BAB 1. MALAM TANPA GAIRAH

1111 Words
. . Galuh Prameswari kecewa dengan sikap suaminya yang tidak seperti harapannya. Tiga tahun dia menahan perasaannya demi kelangsungan hubungan rumah tangganya. Sering dia menangis dalam diam. Suaminya tak hanya abai akan kebutuhan jasmaninya saja. Dia juga abai akan kebutuhan rohaninya juga. Biaya rumah tangga seringkali harus menggunakan uang pribadi Galuh. Tiga tahun dia tak berani mengeluh. Hingga sikap suaminya tak bisa lagi ditolerir saat suaminya menuduhnya memiliki lelaki lain. Hancur sudah harga diri Galuh. Dia mulai menyadari sikap suaminya yang tidak sewajarnya. Dia yang selalu mengalah akhirnya memilih untuk memberontak. Dia lelah akan kondisi rumah tangganya, Bukannya Galuh yang banyak tuntutan. Kalau suaminya lelaki biasa dengan penghasilan pas-pasan mungkin dia akan berusaha menerima perlakuan pelit suaminya, Tapi suaminya adalah pemilik perusahaan besar. Bagaimana bisa hanya memberinya uang yang hanya cukup untuk membayar listrik rumah besar mereka? *** Sanjaya memacu gairah yang hampir meledak. Dia terus menaikturunkan pahanya mengikuti alur yang dia buat. Sanjaya sudah hampir sampai. Sayang sekali dia tak melihat kondisi istrinya yang sama sekali belum mendapatkn pelepasannya. Sang suami mengejang menumpahkan semua cairannya ke dalam rahim istrinya. Sanjaya tak perlu khawatir kalau Galuh akan hamil karena dia sendiri yang memastikan mengantar istrinya untuk memasang IUD. Tak akan dia biarkan istrinya hamil. Meski Galuh sungguh ingin segera memiliki buah hati dari pernikahan mereka yang sudah berjalan selama tiga tahun. Kalau Galuh bertanya, alasannya menunggu sampai mereka hidup mapan. Bukannya suaminya merupakan pengusaha sukses di Indonesia. Mapan yang seperti apa yang dimaksud suaminya itu? Awal pertemuan mereka bukan karena dijodohkan. Mereka saling kenal lalu jatuh cinta hingga akhirnya Sanjaya meminang Galuh yang asli dari Jogja. Sanjaya meyakinkan kedua orang tua Galuh untuk merestui hubungan mereka. Dengan sungguh-sungguh Sanjaya melamar Galuh tentu saja dengan janji akan membahagiakan putri satu-satunya keluarga Adiningrat. Keluarga yang masih memiliki garis keturunan dari keraton Jogja. Galuh memiliki dua orang kakak yang sangat menjaganya. Krisna dan Bima. Keduanya tinggal di luar negri untuk membesarkan perusahaan keluarga Adiningrat. Keduanya juga sudah berumah tangga. Sedangkan Sanjaya memiliki satu orang kakak yang belum menikah. Bramantyo Aji Wicaksono. Pengusaha batubara dan juga properti yang disegani karena kemampuannya membesarkan perusahaannya sendiri. Sanjaya sendiri meneruskan usaha keluarganya di bidang konstruksi. Meski dia tak kalah dari kakaknya seringkali Sanjaya dibanding-bandingkan dengan sang kakak yang lebih dahulu terjun di dunia bisnis. Apalagi, di perusahaan masih ada papanya-Muhtar Wicaksono yang masih menjadi komisaris. Mereka tentu saja tidak begitu saja mempercayakan usaha keluarga ke tangan Sanjaya yang masih belum ada pengalaman kerja. Perlahan mereka akan membimbing Sanjaya hingga anak bungsu keluarga Wicaksono itu bisa mandiri dan bertanggungjawab. Di awal rumah tangganya Galuh memang merasa Sanjaya berbeda dengan saat mereka masih berpacaran. Sikap romantis dan royalnya berubah drastis. Entah apa yang merubah perubahan sikap Sanjaya. Galuh hanya bisa memendam rasa sakit akan sikap suaminya itu sejak mereka menikah. Harapan untuk bahagia dalam rumah tangga memang tak semudah di awang. Galuh berjanji akan berjuang demi rumah tangganya. Tapi bisakah kalau hanya dirinya sendirian yang berjuang? Seperti biasa usai bercinta Galuh selalu ditinggal tanpa ada kecupan atau obrolan romantis sebagai ucapan terima kasih karena sudah memberikan suaminya kepuasan tiada tara. Meski dirinya tak juga mendapatkan pelepasan Galuh rela asal sikap suaminya bisa sedikit baik dan hangat padanya. Tapi harapan tinggal harapan. Malam yang harusnya penuh gairah ini begitu dingin bagi Galuh. Dan hal itu sudah