Pandangan pertamanya

1391 Words
Meski Ani mencoba berulang kali untuk mengguncang dan membangunkan Maria yang sedang tertidur. Ani bahkan tidak keluar dari kelasnya, dia tetap berusaha untuk mendekati Maria yang menurutnya adalah sebuah koneksi hal yang bagus jika ia bisa dekat dengan Maria, yang cukup pintar dan berada di peringkat kedua di 10 besar yang bahkan jauh lebih baik dari dirinya. Meski sangat sulit baginya untuk mendekati Maria. Ani dikenal dengan kegigihannya dalam mempererat sebuah pertemanan, apalagi pertemanan yang saat ini ia lakukan dengan Maria adalah untuk memperbaiki nilainya kedepannya. Meski niatnya sangat terlihat oleh siapapun yang mengetahuinya, namun Iya tetap berusaha dan hanya diam saja di samping Maria duduk tepat disamping Maria yang sedang tertidur diatas meja dengan diri Ani yang hanya mencoret-coret buku saja, tanpa menoleh kembali ke arah Maria, yang sebenarnya ia sama sekali tidak tertidur bahkan merasa risih. Saat keberadaan teman sebangkunya itu masih saja berdiam diri di kelas. "Kenapa dia tidak keluar sih? Aku tidak bisa terang Jika aku tidur di kelas bahkan ada dirinya," batin Maria. Sementara Maria yang sudah masuk kedalam kelasnya, bahkan ia tertidur meski awalnya Ia hanya berpura-pura tidur untuk menghindari teman sebangkunya. Namun Maria kini tertidur tanpa menghiraukan seseorang yang duduk tepat berada ada di samping mejanya. Pria yang tadi di tempat Mat bersitatap dengan dirinya. Setelah ditinggalkan oleh Maria tetapi tersenyum dan berjalan memasuki kelas yang tepat setelah ia meminta kepada pamannya agar bisa berada di kelas yang sama dengan teman pertama saat ia di sekolah barunya. Lafi melihat ke arah Maria yang sedang tertunduk di atas mejanya, bahkan gadis itu tertidur tanpa menghiraukan orang-orang yang memperhatikannya, tapi hanya fokus melihat kearah gadis yang kini sedang tertidur. "Dia bahkan tidur dengan pulas nya di dalam kelas! Apa dia tidak merasa lelah atau lapar gitu?" batin Lafi. Lafi tidak ingin mengganggu gadis itu, tapi memilih untuk membuka handphone-nya dan memainkan game di dalam kelas. Setelah jam masuk berbunyi, Maria kini terbangun bahkan tanpa ada orang yang membangunkanya. Ani yang berada tepat di sampingnya terkejut dan mengerutkan dahinya ingat Maria yang tidak menanggapinya sama sekali, dari tadi Ia berpikir bahwa Maria sangat pulas dalam tidurnya. Namun setelah bel masuk berbunyi Maria sangat tepat waktu ia terbangun, bahkan tanpa ada yang membangunkannya. "Kamu sudah bangun Maria?" tanya Ani dengan senyum ke arah Maria. Maria tidak menghiraukan pertanyaan teman sebangkunya itu, namun ia mengambil bukunya dan fokus kepada guru yang baru masuk ke kelasnya itu. Guru bahasa Indonesia mengajar pelajaran, Maria tetap fokus ke depan tanpa menghiraukan teman sebangkunya yang menatap kesal kepadanya juga teman di samping mejanya yang tetap memperhatikannya tanpa ia sadari. "Sialan! Sombong sekali dia! Tunggu saja aku akan memanfaatkanmu sebisa mungkin," batin Ani. Ia tampak kesal tidak dihiraukan oleh Maria yang sedari tadi ia berbicara kepadanya. Namun Maria tidak menghiraukannya, bahkan hingga jam pulang pun Maria masih saja tidak menghiraukannya. Maria menoleh ke arah samping kanannya melihat teman sebangkunya yang memasang wajah polosnya berharap Maria menanggapinya. Namun Iya dengan larasnya berpaling lagi pandangannya hingga melihat ke seberang mejanya, terdapat seorang pria yang tersenyum kepadanya yang ia kenali. Senyuman yang sangat manis bagi siapapun yang melihatnya pria itu, tampak sangat tampan. Bahkan dengan manisnya ia tersenyum kepada Maria. Maria mengerutkan dahinya meski ia tahu pemuda yang ada di hadapannya itu adalah ah orang yang menolongnya pagi tadi. Namun saking malesnya Maria Iya mengerutkan dahinya dan menopang kepalanya nya mengangkat alisnya melihat kearah lapi yang duduk di samping mejanya. "Kenapa kamu ada di kelasku?" tanya Maria antusias. "Karena mulai dari hari ini, ini kelasku juga! Kita satu kelas sekarang," jawab Lafi. Maria terdiam, ia mengerutkan dahinya namun ia mengangguk meski sangat banyak yang perlu saya tanyakan, namun ia memilih berdiam diri tanpa bertanya kembali kepada pemuda yang ada di sampingnya itu. Yang masih menatapnya berharap Maria akan berbicara panjang lebar dengannya. Namun itu hanyalah prediksi pemuda itu Maria justru berpaling dan menopang dagunya dengan kedua tangannya, lalu sesekali ia melirik kearah Lafi yang masih tersenyum kepadanya. "Merepotkan sekali, di sebelah kanan ada orang yang sangat menyebalkan yang sedang memanfaatkan dan mencari kesempatan untuk memanfaatkanku. Sebelah kiri pemuda tampan yang justru selalu cari muka dan berharap aku memperhatikannya," batin Maria. Boyan yang duduk tepat di depan meja Maria. Ia berbalik ke arahnya. Karena Maria berambut panjang, ia memainkan rambut Maria, yang sedang bersandar di kursinya. Boyan tersenyum melakukan hal seperti itu pada saudarinya itu. Mengingat guru saat ini sedang tidak ada hanya datang memberi pelajaran saja setelah itu pergi. Tingakah Boyan membuat Maria kesal, hingga ia mengangkat kepalanya dan memegang tangan Boyan, yang sedari tadi memainkan rambutnya tanpa henti bahkan hingga terasa sakit ketika rambutnya ditarik oleh saudaranya itu. Dengan tatapan dan kesalnya, Maria menatap tajam. Bahkan memegang tangan hanya dengan kesal hingga ia memegang dengan tekanan yang sangat keras. "Hmmm, kamu ini yah sodara durhaka! Bukannya memberi aku makan minum setelah di hukum tadi malah membuat aku kesal!" ucap Maria geram. "Hahaha, sejak kapan ada namanya sodara durhaka? Apalagi sama ponakan yang bandel macam kamu ini?" balas Boyan. "Sejak kamu selalu menggangguku!" balas Maria. "Baiklah, maaf! Ini coklat buat kamu kan tadi tidak istirahat, malah tidur kamu," ucap Boyan memberikan coklat pada Maria. "Ada apa ini? Tumben kamu baik?" tanya Maria tersenyum memakan coklatnya. "Hmmm, makan saja! Tetap aja protes," jawab Boyan. "Hahaha, ok ok. Makasih sodaraku," ucap Maria. "Hmm," jawab Boyan. Sementara Maria memakan coklat yang diberikan oleh saudara yaitu selain dengan Boyan yang memperhatikan Maria yang sedang memakan pemberiannya. "Boyan aku juga baru tahu kalau kalian itu satu saudara. Aku kira kalian itu berbeda Soalnya kalian sama sekali tidak mirip sama," ucap Ani. Tidak ada yang menghiraukan perkataan Ani. Antara Maria dan Boyan mereka sama-sama acuh sibuk dengan sendirinya. Maria yang memakan coklat dan juga Boyan yang sedang memainkan rambut saudarinya itu, tanpa melirik ke arah Ani yang kini tampak terdiam menahan malu karena sepasang saudara itu ternyata sama-sama mengacuhkannya dan sama sekali tidak menghiraukan dirinya. Hingga pada akhirnya Ani merasa kesal dan ia sudah tidak tahan lagi dan berdiri berpura-pura pergi bertanya kepada temannya yang di meja sebelahnya. Saat melihat teman sebangkunya telah pergi Maria tersenyum kepada Boyan yang juga ikut tersenyum ketika melihat teman sebangku Maria kini telah pergi mencari udara segar di meja lain. "Dia ternyata tidak tahan denganmu Maria," ucap Boyan tersenyum. Mengingat Maria yang tengah mengacuhkan teman sebangkunya itu "Aku tahu maksud dia apa! Makanya aku malas meladeni dia terlalu palsu!" balas Maria. "Kenapa? Setidaknya kamu ada teman sebangkumu kamu bebas mengerjai dia," ucap Boyan tersenyum. Maria mengangguk, kini ia mengisyaratkan Boyan untuk kembali ke posisinya menghadap depan. Mengingat kini Ani sudah duduk kembali di samping Maria. Maria tersenyum dan ia mencoba menulis di atas bukunya untuk menghindari perkataan Ani, yang sedari tadi selalu mengajak Maria untuk berbicara, namun Maria sama sekali tidak menanggapi gadis itu sekalipun Meski Maria tahu, Ani tampak kesal kepada dirinya. Namun ia tidak merubah pendiriannya untuk mengacuhkan teman sebangkunya itu, yang bahkan tanpa permisi duduk di sampingnya berharap keinginannya dan maksud tujuannya tercapai dengan mudah hanya bermodal untuk berteman saja. Hanya untuk sebagai koneksi dia selama di kelas ini Maria memang gadis yang sangat cerdas dalam menebak sifat dan maksud tujuan orang lain. Termasuk teman sebangkunya ini sementara Maria asik dengan buku tulisannya mencorat-coret asal. Di samping seberang meja Maria, Lafi masih memperhatikan Gadis itu yang kini tengah sibuk menulis tanpa sebuah tujuan. "Sepertinya dia memang tidak menyukai teman sebangkunya itu," gumam Lafi. Ia masih memperhatikan Maria dengan asyiknya dan tanpa memperhatikan teman sebangkunya, yang juga memperhatikan dirinya yang sedang melihat Maria bahkan hanya sedang mencoret coret saja. Bagi Lafi, dia terlihat sangat manis dan saat itu juga ia menyukai gadis itu. Namun ia memilih untuk terdiam saja mengingat mereka baru saja berkenalan pagi tadi. Bahkan saat ini dengan sangat puas nya lebih memperhatikan gadis itu mungkin untuk ke depannya juga dia akan sangat sering memperhatikan gadis yang ada di sampingnya itu setiap saat bahkan setiap waktu. Lafi tersenyum tipis, ia masih asyik memperhatikan Maria yang sedari tadi hanya sedang asyik mencoret-coret bukunya, tanpa memperhatikan murid-murid sekitar yang juga memperhatikan lafi, yang sedang melihat Maria. Ia bahkan tidak tahu jika waktu sekolah sudah berakhir dan jam pulang pun membuat kisruh bahagia teman sekelasnya. Termasuk Maria yang kini sedang membereskan peralatan sekolahnya, sesekali ia melirik ke arah love namun gadis Itu tampak acuh tanpa menghiraukan dirinya, apalagi melirik kepada Lafi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD