Suara mesin-mesin mainan, gelak tawa, pekik riang dari segala usia terengar jelas dari tempat itu. Pusat permainan, salah satu pilihan tempat yang bisa membuat kita melupakan permasalahan kita sejenak. Ada anak yang sedang tersenyum bahagia menaiki kereta api kecil sambil melambai lambai ke kedua orang tuanya. Ada sepasang kekasih yang sedang asik memainkan mesin capit berusaha mendapatkan peruntungannya. Ada anak anak remaja yang sedang menari-nari di atas mesin tari. Tempat yang sangat menyenangkan.
“Kasiiih, harus banget ya main disini?” Ucap Bayu dengan langkah beratnya enggang memasuki tempat tersebut. “Nonton aja yuk? ada film baru.” ajaknya, “kayanya genre favorit lu deh. yuk?” rayunya lagi.
“Gak mau, gue mau main disini.” Kasih menghentakkan kakinya seolah dia tidak akan pernah beranjak meninggalkan tempat itu.
“Kita terlalu tua buat main ginian, sih.” ucap Bayu frustasi.
“Lu aja kali yang tua!” jawab Kasih kesal.
Bayu mengatupkan bibirnya menahan kesal, sulit memang kalau sudah berhadapan dengan ego Kasih. “Nanti kalau gue ketemu temen gue gimana?” ucapnya.
“Ya udah lu pulang aja, gue main sendiri.” Kasih mematahkan omongan Bayu dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke Pusat Permainan tersebut.
Bayu menarik lengan Kasih, mencoba sabar agar kali ini Kasih bisa mendengarkan orang lain selain egonya sendiri.
Tapi bukan Kasih namanya kalau dia menerima penolakan begitu saja. ”Kan lu yang janji mau nurutin semua yang gue mau!” ucap Kasih kesal.
“Yang lain deh, ya?” Kata Bayu pelan berharap agar Kasih mau menurutinya.
Kasih lalu mengeluarkan jurus terakhirnya, “Emang laki- laki semuanya sama aja.”
PLAK! Bayu menjitak kepala Kasih yang menyebalkan itu, Bayu tau dia tidak akan pernah bisa menang dari Kasih. Memang selalu begitu, Rangga dan Bayu memang selalu mengikuti apapun yang Kasih inginkan. Sekarang Bayu menyesal telah menghabiskan tenaganya untuk mencoba bernegosiasi dengan Kasih tadi, kini tenaganya sudah terkuras setengah. “Yaudah cepetan, cepetan mainnya gue laper!” ajak Bayu sambil menarik lengan Kasih.
Tampak Kasih yang tersenyum puas, senyum kemenangan. Kasih tau dia tidak akan pernah kalah dari Bayu maupun Rangga. Dia tau betul mereka begitu menyayangi dirinya, begitu pula dia. Padahal di luar lingkungan keluarga, Kasih bukanlah gadis yang bergantung pada orang lain, dia cenderung mandiri bahkan sangat mandiri. Kasih lebih sering menjadi leader dalam tiap kegiatan yang dia ikuti, gadis yang karismatik dimata lingkungannya.
Kasih terlihat begitu bahagia mencoba semua permainan yang ada. Menarik Bayu kesana kemari mengajaknya ikut bermain dengannya.
Setelah Bayu merasa Kasih sudah mencoba hampir semua permainan di sana, Bayu mencoba peruntungannya kembali untuk keluar dari tempat itu dan berencana menyeret Kasih ke tempat makan.
“Kasih, cantik. Udahan yuk, cari tempat makan. Gue laper!” ajak Bayu manis. “Hmm... terakhir deh, main Pump it Up belum!” kata Kasih sambil menunjuk mesin tari didepan mereka.
Bayu melemas tak percaya, “Lu tega banget, asli.” “Kalau lu menang kita langsung cari tempat makan, plus gue traktir!” tawar Kasih. Dalam hati Kasih tertawa geli, memikirkan Bayu yang bakal kalah dengan mudah terus terpaksa menahan lapar sampai Kasih puas bermain begitu membuat dia bersemangat. Memikirkannya saja sudah begitu menyenangkan baginya.
—— ——
Bayu tersenyum puas melihat jejeran sushi di depan matanya, belum lagi ramen kesukaannya yang sudah memanggil manggilnya untuk segera disantap, surga dunia katanya. Didepannya Kasih yang manyun dan masih tidak percaya dengan apa yang terjadi tadi. Bayu mengalahkannya, Bayu pria yang menurutnya kaku itu mengalahkannya. Dia masih dalam tahap denial terhadap betapa jagonya Bayu memainkan game dance tersebut, bahkan jauh di atas dirinya.
“Selamat makan, Kasih” ucap Bayu sumringah bagaikan baru saja mendapatkan satu mobil mewah dari hadiah lotre.
Kasih hanya tersenyum masam masih tidak terima.
“Dan terimakasih untuk makan malam yang menyenangkan ini.” ejek Bayu puas.
Suara handphone Bayu berbunyi tepat setelah Bayu memakan habis semua makanannya. Risa kekasih Bayu melakukan panggilan video. Kegiatan rutin yang mereka lakukan tiap malam minggu, seperti pasangan LDR lainnya.
“Risa!!!” sapa Kasih yang lebih antusias dibanding Bayu. “Hi Kasih, kalian lagi diluar ya?” tanya Risa.
“Iya Risa, aku habis diporotin sama pacarmu!” adu Kasih.
“Ih gak sportif lu sih, akui kekalahan dong!” terdengar suara Bayu , kemudian merampas handphone nya kembali dari Kasih.
Risa hanya terkekeh geli mendengar dua kucing dan anjing ini berkelahi. “Kamu bukannya ada janji sama temen kamu, Sa?” tanya Bayu pada Risa.
“oh, ini aku baru aja sampai kosan. Aku kangen banget sama kamu, udah gak sabar pengen nelfon kamu” jawab Risa lembut.
“aku juga kangen banget sama kamu, sa. yaudah ini aku udah mau balik, aku anterin si Kasih dulu ya. Ntar aku telfon lagi.” balas Bayu semangat.
“oke, kamu hati hati di jalan ya sayang. bye Kasih!” kata Risa sebelum mengakhiri panggilannya.
“Bye, Risa!” balas Kasih dan Bayu serentak.
Melihat Bayu dan Kasih yang sering menghabiskan waktu bersama merupakan hal yang biasa bagi Risa. Risa juga cukup dekat dengan Kasih dan Rangga. Risa tau betul betapa tak bisa dipisahkannya Rangga, Bayu dan Kasih. Sehingga Risa tak pernah merasa khawatir, cemburu atau curiga dengan kedekatan mereka. Bahkan Risa sering merasa terhibur dengan tingkah konyol Bayu dan Kasih.
—— ——-
Malam ini pergi ke satu club di kota menjadi pilihan Bayu dan Kasih. Pilihan Kasih tepatnya. Selama ini belum pernah mereka hanya pergi berdua ke tempat seperti ini, biasanya mereka akan selalu datang bertiga dengan Rangga.
Pantas saja Bayu merasa aneh dengan perubahan drastis Kasih yang tampak baik-baik saja satu hari kemarin padahal tepat dua hari yang lalu gadis itu bersedih bagaikan orang yang tidak lagi memiliki semangat hidup.
Ternyata disanalah mereka saat ini, club favorit yang selalu didatangi Bima mantannya. “Dasar rubah licik” umpat Bayu kesal dalam hati.
Seharusnya malam ini Bayu memang tidak mengikuti kemauan Kasih. Seharusnya Bayu memaksa Kasih mengikuti kehendaknya kali ini. Ada sesuatu yang terasa tidak benar, atau mungkin dia yang terlalu berlebihan?
Di sudut meja, Bima si b******k itu sedang tertawa sambil ditemani 2 wanita sekaligus. Tangan kanan dan kirinya bermain bebas mengelus kedua wanita yang ada di sebelahnya.
Kali ini Bayu membiarkan Kasih melakukan apa yang dia inginkan, membiarkan Kasih meminum berbagai macam jenis alkohol yang dia pesan. Ingin rasanya Bayu memaki Kasih, menyiram kepala gadis itu agar sadar bahwa Bima si b******k itu tak pantas untuk ditangisi. Memaki gadis itu untuk perbuatan super bodohnya malam ini yang berharap datang ke tempat mantannya berada, lalu berharap mendapati mantannya itu sedang meratapi kandasnya hubungan percintaan mereka dengan mabuk mabukan seperti yang dilakukannya saat ini.
“Seriously, Kasih? are you really that dumb?” dengus Bayu dalam hati.
“Cukup Kasih, no more alcohol ! pulang!” Bayu menjauhkan minuman yang baru saja Kasih pesan dan langsung menarik paksa Kasih agar ikut dengannya.
“Gue belum mau pulang yu, lepasin!” ucap Kasih tak karuan.
Bayu tak menghiraukannya, Bayu menarik Kasih sampai ke parkiran kemudian menjauhkan Kasih dari tempat sialan itu.