berlangsung selama tiga tahun lamanya. Terkadang Galuh berpikir untuk menyerah. Tapi rasa sayangnya kepada Sanjaya menahannya. Dia masih berharap suaminya mau sedikit berubah. *** "Besok hari libur kita ke rumah kak Bram. Dia baru pulang dari Jepang dan Mama meminta kita mengunjungi kakak. Karena mama dan papa sedang berkunjung ke Bali," ucap Sanjaya tanpa bertanya kesediaan Galuh. Baginya, Galuh harus menuruti apapun perintahnya. "Iya, mas," sahut Galuh sembari meneruskan sarapan-nya tanpa banyak bertanya. Ini pertama kalinya Galuh bertamu ke rumah kakak dari Sanjaya. Bramantyo. Karena selama ini kak Bram berada di Kalimantan untuk memantau usaha Batubara-nya di Kalimantan sana. Sejak sebulan yang lalu kak Bram memang memutuskan membeli sebuah rumah di daerah Pantai Indah Kapuk. Salah satu hasil usahanya di bidang properti. Sengaja memang dia tak menjual satu unit terbesar di perumahan miliknya itu. Galuh sedikit segan sebenarnya dengan kakak suaminya itu, karena memang karena mereka jarang sekali bertemu dan bertegur sapa. Apalagi sosok Bram yang memang tak banyak bicara saat bertemu membuat jarak antara dirinya dan kakak iparnya itu semakin jauh. Di keluarga suaminya dia hanya dekat dengan mama mertuanya. Galuh jarang sekali ikut pertemuan keluarga suaminya. Bukan karena dia tak mau, tapi Sanjaya yang seakan enggan membawanya ke acara keluarga sang suami. Akhirnya dia tak pernah lagi meminta untuk dibawa ke acara keluarga. Kecuali kalau Sanjaya sendiri yang memintanya untuk ikut. "Oh ya aku belum kirim uang belanja bulan ini. Besok saja," ucap Sanjaya tanpa bertanya kepada istrinya apa kebutuhan rumah ini masih ada sisa uang? Dia tak peduli. Yang dia tahu kalau setiap bulan dia sudah memberi istrinya uang belanja. "Jangan boros-boros," peringat Sanjaya sebelum lelaki itu beranjak dari meja makan. Tanpa perlu berpamitan dan ucapan manis lelaki itu berlalu ke kantor seperti biasanya. Jangankan berharap kecupan di kening atau pelukan hangat yang biasa Galuh lihat pada rumah tangga orang lain. Kenapa rumah tangganya sedingin ini? Padahal mereka menikah karena saling cinta. Tapi kemana cinta yang dulu bergelora sebelum menikah? Kenapa setelah menikah hubungan mereka malah berubah bak orang asing. Bahkan tak jarang suaminya itu berkata kasar. Mana janji suaminya yang dia ucapkan di depan kedua orang tua Galuh yang katanya akan membahagiakan Galuh? Sepeninggal suaminya Galuh tak lagi meneruskan makannya. Tak selera rasanya, apalagi mendengar suaminya yang secara tidak langsung mengatainya boros. Padahal selama ini untuk kebutuhan pribadi Galuh, dia menggunakan uangnya pribadi. Mungkin suaminya berpikir dirinya hanya ibu rumah tangga biasa yang bisanya hanya menadahkan tangan meminta belas kasihan suami hanya untuk sesuap nasi. Pikiran suaminya itu salah, sejak sebelum menikah dia menjadi penasehat desain interior dan juga penulis di beberapa platform menulis. Penghasilannya bahkan lebih besar dari uang belanja yang diberikan sang suami. Tapi karena dia melakukannya dibalik layar maka tidak ada yang tahu tentang pekerjaannya. Hanya orang yang pernah bekerja sama dengannya saja yang mengenal nama besarnya. Dia yang lulusan terbaik teknik sipil di universitas negri Jakarta, seringkali Galuh mendapat job dari beberapa perusahaan properti negri ini. Biasanya mereka menghubunginya lewat email yang tertera di blog yang dia kelola sejak masih kuliah. Dari sanalah banyak pengusaha properti itu menggunakan jasanya. Terkadang juga dosen memberikan namanya kepada mereka yang membutuhkan jasanya. Atas rekomendasi dari dosennya itu biasanya dia mendapatkan proyek besar. Sebagai penulis pun dia bukan sembarang penulis. Sudah banyak karyanya yang di filmkan. Tapi karena tidak ingin profesinya diketahui banyak orang dia memilih tidak mencantumkan nama aslinya di tiap karyanya. Dia menggunakan nama samaran sebagai nama pena-nya. >>BERSAMBUNG>>

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD