengambil remote tv yang berada di meja, dan segera menghidupkan layar televisi di dinding kamar rumah sakit. Dia mulai menjelajahi saluran-saluran yang tersedia, mencoba mencari sesuatu yang dapat mengisi waktu sambil menunggu Alisha bangun. "Bosan." Sean menghela napas, "Aku tidak terbiasa diam terlalu lama." Setelah beberapa saat menelusuri berbagai saluran, Sean akhirnya memilih untuk menonton berita. Mungkin ada perkembangan penting dalam dunia bisnis yang dapat dia ikuti meskipun dia tidak bisa berada di pertemuan pentingnya. Berita utama saat itu adalah tentang krisis ekonomi global yang sedang berlangsung. Berbagai laporan dan analisis ekonomi memenuhi layar televisi, dan Sean mulai menyerap informasi tersebut dengan cermat. Meskipun dia tidak berada di pertemuan kliennya, dia tetap ingin tetap terinformasi tentang perkembangan bisnis terbaru. Namun, saat Sean mendengarkan berita dengan serius, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah laporan berita lokal tentang kecelakaan beruntun di jalan raya yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Laporan tersebut mencakup rekaman video kecelakaan tersebut, dan dalam video itu, dia melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. "Tunggu, ini..!" Salah satu mobil yang terlibat dalam kecelakaan itu adalah mobilnya sendiri. Itu adalah mobil mewah yang biasa dia gunakan untuk pergi ke berbagai pertemuan bisnis. Mobil itu rusak parah, dan dia melihatnya dengan jelas di layar televisi. "Ini gila." Sean menghentikan penelusurannya dan menatap layar dengan mata melebar. Ini tidak bisa disebut sebagai kebetulan. Dia mendengarnya sendiri dalam pengalaman aneh Alisha ketika dia melihat kecelakaan tersebut. "Aku melihat mobil-mobil yang rusak, ada truk besar... kecelakaan beruntun. Aku merasa seperti melihat kamu di sana, terluka," kata Alisha beberapa saat yang lalu. Sean menatap Alisha yang sedang tertidur. Apakah Alisha benar-benar bisa melihat masa depan? Atau kah hal ini adalah kebetulan? Dia memikirkan berbagai pertanyaan yang tiba-tiba muncul dipikirannya. Sean menggelengkan kepalanya, "Tidak. Mungkin ini hanya kebetulan belaka." Sambil mencoba merenungkan hal ini, Sean tiba-tiba mendengar suara Alisha yang terbangun di tempat tidurnya. Dia mematikan televisi dengan cepat dan berbalik ke arah Alisha. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Alisha dengan suara yang masih terdengar lemah setelah tidurnya. Sean mencoba untuk terlihat dingin seperti biasanya. "Hanya menonton berita. Bagaimana perasaanmu sekarang?" Alisha duduk di tempat tidur, merasa masih lelah dan bingung setelah pengalaman anehnya. "Aku merasa agak lemah, tapi setidaknya tidak seperti sebelumnya. Terima kasih karena telah bertanya." Sean mengangguk singkat. "Tidak masalah." Saat Alisha akan berbicara lebih lanjut. Ponsel Sean tiba-tiba berbunyi. Sean mengambil ponselnya dan melihat Altair di layarnya. Sean mengangkat telepon itu. "Halo, Altair." Altair berbicara di sebrang telepon, "Sean, ada berita.." Sean yang mendengar hal itu langsung memotong pembicaraan Altair. "Aku tahu." Altair terdengar terkejut dengan respons tegas Sean. "Kamu tahu? Bagaimana kamu bisa tahu tentang itu?" Sean berbicara dengan cepat, "Aku melihat beritanya di televisi." Altair terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ini tidak masuk akal. Apakah alasanmu menemani Alisha karena kamu tahu hal ini akan terjadi?" Sean menghela napas kasar. "Bukan urusanmu. Sekarang urus mobil itu." Altair terdiam sejenak lagi sebelum menjawab, suaranya penuh dengan keraguan, "Baiklah, Sean. Aku akan mengirim tim untuk mengurus mobil itu. Tapi kamu harus menjelaskan semuanya padaku nanti." Sean hanya terdiam, lalu memutuskan panggilan teleponnya. Dia merasa bingung dengan hal yang baru saja terjadi. Apa yang Alisha alami tadi, apakah itu hanya kebetulan atau ada hal lain lagi? Sean merasa perlu mendalami ini lebih lanjut. Alisha, yang duduk di tempat tidurnya, memperhatikan ekspresi Sean yang tegang. Dia tahu bahwa dia harus berbicara dengannya tentang apa yang baru saja dia alami, bahkan jika itu membuat Sean semakin skeptis. "Sean, aku tahu ini terdengar gila, tetapi aku merasa seperti melihat kecelakaan itu sebelumnya," ucap Alisha dengan hati-hati. Sean menatap dingin ke ara Alisha. "Iya, Alisha. Aku percaya." "Ta-Tapi.." "Aku melihat beritanya tadi." ucap Sean memotong. Alisha terkejut mendengar hal itu. "Apa itu benar?" Sean mengangguk perlahan. Alisha terdiam setelah itu. Apakah ini hanya kebetulan ataukah dia benar-benar bisa melihat masa depan. Dia memegang kepalanya perlahan dan mencoba merenungkan pengalaman aneh yang dialaminya. "Ini semua begitu aneh." Sean menatap datar ke arah Alisha. "Alisha." Alisha melirik ke arah Sean. "Ya, Sean?" "Jangan beritahukan hal ini pada siapa pun, termasuk Altair." ucap Sean dengan nada tegas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD