Malam ini karena ada acara di dalam keluarga besar Maria. Ia tampak di sibukan dengan menyambut tamu dan melayani mereka. Akan tetapi dari wajahnya tampak senyum bahagia ia tak henti-hentinya tersenyum. Mengingat ketiga kakaknya kini berada di rumahnya. Maria tampak selalu tersenyum bahagia jika sudah berada di dekat kakaknya.
Maria terdiam dan duduk di kamarnya merapihkan keperluan sekolah yang akan ia bawa untuk besok. Tiba-tiba seorang datang dari balik pintunya.
"Apa yang seeang di lakukan gadis kakak? Jam segini sudah mau tidur?" tanya Ana Kakak laki-laki yang tertua.
"Hmmm, Maria seeang menyiapkan keperluan buat besok Kak, tapi Maria masih Mos Kak," jawab Maria.
"Waah, seru donk? Dulu kakak pas Moss selalu di hukum oleh seniornya," ucap Ana.
"Heem, Maria juga Kak, kita tuh harus makan satu permen buat seratus siswa baru, iiih Maria aja geli Kak," jelas Maria tersenyum dan bercerita.
"Hmm, kamu kebagian terakhir apa tengah?" tanya Ana.
"Bagian tengah Kak, tapi Maria nggak memakannya karena ada teman Maria yang merebutnya pas bagianku,hehe," jawab Maria.
"Iyakah? Baik sekali teman kamu itu," ucap Ana.
"Heem dia baik, padahal baru bertemu sehari itu aja Kak," tambah Maria.
"Tapi kalopun itu Kakak, kakak juga pasti akan melakukan hal yang sama untuk kamu," ucap Ana.
"Hmm, buat apa Kak?"tanya Maria.
"Biar kamu gak geli sama permennya," jawab Ana.
"Hah? Hahaha," Maria tertawa di ikuti kakaknya.
Maria berbincang bersama dengan kakaknya hingga ibu Maria memasuki kamarnya.
"Eeh, tidak baik anak laki-laki dan perempuan di dalam satu kamar!" ucap Ibu Maria.
"Hmmm, kita kan adik Kakak Bu," balas Ana.
"Tetep saja! Siapa yang tahu namanya syetan kan? Keluar sana kalo mau berbincang mah!" tegas Ibu Maria.
"Baiklah Bu, ayo sayang? Kita ngobrolnya di luar saja," ucap Ana.
Maria mengangguk dan berjalan keluar meninggalkan ibunya yang masih berdiri di depan pintu.
Meski Maria tahu itu hal yang aneh, tapi ia tidak pernah mau jika harus berdebat dengan ibunya.
Saat keduanya keluar masih ada banyak tamu yang berada di kediamam orang tua Maria. Termasuk paman dan bibinya beserta putranya. Maria bersalaman dengan mereka. Termasuk ada orang yang ia kenali.
"Lu gak ada gaya lain apa? Pake kaos sama celana jeans terus tiap ketemu gue?" ucap Boyan.
"Kamu bukan pacar aku!" cetus Maria.
"Hahaha, lu gak bakalan nyesel bersampingan sama gue Maria," balas Boyan tertawa.
"Gak butuh!" cetus Maria.
"Eeh, tuh kakakmu manggil lu tuh Maria!" ucap Boyan.
Maria mengangguk dan perhi meninggalkan saudaranya dan menghampiri kakak sulungnya yang bernama Adam.
"Sini Dek! Kamu sudah mulai sekolah baru ya?" tanya Adam.
"Heem, iya Kak, sekolah baru Maria sangat besar kak," jawab Maria tersenyum.
"Kelas berapa sekarang?" tanya Adam.
"Kelas 10 Kak, Maria akan kejar kak Amran yang bentar lagi lulus kak," jawab Maria.
"Waaaah, kamu sudah besar ya sekarang? Gimana udah punya banyak teman gak di sekolah barunya?" tanya Adam.
"Temannya Boyan aja Kak," jawab Boyan datang menghampiri keduanya.
"Sekelas sama Boyan bagus donk! Ada yang jagain," ucap Adam.
"Yang ada aku yang jagain dia Kak," cetus Maria.
"Hahaha," tawa Adam dan Boyan bersamaan.
"Kakak, punya peralatan buat sekolah Maria, gunakan dengan baik dan rajin ya Dek," ucap Adam.
Kakaknya yang satu ini selalu mementingkan apapun keperluan Maria. Hingga membuat Maria merasa selalu di pentingkan oleh Kakak-kakaknya. Ini lah yang membuat Maria selalu bahagia tiap kali bertemu dengan kakaknya.
"Hmmm, makasih ya Kak, Maria memang sudah tidak punya buku lagi Kak," ucap Maria tersenyum bahagia.
"Tentu saja kamu gak punya buku! Kan kamu selalu membakar buku kamu!" potong ibu Maria.
Maria yang mendengarnya terdiam dan begitupun orang-orang yang ada di sana. Tidak ada yang suka meladeni ibu Maria jika sudah berbicara.
"Mba, masih seperti itu saja sama putri kandungnya sendiri yah?" bisik Oyo pada Aya.
"Entahlah, aku juga gak tahu. Sudah tidak bisa di obati," jawab Ibu Aya.
"Hihihi, kamu bisa saja," ucap Oyo tertawa.
"Lebih baik abaikan Kak Ani dia terlalu pilih kasih kepada anaknya," jawab Aya.
"Hmm, aku sih terserah dia, itu akan dia yang menanggung resikonya," balas Oyo
"Mba masih gitu aja sama putri kandungnya sendiri," bisik tante Oyo kepada tante Aya.
"Itu karna Maria yang tidak beruntung," bisik Aya.
"Tapikan gak bisa gitu itu anak gadis cakep begity gak ada baju cewek sama sekali kan sayang cakepnya," bisik Oyo.
"Biarin kita cukup tidak ikut-ikutan memaki Maria aja,dia sudah penuh dengan makian ibunya juga," ucap Aya.
Tante Oyo dan Aya adalah adik ibu Maria yang kembar,mereka adalah tante Maria.
Karna semua keluarga sudah beristirahat di rumah Nenek masing-masing begitu juga Boyan.
Maria sedang membuka bungkusan peralatan sekolah yang di beri kakak sulungnya tadi.
Maria tampak bahagia membukanya talidak hentinya tersenyum.
"Sini bagi tiga dua pak bagi tiga dengan kakak dan adikmu,ini juga kamu pake seperlunya," ucap ibu Maria mengambil buku dan alat tulis yang Maria buka.
Maria tersenyum dan mengangguk.
Ia membereskan peralatan yang ia pegang dan menyusunya di lemari bukunya.
"Ia ini buat kamu," ucap Ana kakak ketiga Ana masuk ke kamar Maria.
"Apa ini kak?" tanya Maria.
"Lihat saja," jawab kak Ana.
"Ini apa kak?"tanya Maria.
"Itu handbody untuk tangan kaki seluruh tubuhmu," jelas Ana.
"Iya Ia tau kak tapi untuk apa Maria?" tanya Maria.
"Ya untuk kamu pakai Maria," jelas Ana.
"Kenapa Ia harus memakai ini?" tanya Maria.
"Karna kamu anak gadis,nanti pakailah ya," ucap Ana tersenyum.
"Adik gadisku ini sangat cantik kalau ia terurus maafkan kakak ya dek belum bisa memberi yang jauh lebih baik," batin Ana.
"Ini juga kak,waaah bedak,ini pewangi ya ka,ini juga apa Ka?" tanya Maria memberikan pembalut.
"Itu namanya pembalut kebutuhan wanita khusus,kamu taukan?" tanya Ana.
"Gimana Ia tau kak,liat ini aja baru kali ini,apa ini makanan?" tanya Maria.
"Maria apa kamu udah pms?" tanya Ana.
Maria terkejut dengan pertanyaan kakaknya.
"Kenapa kalian lebih khawatir aku yang belum pms sih gak Boyan gak kak Ana,kan malu," batin Maria.
"Kenapa emangnya Kak?" tanya Maria.
"Kalo sudah gunakan itu," jelas Ana.
"Kakak tau darimana harus pakai ini Kak?" tanya Maria.
"Karna kakak cari tahu apa saja kebutuhan anak gadis Maria," jelas Ana.
"Kebutuhan gadis paling uang Kak," ucap Maria.
"Hahaha kamu ini uang bukan segalanya Maria," ucap Ana tertawa.
"Tapi segalanya butuh uang Kak," ucap Maria polos.
"Teori dari mana itu?" tanya Ana.
"Ia menyimpulkany Kak," ucap Maria.
"Hahah Maria kebersamaan kita juga segalanya Maria, jadi jangan pernah membuat renggang tali persaudaraan" jelas Ana.
"Iya ka makasih ya ini pasti Ia pakai," ucap Maria tersenyum menyenderkan kepalanya di bahu Kakaknya.
"Nih jangan lupa manfaatkan sebaiknya ya," ucap Ana memberikan uang 50rb pada Maria.
"Kenapa segede ini kak,kan Ia bukan ibu?" tanya Maria.
"Pakai saja untuk keperluanmu, kakak tidak tau kapan pulang lagi nanti," ucap Ana.
"Lebaran nanti kakak pulangkan?" tanya Maria.
"Tentu Ia mau apa nanti?" tanya Ana.
"Ia mau kakak2 Ia pulang dengan selamat dan bawa kebahagiaan untuk keluarga seperti hari ini," jawab Maria.
"Kamu ini adik-adik kecilmu bagaimana?" tanya Ana.
"Mereka Ia handle dengan baik Kak," jawab Maria.
"Uuuh kamu ya jaga dirimu juga jangan pacaran dulu kakak-kakakmu belum ada yang nikah,masa kamu mau duluan," ucap Ana.
"Apaan kakak ini Ia kan baru masuk sekolah kls 7 juga baru masuk, Ia harus bekerja juga kalo sudah lulus nanti kak," ucap Maria.
"Kamu semangat ya sekolahnya jadi gadis pintar yang kakak banggakan," ucap Ana.
"Pasti," ucap Maria memeluk kakaknya.
"Anak gadis dan pria jangan sekamar," cetus ibu Maria.
"Adik kakak ini bu tidak ada yang akan terjadi antara Kakak adik," tangkis Ana.
Ana keluar dari kamar Maria dan berpamitan dengan Maria.
Maria tersenyum melihat kakaknya keluar dari kamarnya.
Semua kakak Maria menyayangi Maria. Karna dulu saat mereka menginginkan adik perempuan Maria lah yang lahir saat itu membuat seluruh keluarga bahagia begitupun kakak2nya.
Hanya ibu Maria yang melahirkanya tanpa tersirat kebahagiaan, ibu Maria bahkan akan marah bila harus menyusui Maria waktu bayi, tapi ibu Maria tetap menyusuinya hingga usia tiga tahun,rasa tidak sukanya ibu Maria masih terlihat hingga saat ini.
Ke empat kakak Maria menjaga dan menyayangi Maria dengan caranya masing-masing,hingga menanamkan kebaikan dalam diri Maria kepada ke empat adiknya saat ini.
Keluarga Maria lengkap malam ini satu keluarga penuh ke empat kakaknya.
Ke empat adiknya juga kedua orang tuanya. Maria tersenyum di hatinya ia tampak sumringah dengan suapan nasi yang masuk ke mulutnya.
"Kakak kenapa,di kasih uang ya ama kak Adam?"tanya Lia.
"Kamu kan juga di kasih," bisik Maria.
"Hehe tapi gedean ka Ia kan?"bisik Lia.
"Makan yang bener jangan banyak bicara saat makan gak baik," ucap Bapak Maria tersenyum.
Maria mengangguk dan melihat ke arah Kakak2nya yang berjejeran melihatnya tersenyum.
Maria tersenyum dan mengagkat bahunya pada kakak2nya.
"Gadis nakal," batin Kakak2nya .
Maria sedang duduk di teras depandi malam hari.Ia melihat langit malam yang tidak berbintang.
Maria tidak ikut mendengarkan obrolan orangtuanya dan ketiga kakaknya yang baru pulang, Ia lebih memilih di luar karna adik-adiknya sudah tidur Amran yang biasanya ada di rumah ia pergi ke rumah Neneknya bertemu Boyan.
"Bagaimana kabar Nana ya bikin kangen saja tuh cowok bodoh," batin Maria.
"Sedang ngelamunin apa?" tanya Ana datang dari belakang Maria.
"Uuuh kakaku tercinta ini ngagetin Maria mulu kerjaanya, Maria hanya sedang liat langit yang gak berbintang Kak," jawab Maria.
"Liatin gue aja lu gak bakalan nyesel Maria," ucap Boyan menghampiri mereka bersama Amran.
"Berani bayar berapa aku harus liatin kamu," cetus Maria.
"Haha mata duitan juga ya gadisku ini"tawa Boyan.
"Siapa yang bilang dia gadismu hah? Da gadisku," ucap Ana.
"Haha dia sodaraku juga Bro," ucap Boyan
"Kalian sepertu berebut bini aja," ucap ka Adam menghampiri mereka.
"Aku gak keberatan Ia jadi biniku" ucap Boyan.
"Tapi hilang jatah warisan lu," ucap Amran.
"Uh iya yah," Boyan menggaruk kepala tak gatalnya.
"Hahaha," mereka tertawa begitu juga Maria .
Jika mereka berkumpuk pasti ada kehangatan di setiap percakapan mereka ,pada saat semua kakak Marialah rumah jadi ramai dan damai.
Ibu Maria tidak berani membentak Maria jika kakak-kakaknya ada Maria tidak pernah bertingkah manja pada ke empat kakaknya,tapi merekalah yang memanjakan Maria.
Ada Maria dengan Adam tidak ikut permainan yang lain.
"Apa kakak hanya sehari?" tanya Maria.
"Hmmm karna kakak hanya bisa libur lama saat hari raya Dek," jawab Adam.
"Apa nanti Maria bisa ikut kakak bekerja disana?" tanya Maria.
"Belajar saja yang bener dulu baru tentukan akan kemana kamu selanjutnya Maria," jawab Adam.
"Baik kak Maria akan pastikan membuat ibu senang kak," ucap Maria.
"Utamakan kamu bahagia dulu Ia" ucap Adam mengusap kepala Maria.
"Kebahagiaan ibu adalah kebahagiaan Ia kak," jelas Maria tersenyum.
Adam tersenyum melihat senyum yang terpancar di wajah adiknya yang polos.
"Padahal kamu tau dek,bahwa ibu tidak pernah senang apapun yang kamu lakukan," batin Adam.
Karna hari esok libur Maria berbincang dengan ke empat kakaknya dan bercanda sampai larut.
Kakak-kakaknya bermain kosa kata dengan ramai bersama Boyan.
Maria yang terbiasa tidtidur sore ia sudah tertidur di teras saat Adam melihatnya.
"Gadis ini tidak waspada sekali,sudah tau disini laki-laki semua,malah tidur disini," ucap Adam.
"Dia bukan gadis kalo bersamaku," tangkis Boyan.
"Karna lu gak ganteng kaya kakaknya," ucap Amran.
"Haha iya dia suka bilang begitu ke gue," ucap Boyan tertawa.
"Tapi dia gadisku," ucap Adam.
"Tentu," ucap Ana bersama yang lain.
"Jaga dia jangan sampai dekat dengan pria tak baik,lu juga," ucap Ana pada Amran pada Boyan.
Mereka mengangguk mengerti.
Adam menggendong Maria memindahkanya ke kamarnya.
Saat memindahkanya, ibu Maria melihat Adam menggendongnya dan bertanya.
"Kenapa gak di bangunin kaya bapakmu aja kalo dia ketiduran bukanya di bangunin malah di gendong di pindahin," cetus ibu Maria.
Adam tersenyum tidak menjawabibunya.
Adam tubuhnya sangat tinggi melebihi pintu rumah sekitar 180cm lebih.
Idam kakak keduanya malah sepantar dengan Maria 160cm.Ana 170cm. Amran 167cm.
Mereka berurutan tapi tidak mengurangi kasih sayangnya pada Maria.
Pagi ini ke tiga Kakak Maria sudah akan kembali bekerja,Maria sudah menyiapkan pakaian kakaknya dari subuh tadi.
"Belajar yang baik ya gadisku," ucap Adam pada Maria.
"Makasih ya kak Ia tadi malam sengaja tidur di luar agar kakak bisa menggendong Ia seperti dulu," ucap Maria.
"Dasar gadis nakal," ucap Adam tersenyum begitupun kakaknya yang lain.
"Hati-hati ya kak, Maria akan kangen kakak," ucap Maria.
Kini kakak-kakak Maria sudah naik mobil umum untuk kembali ke perantauan.
"Sudah usai jadi tuan putrinya cepetan selesaikan nyucinya mumpung libur kamu," ucap ibu Maria.
Maria mengajak Ketiga adiknyakali ini ke sumur hanya si bungsu yang tidak ikut.
Lia mencuci sepatu sekolahnya, Maria melihat adiknya Unus Yana sedang bermain air di bak.
"Nanti kakak akan ke tempat mangIyam siapa yang mau ikut?" ajak Maria.
"Aku!" teriak semua.
"Tapi nanti jangan main jauh-jauh ya biar kakak gak susah nyarinya," ucap Maria.
Mereka mengangguk,karna di tempat mang Iyam becek dan banyak bebeknya pasti licin jalananya.
Maria berjalan menelusuri jalan setapak dari rumahnya ke arah peternakan pamanya.
Maria di belakang ke tiga adiknya ia berjalan dengan perlahan dengan memegang tangan adiknya.
"Jangan berlari ya jalan pelan saja," teriak Maria pada adiknya.
Mulyana terjatuh dan Di tertawakan oleh Lia dan Unu.
"Tuh kan sakit gak dek?"tanya Maria memangku Yana.
"Ana gak sakit ka ini cuman lumpur," jawab Yana.
"Sini kakak pegang erat ya," ucap Maria.
Kini mereka beruntun dengan berpegangan tangan sampai di peternakan pamanya.
"Asalamualaikum mang," ucap Maria.
"Waalaikumsalam duh gadis mamang baru datang noh bebeknya udah pengen keluar tuh," ucap Mg Iyam.
Maria mengangguk dan membuka gerbang pintu kandang, ketiga adik Maria malah tampak bahagia mengembala bebeknya.
"Kak Ia boleh main kejar-kejaran gak?" tanya Yunus.
"Iyaaah," jawab Maria.
Yana dan Yunus bermain kejar-kejaran di tengah sawah yang banyak bebek sedang makan. Maria duduk di pinggir sawah bersama Lia.
"Duuuh mereka ini gimana kalo kena bebeknya huh," cetus Lia.
"Apa kamu di bolehin ama ibu?" tanya Maria.
"Iyah tadi ibu bilang asal Lia cuci baju yang Lia pakai jika kotor," jawab Lia.
"Heh biar kakak yang cuci nanti, sana bermain dengan mereka," ucap Maria.
Lia tersenyum mengangguk dan menghampiri sodaranya yang sedang bermain lumpur. Maria memperhatikan mereka juga bebek yang sedang ia tunggu.
"Kaaak ada telur niiih," teriak Lia.
Maria tersenyum mengangguk.
Lia menghampiri kakaknya dengan gembira memberikan telurnya pada kakaknya.
"Apa masih ada Dek?" tanya Maria.
"Kita cari Kak," jawab Yunus ia mencari sambil berendang air di sawah.
Dengan gembira Mariapun ikut mencari telur di sawah itu bersama adik-adiknya hingga pakaian mereka berlumpur.
Yunus dan Yana bermain lumpur sampai kepalanya penuh lumpur.
Mereka tertawa bersama ceria.
Hingga menjelang sore Mereka berhenti dan duduk.
"Waah banyak ya kak,makan enak kita," ucap Lia.
"Iya nanti kita berikan ke mang Iyam dulu ya ini ada 15 biji telurnya," ucap Maria.
"Gak usah ka langsung bawa pulang aja," ucap Lia.
"Tidak boleh begitu,biar bagaimanapun ini punya mang Iyam," ucap Maria.
"Inikan kita yang nemu Kak," bantah Lia.
"Iyaa ... dengar ya. Telur ini dari bebek mang Iyam, berarti punya mang Iyam, kita hanya bantu mengambilkanya saja jika memang ini rezeki kita nanti juga di kasih sama mang Iyam," jelas Maria.
"Kalo begitu pisahkan saja Kak," ucap Lia.
"Jangan, kita tunggu di kasih mang Iyam saja ya, jika kita mengambilnya tanpa sepengetahuan pemiliknya di sebut apa?" tanya Maria.
"Mencuri ya ka," jawab Lia.
"Nah, Adik Kakak pintar, yuk kita kembalikan bebeknya ini sudah sore," ajak Maria